Review: Once Upon a Time in… Hollywood (2019)


Bahkan semenjak merilis film layar lebar pertama yang diarahkannya, Reservoir Dogs (1992), Hollywood beserta seluruh isi dan pemujanya telah mengetahui bahwa Quentin Tarantino memiliki caranya sendiri untuk menyampaikan setiap kisah yang ingin diceritakannya. Pilihan untuk menggunakan barisan dialog yang cenderung padat, adegan bernuansa kekerasan yang dieksekusi dengan kesan yang begitu nyata, struktur cerita yang seringkali jauh dari kesan teratur, hingga penggunaan lagu-lagu yang banyak berasal dari era ‘60an hingga ‘70an untuk mengisi banyak adegan filmnya memang membuat film-film arahan Tarantino tidak mudah diakses oleh kalangan penikmat film dalam skala yang lebih besar. Namun, di saat yang bersamaan, kejeniusan Tarantino dalam menggarap setiap filmnya telah membuat berbagai elemen pengisahan yang cenderung tidak biasa tersebut menjadi sebuah ciri khas yang mendorong nama Tarantino untuk dikenal sebagai salah satu sutradara dengan filmografi paling mengesankan di Hollywood. Well… kualitas filmografi yang mengesankan tersebut semakin solid dengan kehadiran film terbarunya, Once Upon a Time in… Hollywood.

Dengan naskah cerita yang, tentu saja, juga ditulis oleh Tarantino, Once Upon a Time in… Hollywood adalah sebuah surat cinta yang dikirimkan oleh Tarantino pada pusat perfilman Amerika Serikat tersebut pada akhir tahun ‘60an – era dimana sederetan pembuat film baru mulai memberikan pengaruh kuat pada industri dan menggeser para pendahulunya. Salah satu yang merasakan dampak perubahan industri hiburan tersebut adalah seorang aktor bernama Rick Dalton (Leonardo DiCaprio). Meskipun telah memiliki karir yang berisi sederetan film dan serial televisi sukses serta kondisi finansial stabil yang mampu memberikannya sebuah rumah mewah di lingkungan elit yang juga dihuni oleh figur terkenal Hollywood seperti sutradara Roman Polanski (Rafał Zawierucha) dan istrinya Sharon Tate (Margot Robbie), Rick Dalton mulai memutar otak untuk memberikan penyegaran pada karirnya. Bersama dengan sahabatnya yang berprofesi sebagai seorang pemeran pangganti, Cliff Booth (Brad Pitt), Rick Dalton akhirnya mendapatkan sebuah penawaran akting yang segera akan mengubah jalan hidupnya.

Meskipun linimasa ceritanya diisi dengan kehadiran karakter-karakter nyata seperti Tate, Polanski, Charles Manson (Damon Herriman), Bruce Lee (Mike Moh), hingga Steve McQueen (Damian Lewis) serta beberapa peristiwa yang memang benar-benar terjadi, Once Upon a Time in… Hollywood bukanlah sebuah jalinan cerita yang didasarkan oleh kisah nyata. Seperti halnya ketika ia “mengubah catatan sejarah” tentang Adolf Hitler dan Partai Nazi dalam Inglorious Basterds (2009) serta kisah tentang masa perbudakan orang-orang berkulit hitam di Amerika Serikat pada Django Unchained (2012), Tarantino menjadikan Once Upon a Time in… Hollywood sebagai wadah dimana ia memberikan pandangannya sendiri tentang momen-momen terakhir era The Golden Age of Hollywood di industri perfilman Amerika Serikat serta, tentu saja – Tarantino being Tarantino, memberikan sebuah pelintiran kisah pada salah satu peristiwa paling tragis yang pernah terjadi di Hollywood pada masa tersebut.

Di saat yang bersamaan, Tarantino juga tidak hanya sekedar menjadikan Once Upon a Time in… Hollywood sebagai “ajang bermain” bagi fantasinya tentang Hollywood di masa yang lampau. Lewat deretan karakternya yang merupakan sosok-sosok pekerja di industri film di Amerika Serikat, Tarantino seperti ingin memaparkan bagaimana arti kerja keras bagi para bintang atau idolanya Hollywood yang namanya selalu dielu-elukan orang banyak, rasa kekhawatiran atau ketakutan ketika diri dianggap tidak lagi relevan dengan era yang baru, serta bahkan persahabatan yang dapat saja muncul di tengah industri yang dikenal sebagai dunia yang penuh dengan orang-orang yang dapat saja menusuk diri Anda dari belakang. Seluruh tema pengisahan tersebut diramu Tarantino dengan kekhasan pengisahan film-filmnya. Dengan durasi yang mencapai 161 menit, Tarantino tidak pernah terburu-buru untuk memaparkan setiap ide maupun konflik yang ingin ia ceritakan. Meskipun Once Upon a Time in… Hollywood merupakan film dengan tata pengisahan paling linear yang pernah dikerjakannya, Tarantino juga tidak begitu saja menjadikan kisahnya tampil “tradisional.” Di banyak momen – khususnya pada elemen cerita dimana beberapa karakter sedang mengingat beberapa peristiwa di masa lampau – Tarantino menghadirkan perwujudan ingatan tersebut dengan membawa penontonnya turut larut dalam adegan ingatan sang karakter. Dan Tarantino melakukannya dengan kekuatan pengisahan yang secara perlahan akan mengikat setiap penontonnya secara emosional.

Kecerdasan pengisahan dan penyutradaraan Tarantino juga jelas terpampang dari barisan pemeran yang ia pilih untuk menghidupkan setiap karakter ceritanya. DiCaprio dan Pitt tampil dengan chemistry yang sangat meyakinkan. Keduanya juga mampu memamerkan kemampuan akting mereka yang kuat lewat karakter Rick Dalton dan Cliff Booth yang mereka perankan. Rick Dalton mungkin adalah salah satu karakter paling membumi yang pernah diperankan oleh DiCaprio. Sangat menyenangkan untuk melihat dirinya memerankan sosok yang begitu humanis. Begitu pula Pitt yang sukses membuat Cliff Booth akan disukai siapapun yang menyaksikan penampilannya. Meskipun karakter Sharon Tate yang ia perankan tidak mendapatkan porsi pengisahan yang maksimal, Robbie tetap mengeksekusi karakter tersebut dengan baik. Kharisma Robbie yang kuat membuat setiap menit kehadirannya di dalam adegan-adegan pengisahan Once Upon a Time in… Hollywood menjadi begitu mengesankan. Sebagai film yang berkisah tentang Hollywood, Tarantino tidak lupa mengisi tiap lini departemen aktingnya dengan nama-nama pemeran yang jelas telah familiar. Mulai dari Dakota Fanning, Kurt Russell, Al Pacino, Lena Dunham, Luke Perry, Margaret Qualley, Rumer Willis, hingga Maya Hawke – dimana ketiganya merupakan aktris yang terlahir dari pasangan aktor dan aktris Hollywood – tampil di berbagai adegan film. Namun, mungkin tidak ada yang mampu menandingi kesan yang berhasil diberikan Julia Butters, aktris cilik yang dalam satu adegan mendampingi DiCaprio dan berhasil memberikan penampilan yang sanggup menyeimbangi penampilan akting DiCaprio.

Layaknya film-film Tarantino lainnya, Once Upon a Time in… Hollywood memang sekali lagi menunjukkan bagaimana Tarantino merupakan salah satu sutradara dengan kemampuan bercerita yang paling unik. Dengan ilmu pengetahuannya yang luas – dan rasa kecintaannya yang begitu mendalam terhadap dunia film, Tarantino menggarap film ini dengan tata cerita yang sederhana namun penuh dengan sentuhan drama maupun komedi serta barisan dialog khas Tarantino yang telah begitu familiar. Salah satu karya terbaik Tarantino. [A-]

once-upon-a-time-in-hollywood-leonardo-dicaprio-brad-pitt-movie-posterOnce Upon a Time in… Hollywood (2019)

Directed by Quentin Tarantino Produced by David Heyman, Shannon McIntosh, Quentin Tarantino Written by Quentin Tarantino Starring Leonardo DiCaprio, Brad Pitt, Margot Robbie, Emile Hirsch, Margaret Qualley, Timothy Olyphant, Julia Butters, Austin Butler, Dakota Fanning, Bruce Dern, Mike Moh, Luke Perry, Damian Lewis, Al Pacino, Brenda Vaccaro, Nicholas Hammond, Samantha Robinson, Rafał Zawierucha, Lorenza Izzo, Costa Ronin, Damon Herriman, Lena Dunham, Madisen, Mikey Madison, James Landry Hébert, Maya Hawke, Victoria Pedretti, Sydney Sweeney, Harley Quinn Smith, Dallas Jay Hunter, Kansas Bowling, Parker Love Bowling, Cassidy Vick Hice, Ruby Rose Skotchdopole, Danielle Harris, Josephine Valentina Clark, Dyani Del Castillo, Ronnie Zappa, Scoot McNairy, Clifton Collins Jr., Marco Rodríguez, Ramón Franco, Courtney Hoffman, Heba Thorisdottir, Dreama Walker, Rachel Redleaf, Rebecca Rittenhouse, Rumer Willis, Spencer Garrett, Clu Gulager, Martin Kove, Rebecca Gayheart, Kurt Russell, Zoë Bell, Michael Madsen, Perla Haney-Jardine, James Remar, Kate Berlant, Daniella Pick, Raul Cardona, Monica Staggs, Tom Hartig, Omar Doom, David Steen, Corey Burton, Rage Stewart, Quentin Tarantino, Maurice Compte, Vincent Laresca, Lew Temple, Craig Stark, JLouis Mills, Eddie Perez, Gilbert Saldivar, Keith Jefferson, Sayuri, Tony Basil Cinematography Robert Richardson Edited by Fred Raskin Production company Columbia Pictures/Bona Film Group/Heyday Films/Visiona Romantica Running time 161 minutes Country United States, United Kingdom Language English