Review: June & Kopi (2021)


Kisah persahabatan yang terjalin antara manusia dengan anjing telah ambil bagian dalam plot pengisahan banyak film dari berbagai jenis warna cerita – mulai dari Turner & Hooch (Roger Spottiswoode, 1989), Must Love Dogs (Gary David Goldberg, 2005), I Am Legend (Francis Lawrence, 2007), Marley & Me (David Frankel, 2008), Hachiko: A Dog’s Story (Lasse Hallström, 2009), hingga The Call of the Wild (Chris Sanders, 2020). Cukup berbeda dengan Hollywood, Anda harus menyibak kembali rentangan waktu hingga ke tahun 1974 untuk menemukan Boni & Nancy yang menjadi film Indonesia pertama dan satu-satunya yang mengeksplorasi tema serupa dalam penceritaannya. Kini, film arahan John Tjasmadi itu tidak akan lagi menjadi film Indonesia satu-satunya yang bertutur tentang persahabatan antara manusia dengan mamalia yang bergelar peliharaan dan sahabat tertua manusia tersebut. Film kedua yang diproduseri, diarahkan, sekaligus ditulis ceritanya oleh Noviandra Santosa, June & Kopi, akan melalui jejak serupa yang sebelumnya telah dibuat dan dilalui oleh Boni & Nancy.

June dan Kopi adalah dua nama anjing jalanan yang diadopsi oleh pasangan suami istri, Ale (Ryan Delon) dan Aya (Acha Septriasa), yang kini sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka. Meskipun June dan Kopi telah menjadi bagian dekat dalam kehidupan mereka, kekhawatiran masih sering menyergap di benak Ale dan Aya akibat sikap ketakutan dan defensif yang sering ditunjukkan oleh June ketika sedang berhadapan dengan anak-anak yang dikarenakan oleh trauma dari masa lalunya. Ale dan Aya merasa khawatir jika June nantinya akan bersikap sama – atau malah membahayakan – ketika berhadapan dengan anak mereka. Beruntung, dugaan tersebut ternyata tidak terbukti. Berkat kedekatannya dengan Aya, June secara perlahan mampu melupakan rasa ketakutannya terhadap anak-anak dan mulai menerima kehadiran putri pertama dari Ale dan Aya. June bahkan sering bersikap sebagai pelindung bagi bayi perempuan yang dinamai Karin tersebut.

Sayangnya, ada begitu banyak masalah dalam presentasi maupun naskah cerita yang dikelola oleh Santosa bersama dengan Titien Wattimena (Milea: Suara dari Dilan, 2020). Delon dan Septriasa tidak pernah terasa mampu hadir dengan chemistry yang tepat maupun meyakinkan sebagai pasangan suami istri. Penampilan akting Delon juga begitu terbatas – dan diperparah dengan gambaran karakternya yang cukup dangkal. Karakter Ika yang diperankan oleh TJ juga hampir tidak memiliki guna kehadirannya – dan diperparah dengan eksekusi akting secara komikal yang sering terasa tidak tepat dan mengganggu. Dan, terlepas dari judul film yang menjelaskan keberadaan karakter June dan Kopi, naskah cerita film ini entah bagaimana “terlupa” untuk memberikan karakter Kopi alur pengisahannya sendiri. Selain dari kisah tentang karakter Kopi yang turut mengejar karakter June di paruh ketiga pengisahan, karakter anjing tersebut nyaris tidak melakukan atau terlibat dalam hal apapun di sepanjang pengisahan June & Kopi. Hal ini masih ditambah dengan penggunaan adegan montase yang berlebihan, sejumlah inkonsistensi pada plot cerita, dan beberapa baris dialog yang menggelikan.

Sejujurnya, June & Kopi tidak pernah terasa mampu untuk benar-benar hadir dengan kualitas penceritaan yang lebih bermakna daripada sekedar menghadirkan momen-momen manis yang dihasilkan oleh interaksi yang terjadi dengan karakter sang anjing. Untungnya, Santosa mampu menunjukkan tajinya dalam mengelola pengisahan yang berkaitan dengan karakter June (dan Kopi) yang memang menjadi bintang utama dari film ini. Santosa tidak hanya berhasil mengarahkan June dan Suki – dua anjing yang memerankan sosok June – serta Oso dan Buddha – dua anjing yang memerankan sosok Kopi – untuk mengeluarkan berbagai gestur lucu nan menggemaskan. Santosa juga mampu dengan lihai menangkap momen emosional yang dikeluarkan oleh para pemeran berkaki empatnya. Tatanan kamera yang berada lebih bawah ketika June & Kopi ingin bercerita dari sudut pandang karakter June dan Kopi juga tergarap dengan baik.

June & Kopi memang memamerkan banyak kelemahan dalam narasinya namun sulit untuk disangkal bahwa film ini mampu tampil manis dan menyentuh – meskipun dalam tatanan adegan yang berkesan manipulatif – ketika Santosa memilih untuk menjatuhkan fokus kisah pada sosok karakter June. June & Kopi setidaknya akan masih mampu untuk menjadi sajian yang menghibur bagi para peminat film keluarga – serta para pecinta anjing, tentu saja. And maybe that’s enough.

June & Kopi (2021)

Directed by Noviandra Santosa Produced by Noviandra Santosa Written by Noviandra Santosa, Titien Wattimena Starring Acha Septriasa, Ryan Delon, Makayla Rose Hilli, TJ, June, Suki, Oso, Buddha, Monica Oemardi, Reza Aditya, David Saragih, Andi Boim Music by Joy Ngiaw Cinematography Budi Utomo Edited by Maulana Ishak Monge Production companies Aurora Films Running time 90 minutes Country Indonesia Language Indonesian

2 thoughts on “Review: June & Kopi (2021)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s