The 20 Best Movie Performances of 2018


What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.

Berikut adalah dua puluh penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2018, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis.

hannah-al-rashid-the-night-comes-for-us-header

Hannah Al Rashid sebagai Nadezdha dalam Aruna & Lidahnya (Edwin, 2018) dan sebagai Elena dalam The Night Comes for Us (Timo Tjahjanto, 2018)

What a year for Hannah Al Rashid. Al Rashid memulai tahun ini dengan mencuri perhatian penonton lewat penampilannya sebagai Adri dalam Buffalo Boys (Mike Wiluan, 2018) dan melanjutkan perannya sebagai Angel dalam Jailangkung 2 (Rizal Mantovani, Jose Poernomo, 2018). Namun, Al Rashid tampil dengan daya pikat yang jelas tidak terbantahkan ketika dirinya berperan sebagai Nadezdha dalam film arahan Edwin, Aruna & Lidahnya. Karakter Nadezdha sendiri sebenarnya adalah karakter side kick bagi sang karakter utama dalam film tersebut. Beruntung, karakter tersebut diberkahi dialog-dialog yang sangat kuat yang kemudian mampu dieksekusi dengan sangat meyakinkan oleh Al Rashid. Menutup tahun, Al Rashid kembali memamerkan kemampuannya untuk menghidupkan sesosok karakter tangguh bernama Elena yang kehadirannya seringkali menjadi detak kehidupan dalam banyak adegan The Night Comes for Us. Mungkin sudah waktunya industri film Indonesia mempercayakan peran utama bagi Al Rashid.

yalitza-aparicio-roma-header

Yalitza Aparicio sebagai Cleodegaria “Cleo” Gutiérrez dalam Roma (Alfonso Cuarón, 2018)

Penampilannya sebagai Cleodegaria “Cleo” Gutiérrez merupakan kali pertama Yalitza Aparicio menyajikan kemampuan aktingnya. Meskipun begitu, Aparicio mampu menghadirkan penampilan yang akan mampu menghipnotis setiap orang ke dalam perjalanan hidup karakternya sekaligus merasakan setiap dimensi emosional yang dijalaninya.

emily-blunt-mary-poppins-returns-header

Emily Blunt sebagai Evelyn Abbott dalam A Quiet Place (John Krasinski, 2018) dan sebagai Mary Poppins dalam Mary Poppins Returns (Rob Marshall, 2018)

Selain Al Rashid, Emily Blunt juga tampil mengagumkan dalam dua film yang berasal dari genre penceritaan yang berbeda. Dalam A Quiet Place, Blunt  menyajikan salah satu penampilan akting terbaik di sepanjang karirnya dalam film ini. Penampilannya begitu menyita perhatian. Dalam satu adegan – dimana karakternya dikisahkan akan melalui proses melahirkan sementara teror dari sang makhluk asing sedang berlangsung – Blunt bahkan mampu membuat setiap mata yang memandang tidak dapat mengalihkan penglihatan mereka. Berkat penampilan Blunt, intensitas adegan tersebut mampu tampil dalam balutan teror yang maksimal. Sementara dalam Mary Poppins Returns, Blunt hadir dengan kharisma yang akan sanggup membuat siapapun jatuh cinta kepadanya. Jelas tidak mudah untuk membayangkan sosok lain selain Andrews mengisi posisi sebagai Mary Poppins namun Blunt, lewat nyanyian, tarian, senyuman, atau bahkan kerlingan matanya, mampu menghidupkan karakter tersebut dengan sempurna.

timothee-chalamet-a-beautiful-boy-header

Timothée Chalamet sebagai Nicholas Sheff dalam Beautiful Boy (Felix Van Groeningen, 2018)

Mendengar karakter Nicholas Sheff sebagai sosok pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang mungkin akan membuat banyak penonton membayangkan karakter tersebut sebagai sosok pecandu yang telah berulangkali digambarkan oleh Hollywood lewat film-filmnya. Namun, Timothée Chalamet – yang tahun lalu memberikan penampilan yang fenomenal lewat Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017) – berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu aktor muda terbaik di generasinya dengan memberikan banyak lapisan karakter bagi peran yang disajikannya.

rachel-weisz-emma-stone-olivia-colman-the-favourite-header

Olivia Colman sebagai Anne, Queen of Great Britain, Emma Stone sebagai Abigail Hill, dan Rachel Weisz sebagai Sarah Churchill, Duchess of Malborough dalam The Favourite (Yorgos Lanthimos, 2018)

Harus diakui, sulit untuk memisahkan penampilan Olivia Colman dalam The Favourite dengan penampilan Emma Stone dan Rachel Weisz yang saling mendorong sekaligus mendukung satu sama lain dan ketiganya terlihat begitu bersenang-senang dengan peran mereka. Ketiga aktris tampil sebagai pemeran utama bagi film ini, diberikan porsi pengisahan yang berimbang bagi ketiga karakter yang mereka perankan, dan mendapatkan eksplorasi akan kekuatan dan kelemahan yang sama ukurannya dari naskah cerita garapan Deborah Davis dan Tony McNamara serta arahan Yorgos Lanthimos. Tentu saja, baik Colman, Stone, maupun Weisz dengan cekatan menghidupkan karakter-karakter tersebut sekaligus menjadikan The Favourite sebagai sebuah komedi yang begitu mengesankan.

bradley-cooper-a-star-is-born-header

Bradley Cooper sebagai Jackson “Jack” Maine dalam A Star is Born (Cooper, 2018)

Jika kemampuan pengarahannya masih belum terasa maksimal dalam A Star is Born, penampilan akting Bradley Cooper justru tampil begitu kuat dan nyaris tanpa cela. Cooper menghidupkan sosok Jackson Maine yang problematik menjadi karakter yang masih terasa humanis dan mampu meraih simpati setiap penonton. Cooper bahkan mampu menyajikan tampilan vokal yang tidak mengecewakan dan bersanding manis dengan vokal yang ditampilkan Lady Gaga. Jelas merupakan salah satu penampilan akting terbaik yang diberikan Cooper.

ryan-gosling-first-man-header

Ryan Gosling sebagai Neil Armstrong dalam First Man (Damien Chazelle, 2018)

Pendekatan cerita layaknya Tree of Life (Terrence Malick, 2011) yang dihadirkan Damien Chazelle dalam First Man jelas memberikan pengaruh besar pada performa para pengisi departemen akting dalam film ini untuk menghidupkan karakter-karakter yang mereka perankan. Dalam film ini, Ryan Gosling lebih banyak menyampaikan emosi melalui gestur tubuh, ekspresi wajah, serta tatapan mata daripada melafalkan dialog. Jelas bukan sebuah jalan yang mudah untuk membangun koneksi emosional sekaligus mengikat perhatian penonton. Meskipun begitu, Gosling tampil dalam kapabilitas akting yang maksimal. Dalam setiap gerakan tubuhnya, Gosling memberikan galian emosional mendalam atas deretan dialog yang diucapkan oleh karakter yang mereka perankan. Chemistry yang ia hadirkan dengan Claire Foy juga dapat mudah dirasakan: hangat ketika cinta sedang bersemi dalam hubungan mereka namun kelam dan muram ketika tantangan cinta mulai merintangi hubungan tersebut.

ethan-hawke-first-reformed-header

Ethan Hawke sebagai Ernst Toller dalam First Reformed (Paul Schrader, 2018)

michael-b-jordan-black-panther-header

Michael B. Jordan sebagai N’Jadaka/Erik “Killmonger” Stevens dalam Black Panther (Ryan Coogler, 2018)

ni-kadek-thali-titi-kasih-sekala-niskala-header

Ni Kadek Thaly Titi Kasih sebagai Tantri dalam Sekala Niskala (Kamila Andini, 2018)

muhammad-khan-kucumbu-tubuh-indahku-header

Muhammad Khan sebagai Juno dalam Kucumbu Tubuh Indahku (Garin Nugroho, 2018)

rami-malek-bohemian-rhapsody-header

Rami Malek sebagai Farrokh Bulsara/Freddie Mercury dalam Bohemian Rhapsody (Bryan Singer, 2018)

Meskipun karakter Freddie Mercury yang diperankannya dalam Bohemian Rhapsody hadir dengan penggalian konflik dan karakter yang nyaris terasa hambar, Malek tetap mampu memberikan penampilan akting yang jelas akan mendapatkan perhatian dan banyak dibicarakan hingga dalam jangka waktu yang cukup lama. Walau sempitnya pengembangan karakter Freddie Mercury membuat penampilan Malek terkesan membutuhkan sejumlah waktu untuk benar-benar dapat memberikan nyawa yang tepat bagi karakter tersebut, namun penampilan Malek sukses memberikan energi tidak hanya untuk karakter Freddie Mercury namun juga pada detak kehidupan dari jalan cerita film ini.

melissa-mccarthy-can-you-ever-forgive-me-header

Melissa McCarthy sebagai Lee Israel dalam Can You Ever Forgive Me? (Marielle Heller, 2018)

Karakter Lee Israel yang diperankannya jelas bukanlah sosok yang dapat mudah untuk disukai. Namun, dengan bantuan kualitas naskah cerita yang ditulis oleh Nicole Holofcener dan Jeff Whitty, arahan dari Marielle Heller, serta, tentu saja, penampilan gemilang dari McCarthy, karakter Lee Israel mampu menjadi sosok yang begitu memikat kehadirannya. Terlepas dari segala karakteristik buruknya, McCarthy menjadikan karakter tersebut dapat merebut simpati dan perhatian mendalam dari para penonton.

thomasin-mckenzie-leave-no-trace-header

Thomasin McKenzie sebagai Tom dalam Leave No Trace (Debra Granik, 2018)

dian-sastrowardoyo-aruna-dan-lidahnya-header

Dian Sastrowardoyo sebagai Aruna dalam Aruna & Lidahnya (Edwin, 2018)

Peran sebagai Aruna mungkin bukanlah peran yang terlalu jauh dari peran ikonik yang dahulu pernah ditampilkan Sastrowardoyo. Namun hal tersebut jelas bukan masalah besar ketika Sastrowardoyo mampu memberikan penampilan yang sangat mudah untuk disukai. Kemampuannya untuk menjadi sosok yang ekspresif dan reaktif terbukti memberikan keunggulan tersendiri bagi karakter Aruna. Memanfaatkan teknik breaking the fourth wall yang telah disediakan Edwin, karakter Aruna menjadi sosok yang tampil hangat dan bersahabat. Dan Sastrowardoyo terlihat begitu effortless dalam menghidupkan karakter tersebut.

tilda-swinton-suspiria-header

Tilda Swinton sebagai Madame Blanc dan Mother Helena Markos dan Dr. Josef Klemperer dalam Suspiria (Luca Guadagnino, 2018)

charlize-theron-tully-header

Charlize Theron sebagai Marlo Moreau dalam Tully (Jason Reitman, 2018)

Kekuatan utama dalam pengisahan Tully jelas muncul dari performa gemilang Charlize Theron. Tidak hanya melakukan beberapa perubahan fisik untuk menghidupkan karakternya yang merupakan sosok seorang ibu yang baru saja melahirkan anak ketiganya, Theron juga memberikan penghayatan lebih untuk dapat menjadikan Marlo sebagai sosok karakter yang dapat terkoneksi pada siapapun yang menyaksikan kisahnya.

rachel-weisz-disobedience-header

Rachel Weisz sebagai Sarah Churchill, Duchess of Malborough dalam The Favourite (Yorgos Lanthimos, 2018) dan sebagai Ronit Krushka dalam Disobedience (Sebastián Lelio, 2018)

yoo-ah-in-burning-header

Yoo Ah-In sebagai Lee Jong-su dalam Burning (Lee Chang-dong, 2018)

PERFORMANCE OF THE YEAR

toni-collette-hereditary-header

Toni Collette sebagai Annie Graham dalam Hereditary (Ari Aster, 2018)

Toni Collette hadir dengan penampilan yang akan menghantui setiap penontonnya bukan hanya dengan rasa takut namun juga dengan goncangan emosional yang begitu kuat. Collette menyajikan sosok Annie Graham sebagai karakter yang memendam dalam setiap emosi yang dirasakannya. Penonton dapat dengan jelas merasakan kegundahan emosional tersebut serta bersiap akan sebuah bencana yang akan datang akibat meledaknya perasaan dari karakter Annie Graham berkat kelihaian Collette dalam menghidupkan karakter tersebut. Jelas salah satu penampilan akting terbaik yang diberikan Collette di sepanjang karirnya sebagai seorang aktris sekaligus sebagai penampilan akting terbaik di tahun ini.

Leave a Reply