Review: Hesher (2010)


Hesher jelas bukanlah sebuah film yang akan dapat dinikmati banyak orang. Walaupun dibintangi oleh Joseph Gordon-Levitt dan Natalie Portman serta sebuah tema cerita yang mungkin telah cukup familiar bagi banyak orang, Hesher menggunakan cara penyampaian kisah yang cukup unik dalam menghantarkan jalan ceritanya yang menyinggung mengenai bagaimana cara para karakternya untuk menghadapi rasa kehilangan terhadap seseorang yang begitu mereka cintai. Sutradara sekaligus penulis naskah, Spencer Susser, jelas-jelas tidak menginginkan adanya sentimentalitas berlebihan di dalam jalan cerita Hesher. Susser lebih memilih untuk menyampaikan kisahnya melalui dark comedy tentang kehidupan para karakternya. Tidak selalu berhasil, sayangnya, karena Susser sepertinya terlalu berusaha keras untuk menghasilkan deretan karakter yang unik namun melupakan banyak sisi emosional cerita untuk mampu menarik perhatian para penontonnya lebih dalam.

Pun begitu, tidak ada satupun penonton yang akan mampu menyangkal bahwa Hesher memiliki jajaran pemeran yang mampu menampilkan kemampuan akting mereka dengan begitu kuat. Noseph Gordon-Levitt memerankan Hesher, seorang pria dengan karakteristik sifat yang begitu eksentrik: memiliki kehidupan bebas, anti-sosial, penggemar musik heavy metal dan cenderung berbuat sesuai apaa yang ia mau tanpa berniat mempedulikan pendapat orang-orang di sekitarnya. Dalam sebuah kejadian, Hesher kemudian berkenalan dengan T.J. Forney (Devin Brochu), seorang bocah dengan kehidupan yang begitu menyedihkan. Ia baru saja kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan, yang kemudian menyebabkan dirinya dan sang ayah, Paul Forney (Rainn Wilson), menjadi begitu depresi.

Tanpa persetujuan T.J., Hesher mengikuti bocah tersebut ke rumahnya dan kemudian tinggal bersama keluarganya. Tingkah laku Hesher yang intimidatif menyebabkan Paul dan T.J. awalnya merasa gerah dengan kehadiran Hesher. Walau begitu, mereka tidak pernah sekalipun mencoba untuk mengusir Hesher dari rumah mereka, apalagi setelah beberapa lama, Hesher menjadi begitu dekat dengan nenek T.J., Madeleine Forney (Piper Laurie). Selain Hesher, T.J. juga berkenalan dengan Nicole (Natalie Portman), seorang wanita yang bekerja sebagai kasir di sebuah supermarket yang pernah menolong T.J. ketika  ia sedang dipukul seseorang. Berbeda dengan Hesher, T.J. secara perlahan mulai jatuh hati terhadap Nicole, walaupun pada akhirnya menemukan bahwa perasaannya pada Nicole bertepuk sebelah tangan.

Kesulitan penonton untuk menyukai jalan cerita Hesher mungkin akan dimulai dengan kesulitan mereka dalam menyukai Hesher sebagai karakter yang dijadikan fokus utama cerita dan hadir hampir di setiap adegan film ini. Hesher mungkin tampak sebagai seorang karakter dengan kehidupan bebas dan mampu menginspirasi setiap orang dengan sikap ‘tidak pernah terlalu serius dalam menjalankan hidup-‘nya. Gordon-Levitt juga mampu menghidupkan karakter tersebut dengan baik. Namun, setelah beberapa lama, Hesher justru terlihat sebagai karakter yang mengesalkan, sama sekali tidak simpatik dan mengganggu dalam setiap kehadirannya. Bahkan hingga jalan cerita Hesher berakhir, karakter ini tidak pernah terlihat benar-benar mampu untuk berusaha agar dirinya disukai oleh karakter-karakter lainnya.

Berbicara mengenai jalan cerita yang dihadirkan, Hesher pada dasarnya merupakan sebuah varian kisah dari bagaimana beberapa karakter berusaha untuk menghadapi hilangnya seseorang yang sangat mereka cintai dari kehidupan mereka. Dalam Hesher, kejadian tersebut dialami oleh T.J. dan ayahnya, Paul. Dua karakter ini begitu depresif dalam menghadapi kehidupan mereka sehingga hampir tidak pernah melakukan apapun selain menyesali kondisi menyedihkan yang harus mereka hadapi. Menjelang kisah berakhir, Hesher kemudian berjalan cukup klise. Karakter Hesher yang tadinya bukan merupakan seorang karakter yang simpatik, kemudian melakukan beberapa hal yang membuat T.J. dan Paul menyadari bahwa kehidupan masih berjalan meskipun orang yang mereka sayangi telah tiada. Pada bagian ini tingkat emosional Hesher mulai bergerak naik, walaupun harus diakui tidak pernah benar-benar tampil mengikat penuh.

Selain Gordon-Levitt, Natalie Portman, Rainn Wilson, Piper Laurie dan aktor pendatang baru, Devin Brochu, mampu memberikan tingkat kemampuan akting yang cukup mengesankan untuk menghidupkan karakter mereka. Portman dan Laurie mampu memberikan sentuhan feminitas yang mendalam pada jalan cerita yang dipenuhi oleh karakter-karakter maskulin yang depresif. Wilson sendiri tampil meyakinkan, jauh meninggalkan karakter Dwight Schrute yang komikal seperti yang selalu ia tunjukkan dalam serial televisi, The Office. Sementara itu, akting Devin Brochu akan mengingatkan banyak orang pada kemampuan akting perdana aktor Max Records pada film Where the Wild Things Are (2009). Tampil mengesankan dengan tingkat emosional yang mendalam.

Mungkin jika Hesher tidak terlalu berfokus pada jajaran karakter yang dihadirkan – dengan memberikan deretan karakter yang terlihat lebih optimis dalam menjalani hidup dan tahu apa yang sebenarnya mereka mau dalam hidup – atau mampu mempertajam plot drama yang dihadirkan, Hesher mungkin mampu tampil lebih baik dari sekedar sebagai sebuah film indie yang eksentrik. Bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa Hesher adalah sebuah penceritaan yang gagal, namun lewat penceritaan yang dipilih Spencer Susser, Hesher menjadi begitu terbatas dalam usahanya menyampaikan emosi jalan cerita film tersebut.

Hesher (The Last Picture Company/CatchPlay/Corner Store Entertainment/DRO Entertainment/Filmula/Handsomecharlie Films, 2010)

Hesher (2010)

Directed by Spencer Susser Produced by Lucy Cooper, Johnny Lin, Matthew Weaver, Scott Prisand, Natalie Portman, Win Sheridan, Spencer Susser Written by Spencer Susser, David Michôd (screenplay), Brian Charles Frank (story) Starring Joseph Gordon-Levitt, Natalie Portman, Rainn Wilson, Devin Brochu, Piper Laurie, John Carroll Lynch Music by Francois Tetaz Cinematography Morgan Susser Editing by Michael McCusker, Spencer Susser Studio The Last Picture Company/CatchPlay/Corner Store Entertainment/DRO Entertainment/Filmula/Handsomecharlie Films Running time 100 minutes Country United States Language English

2 thoughts on “Review: Hesher (2010)”

  1. pantes, kok pas gue nonton gak ngerti jalan ceritanya,, endingnya juga aneh banget , tapi setelah baca ini gua jadi dikit ngerti deh,, thxxx 🙂

Leave a Reply