Merupakan film pertama yang diarahkan oleh Nia Dinata setelah Ini Kisah Tiga Dara (2016), A World Without memiliki latar belakang waktu pengisahan di tahun 2030 – sepuluh tahun semenjak terjadinya pandemi yang membuat kualitas hidup manusia secara keseluruhan menurun drastis. Sebuah komunitas yang menyebut diri mereka sebagai The Light milik pasangan Ali (Chicco Jerikho) dan Sofia Khan (Ayushita) muncul dan menjadi popular berkat misi mereka untuk mengembangkan bakat serta kemampuan setiap remaja terpilih untuk kemudian menikahkan para remaja tersebut ketika usia mereka telah menginjak 17 tahun agar dapat membentuk keluarga baru yang berkualitas. Tiga sahabat yang datang dari latar kehidupan yang berbeda, Salina (Amanda Rawles), Tara (Asmara Abigail), dan Ulfah (Maizura) baru saja terpilih untuk bergabung bersama The Light. Sejumlah harapan untuk masa depan yang lebih cerah jelas terlintas di benak ketiganya. Namun, secara perlahan, berbagai sisi gelap dari komunitas tersebut mulai terungkap. Tiga gadis muda tersebut terjebak didalamnya.
Cukup mudah untuk melihat arah penceritaan yang ingin dicapai oleh A World Without. Dari menit-menit awalnya saja sudah terlihat jelas jika film yang naskah ceritanya dikerjakan oleh Dinata bersama dengan Lucky Kuswandi (Galih & Ratna, 2017) ini berusaha menciptakan sebuah dunia distopia yang jauh dari kondisi ideal untuk menggencarkan kritisi terhadap berbagai isu sosial yang marak terdengar belakangan – mulai dari isu nikah muda, patriarki, poligami, sampai dengan sentilan terhadap posisi “co-director” yang jelas menyindir tentang situasi di industri perfilman Indonesia. Satir. Sayangnya, daripada terasa sebagai sarana kritikan maupun sindiran yang cerdas, A World Without lebih sering berakhir dengan kesan dangkal karena ketiadaan fokus yang benar-benar berarti pada berbagai masalah yang coba dikulik oleh film ini.
A World Without terlalu sibuk berusaha untuk merangkum tentang berbagai hal yang salah tentang kondisi kehidupan sosial – jika tidak ingin menyebutnya sebagai serangan terhadap prinsip hidup “kaum kanan” – sehingga terlupa untuk memberikan pengembangan yang mumpuni pada tiap konflik maupun karakternya. Terasa tendensius, meskipun akan ada banyak penonton film ini yang setuju dengan berbagai hal yang coba disampaikan oleh Dinata dan Kuswandi. Konflik dan karakter dalam linimasa pengisahan film ini terasa hanya diciptakan untuk memberikan ruang bagi kritik terhadap berbagai isu sosial yang telah diincar daripada disajikan dengan bangunan kisah yang utuh sekaligus kokoh. Lihat saja bagaimana The Light yang digambarkan sebagai komunitas tertutup dan memiliki aturan ketat layaknya kultus namun kemudian memiliki pengawasan maupun sistem keamanan yang begitu lemah.
Naskah cerita yang tidak tergarap dengan baik, sayangnya, juga mendapatkan tata pengarahan yang berkapasitas seadanya dari Dinata. Banyaknya karakter yang ingin ditonjolkan membuat perhatian pengisahan film menjadi terpecah – dan lantas menjadikan tak satupun karakter dapat berkembang dengan baik. Kisah tentang usaha sekelompok karakter untuk keluar dari lingkungan yang berbahaya bagi mereka juga gagal dihadirkan dengan intensitas pengisahan yang tepat. Dinata juga begitu berhasrat ingin meyakinkan penonton bahwa alur pengisahan filmnya berada di masa depan namun dengan setengah hati memberikan eksekusi yang tepat untuk menggambarkannya – selain dengan gambaran akan sejumlah properti bernuansa futuristik.
Ayushita, Rawles, Abigail, dan Maizura memberikan kemampuan terbaik mereka untuk menghidupkan tiap karakter yang mereka perankan. Namun, tentu saja, dengan ketiadaan penulisan karakter yang benar-benar kuat, penampilan-penampilan tersebut berakhir dengan kesan hampa. Tidak mengherankan jika A World Without kemudian berujung sebagai presentasi yang memiliki gagasan pengisahan yang ambisius namun tampil hambar akibat dangkalnya eksekusi yang diberikan pada pengembangan kisahnya.
A World Without (2021)
Directed by Nia Dinata Produced by Wilza Lubis Written by Nia Dinata, Lucky Kuswandi Starring Amanda Rawles, Maizura, Asmara Abigail, Chicco Jerikho, Ayushita, Jerome Kurnia, Dira Sugandi, Richard Kyle, Dimas Danang, Joko Anwar, Willem Bevers, Santosa Amin, Shalom Razade, Sri Sulansih, Tatyana Akman, Olga Lydia, Galabby Thahira, Aaron Hart, Susilawati, Andri Cung, Jefri Thung, Melissa Karim Cinematography Anggi Frisca Edited by Aline Jusria Music by Bembi Gusti, Tony Merle, Aghi Narottama Production companies Kalyana Shira Films Running time 107 minutes Country Indonesia Language Indonesian