Review: Midway (2019)


Masih ingat dengan peristiwa pengeboman Pangkalan Angkatan Laut Pearl Harbor milik Amerika Serikat oleh Angkatan Laut Jepang di tahun 1941 yang lantas memicu keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam Perang Dunia II? Atau… well… masih ingat dengan konflik yang dikisahkan oleh film Pearl Harbor (2001) arahan Michael Bay yang dibintangi Ben Affleck, Kate Beckinsale, dan Josh Hartnett yang mampu mengumpulkan pendapatan komersial sebesar lebih dari US$450 juta terlepas dari kritikan tajam yang dialamatkan oleh banyak kritikus film dunia? Midway menghadirkan kisah bersejarah tentang keberhasilan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk meredam serangan Angkatan Laut Jepang di Kepulauan Midway yang terjadi enam bulan setelah terjadinya serangan terhadap Pangkalan Angkatan Laut Pearl Harbor. Pertempuran Midway mungkin tidak sepopular Pengeboman Pearl Harbor bagi kebanyakan masyarakat dunia namun, tetap saja, kisah kepahlawanan pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat dalam melawan serangan pasukan Jepang masih layak untuk diceritakan.

Dengan latar peperangan yang dimiliki oleh jalan cerita film ini – yang, tentu saja, akan mengandung banyak adegan ledakan, mungkin Bay seharusnya duduk di kursi penyutradaraan. Namun, Midway sendiri merupakan sebuah proyek yang sangat personal bagi sutradara Roland Emmerich – sutradara, yang seperti halnya Bay, juga dikenal sebagai sosok yang begitu “mendewakan” penampilan efek audio dan visual yang megah bagi film-film yang ia arahkan seperti Independence Day (1996), Godzilla (1998), The Day After Tomorrow (2004), White House Down (2013), hingga Independence Day: Resurgence (2016). Usaha Emmerich untuk memproduksi Midway bahkan telah dimulai pada tahun ‘90an sebelum Bay akhirnya memproduksi dan merilis Pearl Harbor. Sayang, tema tentang Perang Dunia II yang dinilai akan membutuhkan dan menghabiskan biaya produksi yang besar membuat Midway terus tertunda pembuatannya. Tekad Emmerich untuk memfilmkan Pertempuran Midway mulai menemui titik terang pada tahun 2017 ketika sutradara asal Jerman tersebut berhasil mengumpulkan sendiri biaya produksi sebesar US$100 juta yang ia butuhkan – yang sekaligus menjadikan Midway sebagai salah satu film independen termahal di sepanjang sejarah.

Lalu bagaimana dengan kualitas presentasi Midway sendiri? Mereka yang mengharapkan sebuah sajian bertema peperangan yang hadir dengan tampilan visual yang spektakuler serta dentuman audio yang menggelegar, Midway jelas hadir dalam kapasitas yang cukup memuaskan. Emmerich tahu benar pangsa pasar yang merasa tertarik untuk menyaksikan premis yang disajikan oleh filmnya dan lantas memastikan bahwa elemen-elemen pengisahan tersebut dieksekusi dan disajikan secara maksimal. Di saat yang bersamaan, sulit untuk mengingkari bahwa, seperti halnya kebanyakan film garapan Emmerich lainnya, Midway dibangun dengan naskah cerita yang cenderung terlalu sederhana untuk kisah sejarah yang cukup rumit yang coba dibahasnya. Secara singkat, naskah cerita Midway yang digarap oleh Wes Tooke bertutur tentang peristiwa Pengeboman Pearl Harbor yang menjadi pangkal permasalahan bagi Pertempuran Midway, dua sudut pandang yang berbeda dari pihak Amerika Serikat dan Jepang, pergelutan politik di pemerintahan Amerika Serikat mengenai peperangan yang berlangsung, hingga selipan kisah personal dari beberapa karakter yang dihadirkan dalam linimasa cerita film ini. Complicated? Damn right.

Terlalu banyaknya konflik dan karakter yang lantas tidak mampu ditangani Tooke dengan baik lantas menjadikan sebagian besar elemen cerita Midway menjadi tergarap setengah matang. Tidak mengherankan bila kemudian mayoritas penonton lantas memilih untuk memalingkan perhatian mereka dari berbagai intrik yang sedang dikisahkan sebelum akhirnya memfokuskan perhatian mereka kembali ketika Midway menghadirkan sajian aksinya. Terlepas dari lemahnya penggarapan karakter, Emmerich cukup berhasil mengumpulkan barisan talenta akting yang cukup mampu membuat setiap karakter yang mereka perankan tampil hidup dan berkesan. Ed Skrein hadir dengan kharisma yang kuat dalam setiap adegan. Penampilan apiknya juga membuat kisah romansa karakternya bersama karakter yang diperankan Mandy Moore menjadi begitu memikat. Patrick Wilson, Luke Evans, Aaron Eckhart, dan Woody Harrelson menjadi beberapa penampilan lain dalam film ini yang akan mampu mencuri perhatian dari barisan banyak penampilan akting lain yang, sayangnya, akan tenggelam dan menjadi korbandari penggarapan konflik serta karakter dari Midway yang terlalu lemah.

popcornpopcornpopcornpopcorn2popcorn2

midway-movie-posterMidway (2019)

Directed by Roland Emmerich Produced by Roland Emmerich, Harald Kloser Written by Wes Tooke Starring Ed Skrein, Patrick Wilson, Luke Evans, Aaron Eckhart, Nick Jonas, Mandy Moore, Dennis Quaid, Tadanobu Asano, Woody Harrelson, Darren Criss, Jake Weber, Brennan Brown, Alexander Ludwig, David Hewlett, Keean Johnson, Mark Rolston, Luke Kleintank, Brandon Sklenar, Jake Manley, Eric Davis, Kenny Leu, James Carpinello, Russell Dennis, Jacob Blair, James Hicks, Etsushi Toyokawa, Jun Kunimura, Peter Shinkoda, Nobuya Shimamoto, Hiro Kanagawa, Ken Takikawa, Hiromoto Ida, Hiroaki Shintani, Ryuta Kato, Rachael Perrell Fosket, Geoffrey Blake, Dean Schaller, Christie Brooke Music by Thomas Wander, Harald Kloser Cinematography Robby Baumgartner Edited by Adam Wolfe Production company Centropolis Entertainment/Starlight Culture Entertainment Group/Street Entertainment/Shanghai Ruyi Entertainment Running time 138 minutes Country United States Language English

One thought on “Review: Midway (2019)”

Leave a Reply