Review: The Dig (2021)


The Dig, yang menjadi film kedua yang diarahkan oleh sutradara asal Australia, Simon Stone, setelah The Daughter (2015), berkisah mengenai penggalian situs arkeologi di wilayah Sutton Hoo, Suffolk, Inggris, yang dimulai pada tahun 1939. Berdasarkan kisah nyata, penggalian tersebut dimulai ketika sang pemilik tanah, Edith Pretty (Carey Mulligan), mempekerjakan seorang arkeologi sekaligus penggali otodidak, Basil Brown (Ralph Fiennes), untuk menggali beberapa gundukan kuburan yang berada di sekitaran tanah miliknya dan selama ini diduga menjadi lokasi keberadaan sejumlah artefak yang berasal dari era kejayaan bangsa Viking – meskipun, menurut penilaian Basil Brown, artefak yang berada di lokasi tersebut kemungkinan juga berasal dari bangsa Anglo-Saxon yang merupakan nenek moyang dari masyarakat Britania Raya modern. Benar saja, setelah beberapa lama melakukan penggalian, Basil Brown mulai menemukan bukti bahwa wilayah penggaliannya merupakan sebuah situs arkeologi penting yang akan membuka lembaran sejarah baru tentang masa lalu dari bangsa Anglo-Saxon.

Sejarah? Arkeologi? Artefak? Terdengar membosankan? WellThe Dig memang bukanlah seri film Indiana Jones (1981 – 2008) yang juga menempatkan seorang sosok arkeolog sebagai karakter utamanya namun dengan plot pengisahan yang berisi banyak intrik dan adegan aksi. Dengan naskah cerita yang digarap oleh Moira Buffini (Byzantium, 2013) berdasarkan novel berjudul sama karya John Preston, The Dig adalah presentasi yang bertutur secara intim sekaligus personal akan perjalanan hubungan dua karakter utamanya yang terjalin atas dasar kegemaran keduanya pada bidang ilmu arkeologi. Stone mampu menggali dengan baik perjalanan hubungan kedua karakter tersebut, memberi ruang yang lugas bagi galian karakterisasi keduanya, hingga menghasilkan tatanan yang kuat bagi kehadiran konflik-konflik baru yang secara perlahan mampu menghasilkan ikatan emosional yang terasa meyakinkan. Sukar untuk membantah bahwa paruh pertama dari The Dig, yang murni dikuasai oleh alur kisah dari karakter Edith Pretty dan Basil Brown, menghasilkan momen drama yang begitu memikat akan sebuah tema pengisahan yang sebenarnya mengalun secara monoton.

Kualitas pengisahan prima pada paruh pertama dari The Dig, sayangnya, tidak mampu diimbangi oleh kualitas penceritaan paruh keduanya. Paruh kedua dari The Dig mengubah fokusnya dari dinamika antara hubungan dua karakter utama menjadi jalinan kisah yang diisi oleh banyak konflik dan karakter – mulai dari hubungan cinta segitiga antara karakter pasangan suami istri, Stuart (Ben Chaplin) dan Peggy Piggott (Lily James), dengan karakter Rory Lomax (Johnny Flynn), hingga problema tentang penemuan dari karakter Basil Brown yang ingin di-klaim dan dibawa oleh karakter Charles Phillips (Ken Stott). Sebenarnya bukanlah masalah besar jika The Dig lantas ingin memperluas cakupan wilayah pengisahannya. Namun, seiring dengan berkembangnya jumlah karakter dan konflik, film ini lantas terasa kebingungan untuk memberikan penggalian kisah yang lebih utuh pada deretan konflik tersebut. Hal ini masih ditambah dengan berkurangnya perhatian (baca: terlupakan) pada karakter Edith Pretty dan Basil Brown serta konflik-konflik awal yang sebenarnya telah terbangun dengan baik.

Lihat saja bagaimana tarik ulur yang terjadi pada drama romansa antara karakter Stuart Piggott, Peggy Piggott, dan Rory Lomax. Setelah pada awalnya berkutat pada gambaran masalah dalam pernikahan pasangan karakter Stuart dan Peggy Piggott, The Dig membutuhkan sejumlah waktu untuk menghangatkan kisah jalinan romansa antara karakter Peggy Piggott dengan Rory Lomax. Sentuhan penutup kisah yang menggambarkan karakter Stuart Piggott kemudian jatuh hati pada rekan sesama arkeolog-nya juga terasa “curang” karena ditampilkan secara kilasan belaka demi menjelaskan sikap dingin yang ia tunjukkan selama ini pada karakter Peggy Piggott. Karakter Charles Phillips yang diperankan oleh Stott seringkali dimanfaatkan hanya untuk meningkatkan intensitas ketegangan pada penceritaan. Menambah bumbu dramatisasi kisah yang sebenarnya kurang begitu dibutuhkan.  Beruntung, terlepas dari tidak matangnya pengolahan konflik-konflik baru tersebut, James, Chaplin, Flynn, Stott, serta barisan pengisi departemen akting dari film ini hadir dengan kualitas penampilan yang begitu berkelas.

Tentu saja, The Dig tetap mampu tampil bersinar berkat kharisma sekaligus penampilan akting yang kuat dari Mulligan dan Fiennes. Porsi pengisahan bagi dua karakter yang mereka perankan boleh saja berkurang banyak pada tahap lanjutan penceritaan film. Namun, Mulligan dan Fiennes tetap mampu mengikat perhatian utuh setiapkali penceritaan dari karakter yang mereka perankan muncul dalam adegan. Kredit khusus juga layak diberikan pada aktor muda Archie Barnes yang selalu mampu untuk mendampingi penampilan dari Mulligan dan Fiennes. Stone juga melengkapi filmnya dengan iringan musik yang menghanyutkan garapan Stefan Gregory serta tata sinematografi garapan Mike Eley yang benar-benar mampu untuk menangkap detil keindahan wilayah sekitar lokasi yang menjadi latar belakang berlangsung cerita. Cukup disayangkan memang untuk melihat The Dig harus tenggelam dalam sejumlah pengisahan pendukung yang tidak begitu dapat diolah dengan baik. Padahal, selain telah memiliki jalinan hubungan kisah antara dua karakter utama yang solid, naskah cerita The Dig juga mengandung sejumlah pandangan maupun filosofi akan kehidupan yang cukup menggugah.

The Dig (2021)

Directed by Simon Stone Produced by Gabrielle Tana, Ellie Wood, Carolyn Marks Blackwood, Murray Ferguson Written by Moira Buffini (screenplay), John Preston (novel, The Dig) Starring Carey Mulligan, Ralph Fiennes, Lily James, Johnny Flynn, Ben Chaplin, Ken Stott, Archie Barnes, Monica Dolan, Stephen Worrall, Danny Webb, Robert Wilfort, James Dryden,  Joe Hurst, Paul Ready, Peter McDonald, Christopher Godwin, Ellie Piercy, Bronwyn James, Desmond Kaliszewski, Jonah Rzeskiewicz, Jack Bennett, John Macmillan, Arsher Ali, Eamon Farren, Amelia Stephenson Music by Stefan Gregory Cinematography Mike Eley Edited by Jon Harris Production company Magnolia Mae Films/Clerkenwell Films Running time 112 minutes Country United Kingdom, United States Language English

One thought on “Review: The Dig (2021)”

Leave a Reply