Review: Dark Waters (2019)


Sebagai sebuah film, presentasi cerita yang dihadirkan Dark Waters mungkin akan mengingatkan banyak penontonnya pada sebuah film lain yang memiliki persamaan tema cerita. Bukan, film ini tidak memiliki pengisahan yang serupa dengan (atau bahkan merupakan sekuel dari) film horor yang dibintangi Jennifer Connelly, Dark Water (Walter Selles, 2005). Alur cerita Dark Waters yang berkisah tentang seorang pengacara yang berusaha untuk menuntut sebuah perusahaan industri raksasa akibat keteledoran mereka dalam menangani limbah yang lantas menyebabkan pencemaran lingkungan sekaligus penyakit pada masyarakat yang bersinggungan langsung dengan limbah tersebut jelas akan menghadirkan nostalgia dari pengisahan Erin Brockovich (Steven Soderbergh, 2000) yang dahulu berhasil memenangkan Julia Roberts kategori Best Actress in a Leading Role di ajang The 73rd Annual Academy Awards. Juga mendasarkan naskah ceritanya pada sebuah kisah nyata, layaknya Erin Brockovich, Dark Waters juga akan memaparkan bagaimana sifat tamak manusia telah menjadi senjata yang tidak hanya mematikan diri sendiri namun juga merusak orang-orang yang sebenarnya tidak bersalah.

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Mario Correa dan Matthew Michael Carnahan (World War Z, 2013) berdasarkan artikel berjudul The Lawyer Who Became DuPont’s Worst Nightmare yang ditulis oleh Nathaniel Rich dan diterbitkan di The New York Times Magazine pada tahun 2016, film arahan Todd Haynes (Wonderstruck, 2017) ini memulai pengisahannya ketika seorang pengacara perusahaan bernama Robert Bilot (Mark Ruffalo) didatangi oleh seorang peternak, Wilbur Tennant (Bill Camp), yang ingin mengadukan kejanggalan yang dialaminya setelah ratusan ternak yang ia miliki mati secara mengenaskan yang diduganya terjadi akibat aliran sungai yang berada di dekat rumahnya telah tercemar oleh limbah yang diproduksi oleh perusahaan DuPont. Awalnya, mengingat dirinya merupakan seorang pengacara korporat dan bukanlah sosok pengacara yang menangani kasus-kasus sosial, Robert Bilot menolak permintaan yang diajukan oleh Wilbur Tennant. Namun, setelah dirinya mengunjungi wilayah peternakan sekaligus tempat tinggal Wilbur Tennant, Robert Bilot meyakini bahwa terdapat sebuah bencana besar yang menunggu bagi orang-orang yang berada di sekitar wilayah tersebut. Perjuangan Robert Bilot untuk menuntut keadilan yang nantinya akan berjalan selama hampir dua dekade akhirnya dimulai.

Mungkin cukup mengejutkan melihat Haynes yang terbiasa menggarap film-film dengan nada pengisahan eksperimental seperti Safe (1995), Velvet Goldmine (1998), hingga I’m Not There (2007) untuk kemudian mengarahkan sebuah drama berlatar dunia hukum seperti Dark Waters. Bukan berarti film ini lantas terasa sebagai sebuah film dengan warna penceritaan yang begitu mencolok dalam daftar filmografi Haynes. Meskipun memiliki alur pengisahan yang cenderung berbicara lugas, Haynes mengemas Dark Waters untuk menyerupai sebagai sebuah sajian dokumenter dimana film ini mengikuti setiap langkah karakter utamanya dalam mengumpulkan berbagai bukti maupun saksi untuk mendukung kasus yang sedang ditanganinya. Tatanan pengisahan tersebut memang membuat Dark Waters berjalan lebih lamban. Linimasa cerita yang menggarap kisah yang berjalan selama hampir dua dekade – yang ditandai Haynes dengan selipan penanda waktu di berbagai adegan film – juga tidak dipungkiri mempengaruhi durasi penceritaan menjadi semakin panjang. Tidak lantas menjadi penghalang untuk menikmati Dark Waters secara utuh mengingat Haynes mampu menjaga ritme penceritaan film dengan baik di setiap lini ceritanya.

Haynes memang sepertinya tidak berniat untuk menjadikan Dark Waters sebagai sebuah drama yang ringan guna menegaskan betapa kelam dan tragisnya pengisahan yang ingin disampaikan oleh film ini. Nuansa kelam yang dibangun oleh sinematografer Edward Lachman di sepanjang film sukses menghasilkan kesan kelabu dan depresif yang jelas tidak dapat dihindarkan. Naskah cerita garapan Correa dan Carnahan mungkin tergarap dengan struktur kisah yang cukup serupa dan familiar dengan film-film sepantarannya yang bertema sama. Namun, di saat yang bersamaan, Correa dan Carnahan mampu memberikan sokongan pada visi Haynes dengan menampilkan seluk-beluk permasalahan sosial dan hukum yang tegas dalam mengupas kasus yang dihadapi oleh sang karakter utama. Fokus yang diberikan secara utuh pada sosok karakter Robert Bilot – yang kemudian mengembang ke arah karakter orang-orang yang berada di sekitarnya – mampu menjadikan karakter tersebut terlihat begitu humanis sekaligus menghasilkan ruang penceritaan yang lebih luas dan tegas.

Dukungan dari para pengisi departemen akting film jelas semakin menjadikan kualitas presentasi Dark Waters semakin solid. Ruffalo menghadirkan karakter Robert Bilot sebagai sosok yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan namun tetap berhasil menampilkan berbagai sisi rapuh sang karakter dalam menangani pengaruh kasus yang ia tangani terhadap kehidupan pribadinya. Kharisma Ruffalo yang begitu mudah disukai juga menjadi elemen krusial bagi karakter Robert Bilot untuk menjadi sosok yang memegang perhatian penuh di sepanjang pengisahan film. Karakter-karakter lain memang tidak mendapatkan porsi pengisahan seluas karakter yang diperankan Ruffalo. Meskipun begitu Anna Hathaway – yang mendapatkan beberapa adegan dengan esensi emosional yang kuat, Tim Robbins, Mare Winningham, Camp, Bill Pullman, hingga Victor Garber tetap mampu menghadirkan penampilan akting terbaik mereka dan membuat kehadiran tiap karakter menjadi begitu mengesankan.

popcornpopcornpopcornpopcorn3popcorn2

dark-waters-mark-ruffalo-movie-posterDark Waters (2019)

Directed by Todd Haynes Produced by Mark Ruffalo, Christine Vachon, Pamela Koffler Written by Mario Correa, Matthew Michael Carnahan (screenplay), Nathaniel Rich (magazine article, The Lawyer Who Became DuPont’s Worst Nightmare) Starring Mark Ruffalo, Anne Hathaway, Tim Robbins, Bill Camp, Victor Garber, Mare Winningham, Bill Pullman, William Jackson Harper, Louisa Krause Music by Marcelo Zarvos Cinematography Edward Lachman Edited by Affonso Gonçalves Production companies Participant/Killer Films Running time 126 minutes Country United States Language English

One thought on “Review: Dark Waters (2019)”

Leave a Reply