Review: The Turning (2020)


The Turning bukanlah film pertama yang alur ceritanya diadaptasi dari novela karangan Henry James, The Turn of the Screw (1898). Tercatat, industri film dunia telah berulangkali memberikan interpretasi mereka atas kisah horor tersebut, termasuk The Innocents (Jack Clayton, 1961) yang kini dianggap sebagai salah satu film horor terbaik sepanjang masa serta prekuelnya yang berjudul The Nightcomers (Michael Winner, 1971) yang dibintangi oleh aktor Marlon Brando. The Turning sendiri merupakan usaha dari Steven Spielberg, yang menjadi salah satu produser eksekutif bagi film ini, untuk menceritakan ulang The Turn of the Screw dengan menempatkan Juan Carlos Fresnadillo (28 Weeks Later, 2007) sebagai sutradara bagi proyek film yang mulai dikembangkan dengan judul Haunted semenjak tahun 2016 ini. Perbedaan visi antara Spielberg dengan Fresnadillo lantas menghentikan pengembangan Haunted, membuat Spielberg kemudian menempatkan Floria Sigismondi (The Runaways, 2010) untuk menggantikan posisi Fresnadillo sebagai sutradara, serta sekaligus mengganti judul film menjadi The Turning.

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh duo penulis naskah Carey W. Hayes dan Chad Hayes yang sebelumnya juga menuliskan naskah bagi film-film horor seperti House of Wax (2005), Whiteout (2009), dan The Conjuring (2013), The Turning berkisah mengenai Kate Mendell (Mackenzie Davis) yang memilih untuk meninggalkan pekerjaan sebagai seorang guru sekolah demi menjadi pengasuh sekaligus pengajar pribagi bagi seorang anak yatim piatu bernama Flora Fairchild (Brooklynn Prince). Bukan sebuah pilihan yang mudah mengingat Kate Mendell kini harus tinggal di lokasi yang terpencil dan jauh dari ibunya (Joely Richardson) yang kini sedang dirawat akibat penyakit kejiwaannya. Tantangan yang harus dihadapi oleh Kate Mendell tidak berhenti disana. Kakak laki-laki dari Flora Fairchild, Miles Fairchild (Finn Wolfhard), sepertinya tidak menyukai kehadirannya dan sering memberikan masalah baru bagi Kate Mendell. Namun, tantangan terbesar bagi gadis tersebut datang ketika dirinya mulai melihat berbagai hal dan kejadian aneh di rumah besar yang kini ia tinggali.

Dengan premis yang sangat menjanjikan, The Turning, sayangnya, tidak mampu digarap menjadi sebuah sajian horor yang benar-benar efektif akibat kualitas naskah ceritanya yang begitu dangkal. The Turn of the Screw sebenarnya memiliki alur kisah yang cukup familiar bagi para penikmat horor modern – termasuk mereka yang menikmati The Conjuring dan The Conjuring 2 (2016) yang naskah ceritanya juga digarap oleh Carey W. Hayes dan Chad Hayes. Namun, The Turning sepertinya hanya diniatkan sebagai ajang pameran adegan-adegan kejutan dari awal hingga akhir cerita. Di momen karakter Kate Mendell menginjakkan kakinya di rumah besar yang ditempati karakter Miles Fairchild dan Flora Fairchild, penonton dapat dengan mudah menduga bahwa teror horor akan segera dimulai. Beberapa adegan kejutan tersebut mampu tampil elegan – khususnya dengan bantuan arahan artistik Sigismondi yang terus mempertahankan kesan atmosfer kelam dan gothic bagi jalan cerita film. Sayang, di banyak bagian lain, adegan-adegan kejutan horor tersebut terasa monoton dan basi.

Masalah dalam departemen cerita film masih ditambah dengan kegagalan naskah cerita untuk memberikan pengembangan yang matang bagi konflik lain yang hadir dan berjalan di sepanjang pengisahan The Turning. Film ini secara perlahan mulai membuka berbagai tabir misteri tentang sikap aneh yang ditunjukkan oleh karakter-karakternya namun, di saat yang bersamaan, juga gagal untuk memberikan pendalaman cerita yang lebih meyakinkan bagi misteri tersebut. Pilihan akhir kisah yang diberikan Carey W. Hayes dan Chad Hayes bagi The Turning juga sangat menggelikan. Kedua penulis naskah mungkin menginginkan sebuah akhir kisah yang berkesan “gila” atau “nekat.” Bukan pilihan yang salah. Namun dengan pengembangan konflik yang dangkal pada konflik yang diturutsertakan pada akhir kisah yang dirancang oleh penulis naskah film, akhir kisah The Turning jelas lebih mengacu pada kesan “tergarap sembarangan” – jika tidak ingin menyebutnya sebagai “tidak masuk akal.” Kualitas penulisan cerita yang benar-benar mengecewakan.

Dangkalnya kualitas presentasi cerita jelas memberikan pengaruh yang fatal bagi kualitas presentasi lain bagi The Turning. Lihat saja bagaimana penampilan Davis, Prince, dan Wolfhard yang solid dalam usaha mereka untuk menghidupkan karakter-karakter yang mereka perankan serta membangkitkan unsur kengerian dari jalan cerita film menjadi tenggelam dan terasa percuma. Sebagai film kedua yang ia arahkan setelah sepuluh tahun yang lalu mengarahkan The Runaways, Sigismondi rasanya jelas juga layak berduka dengan capaian kualitas yang ia hantarkan melalui The Turning. Meskipun ia masih mampu untuk menghasilkan pilihan-pilihan artistik yang cukup menyenangkan untuk dilihat serta berhasil untuk menjaga tatanan cerita untuk dapat terus mengalir dengan baik, The Turning tetap tidak dapat bangkit dari terjerembabnya kualitas cerita film yang sungguh tidak dapat diselamatkan. Buruk.

popcornpopcornpopcorn2popcorn2popcorn2

the-turning-mackenzie-davis-movie-posterThe Turning (2020)

Directed by Floria Sigismondi Produced by Scott Bernstein, Roy Lee, Seth William Meier Written by Carey W. Hayes, Chad Hayes (screenplay), Henry James (novel, The Turn of the Screw) Starring Mackenzie Davis, Finn Wolfhard, Brooklynn Prince, Joely Richardson, Barbara Marten, Mark Huberman, Niall Greig Fulton, Denna Thomsen, Kim Adis, Karen Egan, Darlene Garr Music by Nathan Barr Cinematography David Ungaro Edited by Duwayne Dunham, Glenn Garland Production company DreamWorks Pictures/Amblin Entertainment/Vertigo Entertainment Running time 94 minutes Country United States Language English

Leave a Reply