Review: Fear Street Part Three: 1666 (2021)


Dirancang sebagai sebuah trilogi yang masing-masing bagian pengisahannya dirilis tiap minggu secara berurutan oleh Netflix, seri film Fear Street mengakhiri perjalanan kisahnya dengan perilisan Fear Street Part Three: 1666. Dengan naskah cerita yang digarap oleh sutradara film ini, Leigh Janiak, bersama dengan Phil Graziadei dan Kate Trefry, Fear Street Part Three: 1666 akan membawa penontonnya semakin jauh ke masa lalu untuk menggali secara mendalam kisah dari seorang perempuan bernama Sarah Fier (Elizabeth Scopel) yang dieksekusi karena dugaan kemampuan ilmu sihirnya. Dikisahkan, di pemukiman yang dikenal dengan nama Union – yang di masa depan akan berkembang menjadi kota modern, Sunnyvale dan Shadyside, sebuah kekuatan misterius menyebabkan bahan makanan menjadi membusuk, hewan ternak mati, dan, puncaknya, Pastor Cyrus Miller (Michael Chandler) ditemukan telah membunuh murid-muridnya. Panik, warga Union mulai berkumpul dan memutuskan bahwa kejadian-kejadian aneh yang menimpa mereka adalah merupakan akibat perbuatan sihir. Kepanikan warga tersebut kemudian dimanfaatkan oleh seorang pemuda bernama Caleb (Jeremy Ford) untuk membalaskan dendamnya pada Sarah Fier dan Hannah Miller (Olivia Scott Welch) yang dahulu pernah mempermalukannya.

Sebagai bagian penutup dari sebuah trilogi, Fear Street Part Three: 1666 memang bertugas sebagai bagian yang dapat menjelaskan secara utuh tentang mitos dari karakter Sarah Fier yang menjadi bagian krusial bagi kisah misteri yang diemban seri film ini semenjak awal sekaligus memberikan penyelesaian bagi konflik yang masih harus dihadapi oleh karakter-karakter dalam linimasa penceritaan Fear Street Part Three: 1994. Tidak mengherankan jika, dengan durasi penceritaan yang mencapai 114 menit, Fear Street Part Three: 1666 lantas dibagi lagi menjadi dua bagian, Fear Street Part Three: 1666 serta Fear Street Part One: 1994 – Part 2. Penuturan akan mitos tentang sosok dari karakter Sarah Fier pada Fear Street Part Three: 1666 dihadirkan dengan menggunakan sejumlah tema maupun konflik yang hampir serupa dengan tema maupun konflik dari dua film sebelumnya guna menegaskan sifat paralel serta benang merah dari tiga linimasa dalam seri film ini.

Kisah tentang “perburuan penyihir” yang dihadirkan Janiak, Graziadei, dan Trefry dalam bagian ini dikemas menarik. Meskipun minim adegan-adegan slasher maupun horor yang mendominasi pada dua film sebelumnya, intrik yang berlangsung antara tiap karakter dalam Fear Street Part Three: 1666 dapat disajikan dengan intensitas yang terjaga baik. Pilihan Janiak untuk menghadirkan barisan pemeran yang telah hadir di dua film sebelumnya untuk memerankan karakter-karakter baru di Fear Street Part Three: 1666 memberikan sejumlah distraksi bagi penonton untuk dapat benar-benar menyelami konflik yang sedang dikisahkan pada bagian film ini. Memang, Janiak mungkin bertujuan untuk menciptakan benang merah yang semakin jelas antara tiap pengisahan yang terdapat dalam seri film Fear Street. Namun, distraksi yang diciptakan akibat sejumlah kebingungan pemeran mana yang memerankan karakter yang mana – terlebih dengan konflik yang juga tidak begitu berbeda – cukup menghalangi Fear Street Part Three: 1666 untuk menghasilkan pengaruh cerita yang lebih kuat.

Beruntung, ketika Fear Street Part Three: 1666 meneruskan penceritaannya ke bagian Fear Street Part One: 1994 – Part 2, elemen-elemen horor dan slasher yang menyenangkan dan benar-benar terasa menghilang pada paruh pertama Fear Street Part Three: 1666 kembali dihadirkan yang sekaligus mampu memberikan tambahan energi bagi pengisahan film secara keseluruhan. Berbeda dengan bagian pertama dan kedua, Fear Street Part Three: 1666 dibentuk sebagai bagian yang terkait dengan pengisahan sebelumnya dan sukar untuk berdiri sendiri. Bukan sebuah masalah besar jika penonton telah mengikuti dua patuh pengisahan sebelumnya, namun dengan ketiadaan pengembangan konflik dan karakter yang terasa minimalis pada bagian pengisahan ini, Fear Street Part Three: 1666 tampil dengan pengisahan yang lebih lemah. Meskipun begitu, Janiak tetap berhasil merangkum bagian final dari seri Fear Street dengan penataan ritme cerita yang kuat serta didukung oleh tata produksi yang juga meyakinkan.

Penampilan Sadie Sink sebagai Christine “Ziggy” Berman pada Fear Street Part Two: 1978 jelas menjadi penampilan yang paling mencuri perhatian di sepanjang presentasi tiga seri film Fear Street. Ketiadaan penampilan Sink sebagai Christine “Ziggy” Berman pada Fear Street Part Three: 1666 – Sink hanya hadir lewat sejumlah adegan kilas balik yang diambil dari film sebelunya serta karakter minor bernama Constance – cukup memberikan kesan hampa. Meskipun begitu, penampilan-penampilan dari barisan pemeran film sebelumnya yang kembali hadir di film ini, seperti Kiana Madeira, Gillian Jacobs, Ashley Zukerman, dan Benjamin Flores Jr. tidak mengecewakan dan tetap berhasil untuk semakin mendorong Fear Street Part Three: 1666 tampil sebagai sajian horor yang mengesankan meskipun mengalami sedikit penurunan kualitas penceritaan jika dibandingkan dengan dua film pendahulunya.

Fear Street Part Three: 1666 (2021)

Directed by Leigh Janiak Produced by Peter Chernin, Jenno Topping, David Ready, Kori Adelson Written by Phil Graziadei, Leigh Janiak, Kate Trefry (screenplay), R. L. Stine (books, Fear Street) Starring Kiana Madeira, Elizabeth Scopel, Benjamin Flores Jr., Randy Havens, Julia Rehwald, Matthew Zuk, Fred Hechinger, Michael Chandler, Sadie Sink, Emily Rudd, Olivia Scott Welch, Lacy Camp, McCabe Slye, Ashley Zukerman, Jordana Spiro, Jeremy Ford, Patrick Roper, Robert Bryan Davis, Lynne Ashe, Charlene Amoia, Mark Ashworth, Todd Allen Durkin, Ryan Simpkins, Noah Garrett, Keil Oakley Zepernick, Emily Brobst, Kevin Waterman, Jordyn DiNatale, Ted Sutherland, Lloyd Pitts, Gillian Jacobs, Darrell Britt-Gibson, Daniel Thomas May, Meghan Packer, Nilah Blasingame, Rachel Doman, Jana Allen, Gracen Newton Music by Marco Beltrami, Anna Drubich Cinematography Caleb Heymann Edited by Rachel Goodlett Katz Production companies Chernin Entertainment Running time 114 minutes Country United States Language English

Leave a Reply