Review: The Divine Fury (2019)


Sukses dengan Midnight Runners (2017) – yang tidak hanya berhasil meraih pujian luas dari para kritikus film namun juga, secara mengejutkan, mampu meraih kesuksesan komersial dan menjadi salah satu film Korea Selatan tersukses pada tahun perilisannya, sutradara Kim Joo-hwan dan aktor Park Seo-joon kembali berkolaborasi dalam The Divine Fury. Seperti halnya Midnight Runners, Kim masih mengedepankan nada pengisahan aksi pada The Divine Fury meskipun kali ini sajian aksi tersebut dihadirkan dalam balutan penceritaan horor. Lewat naskah cerita film yang juga digarapnya sendiri, Kim terasa berusaha ingin menciptakan tata cerita layaknya Constantine (Francis Lawrence, 2005) dengan memadukan elemen-elemen horor dari film-film seperti The Exorcist (William Friedkin, 1973) dan Stigmata (Rupert Wainwright, 1999). Menarik – walau, di saat yang bersamaan, Kim masih kurang mampu memaksimalkan berbagai potensi dari paduan aksi dan horor yang telah dirancangnya.

The Divine Fury memberikan fokus ceritanya pada Father Ahn (Ahn Sung-ki), seorang pastor yang dikirimkan Vatikan untuk mencari dan menyelidiki keberadaan sosok Dark Bishop yang dikabarkan telah merekrut sejumlah orang untuk mengikuti ajaran sesatnya. Dalam perjalanannya, Father Ahn bertemu dengan Yong-hoo (Park), yang merupakan seorang petarung seni bela diri campuran yang belakangan merasa hidupnya terganggu oleh sederetan mimpi buruk yang dialaminya. Layaknya para pastor lain dalam menghadapi umatnya yang sedang dilanda masalah, Father Ahn mencoba untuk memberikan bimbingan pada Yong-hoo untuk mempelajari dan memperkuat kembali keimanannya. Bukan hal yang mudah. Trauma di masa lalu telah membuat Yong-hoo tidak lagi mempercayai sosok Tuhan. Namun, hubungan Yong-hoo dengan Father Ahn, dan berbagai peristiwa mengerikan berbau supranatural yang disaksikannya sendiri, mulai memberikan sudut pandang baru pada pemuda tersebut tentang arti keimanan.

Kim memulai pengisahan filmnya dengan cukup meyakinkan. Dengan memberikan ruang yang luas bagi kisah latar belakang akan hilangnya kepercayaan dari karakter Yong-hoo pada sosok Tuhan, The Divine Fury berhasil memberikan bangunan yang kokoh bagi elemen horor penceritaannya. Kisah akan krisis kepercayaan yang dialami oleh karakter Yong-hoo pula yang nantinya akan terus dibawa linimasa pengisahan film dan menjadi elemen penggerak bagi hubungannya dengan karakter Father Ahn sekaligus beberapa konflik sentral yang nantinya dijabarkan. Kim juga mampu memberikan kisah yang dinamis akan tumbuh dan berkembangnya rasa saling mengerti dan menghormati antara kedua karakternya dengan baik. Naskah cerita yang bernada horor namun bertutur tentang rasa kepercayaan manusia terhadap Tuhan memang bukanlah sebuah warna pengisahan yang terasa baru ataupun segar. Namun, galian karakter yang humanis dan mudah untuk disukai guna mengisi formula cerita tersebut membuat The Divine Fury menjauh dari kesan membosankan.

The Divine Fury, sayangnya, tidak sepenuhnya berjalan mulus dalam bercerita. Fokus yang diberikan pada perjalanan dari karakter Father Ahn dan Yong-hoo dalam melakukan penyelamatan terhadap karakter-karakter yang telah terjebak oleh ajaran sesat milik karakter Dark Bishop secara perlahan membuat film ini seakan lupa untuk memberikan galian kisah yang lebih baik bagi karakter Father Ahn. Karakter Dark Bishop juga mengalami hal yang sama. The Divine Fury hanya tampil sekedar untuk mengisahkan kejahatannya tanpa pernah berniat untuk memberikan kisah atau latar belakang yang lebih mendalam tentangnya. Hal yang menjadikan Dark Bishop sebagai karakter antagonis yang datar dan hampa. Jalinan cerita tentang usaha penyelamatan yang berlangsung juga kemudian tampil monoton setelah konflik yang sama disajikan berulangkali. Harus diakui, Kim mampu memberikan garapan teknikal yang tidak mengecewakan dalam momen-momen “pengusiran setan” dalam film ini. Namun, tentu saja, kesan mengagumkan akan luntur setelah disajikan beberapa kali dalam tata cara pengisahan yang hampir serupa.

Selain eksekusi teknis yang maksimal, penampilan para pengisi departemen akting juga menjadi faktor pendorong utama bagi kualitas penampilan The Divine Fury. Dengan chemistry erat yang tercipta antara keduanya, Ahn dan Park tampil meyakinkan dalam menampilkan jalinan kerjasama yang terbentuk antara dua karakter yang mereka perankan. Dengan kharismanya yang kuat, Park juga tampil lugas dalam berperan sebagai sosok petarung yang mampu menggunakan kemampuannya dalam berbagai kesempatan. Woo Do-hwan yang berperan sebagai karakter Dark Bishop sukses dalam menampilkan sisi kelam dan mistis dari karakternya sekaligus membuat kehadirannya menjadi terasa mencekam. Choi Woo-shik – yang sebelumnya juga tampil bersama Park dalam Parasite (Bong Joon-ho, 2019) – tampil dalam pengisahan yang terbatas namun cukup signifikan sebagai Father Choi. Departemen akting yang solid.

The Divine Fury mungkin tidak mampu untuk menyamai pencapaian kualitas cerita Midnight Runners. Film ini terasa pada momen terbaiknya ketika kedua karakter utamanya sedang menjalankan ritual aksinya. Terlepas dari momen tersebut, banyak momen drama dalam film ini tidak terkelola dengan baik. Setidaknya, The Divine Fury cukup membuktikan bahwa Kim adalah sutradara yang handal dan mampu mengeksplorasi berbagai jenis pengisahan. [C]

the-divine-fury-Park-Seo-joon-movie-posterThe Divine Fury (2019)

Directed by Kim Joo-hwan Produced by Im Jun-hyuk, Park A-hyoung Written by Kim Joo-hwan Starring Park Seo-joon, Ahn Sung-ki, Woo Do-hwan, Lee Seung-jun, Choi Woo-shik, Park Jin-ju, Park Ji-hyun, Jeong Ji-hoon, Sim Hee-sub, Kim Si-eun, Jeong Ui-sun, Ryo Kyung-soo, Suh Jung-yeon, Jang Seah Music by Koo Ja-wan Cinematography Cho Sang-yun Edited by Kim Sun-min Production companies Keyeast/706 Productions Running time 128 minutes Country South Korea Language Korean

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s