Review: Madame X (2010)


Semenjak pertama kali melakukan debut penyutradaraan lewat film Ca Bau Kan (2002), perlahan namun pasti nama Nia Dinata menjadi sebuah jaminan tersendiri bahwa sebuah film memiliki kualitas yang berada di atas rata-rata kualitas film Indonesia lainnya jika melibatkan namanya sebagai sutradara film tersebut. Ini dibuktikan dengan kesuksesan dua film Nia lainnya, Arisan! (2003) dan Berbagi Suami (2006) yang mengikuti jejak kesuksesan Ca Bau Kan dalam meraih banyak pujian kritikus film Indonesia serta mencatatkan Nia sebagai satu-satunya sutradara film Indonesia yang filmnya selalu terpilih menjadi perwakilan Indonesia untuk bersaing di ajang Academy Awards untuk kategori Best Foreign Languange Film.

Selain sebagai sutradara, Nia Dinata juga aktif dalam memproduseri sejumlah film yang kebanyakan disutradarai oleh para sutradara pemula lewat rumah produksi Kalyana Shira Films. Tidak mengherankan bila film-film ini, jika dibandingkan dengan film yang langsung ditangani oleh Nia, memiliki kualitas yang sedikit berada di bawah film-film Nia. Madame X, yang disutradarai oleh Lucky Kuswandi, memiliki premis komedi yang cukup menjanjikan seperti halnya Quickie Express (2007). Sayangnya, di dalam perjalanan penceritaan kisahnya, Madame X terlihat sedikit melelahkan dengan banyaknya ‘pesan-pesan sosial’ yang ingin disampaikan kepada para penontonnya.

Berbicara mengenai kaum waria dan gay yang sering diperlakukan tidak adil, Madame X menghadirkan Adam (Amink), seorang waria yang bekerja di sebuah salon di negeri Antah Berantah, sebagai tokoh utama penceritaannya. Di satu hari, ketika perayaan ulang tahunnya, Adam bertemu dengan seorang wanita yang meramalkan akan ada kejadian buruk yang menimpa dirinya jika ia mempelajari sebuah tarian. Walau sedikit khawatir akan hal itu, Adam tidak terlalu memperhatikannya dan menganggapnya hanyalah sebuah ramalan biasa.

Ramalan tersebut, sayangnya, seperti menjadi kenyataan ketika Adam dan teman-temannya menjadi korban sergapan sebuah kelompok yang ingin membinasakan kaum ‘tidak bermoral’ dari negeri Antah Berantah di bawah pimpinan Kanjeng Badai (Marcell Siahaan). Menderita luka-luka akibat serangan kelompok tersebut, Adam kemudian diselamatkan oleh pasangan Om Rudi (Robby Tumewu) dan Tante Yantje (Ria Irawan). Di bawah arahan keduanya, Adam diajarkan sebuah tarian yang akan membuat Adam sanggup untuk menuntut balas kepada Kanjeng Badai atas apa yang telah dilakukannya terhadap Adam, sekaligus mencegah Kanjeng Badai untuk dapat memenangkan pemilu di negeri itu. Kini, Adam telah siap untuk beraksi. Menggunakan teknik bela diri yang ia pelajari, Adam kini kembali dengan nama Madame X.

Adalah sebuah tantangan tersendiri untuk merilis sebuah film dengan genre superhero yang tidak begitu dikenali di Indonesia. Mungkin karena alasan itulah mengapa Madame X dirilis sebagai sebuah film komedi, dan bukan drama action, agar film ini dapat lebih mudah untuk diterima penonton film Indonesia. Menit-menit awal Madame X berhasil menunjukkan hal tersebut dengan baik. Diisi dengan banyak lelucon-lelucon segar, termasuk sebuah sindiran terhadap kehidupan selebritis yang ditayangkan lewat sebuah parodi acara infotainment, Madame X dengan gampang terlihat sebagai sebuah film komedi yang sangat menjanjikan.

Secara perlahan, film ini kemudian mencoba ‘menyusupkan’ berbagai pesan-pesan yang ingin diberikannya pada penonton melalui jalan cerita kehidupan yang dialami oleh karakter Adam. Di sinilah Madame X terasa mulai mengalami kemunduran. Jalan cerita bernuansa komedi yang tadinya dijadikan sebagai menu utama film ini secara perlahan bergeser menjadi sebuah tayangan drama yang beberapa kali diselipi adegan komedi. Berkurangnya asupan hiburan di dalam jalan cerita inilah yang membuat Madame X sedikit banyak menjadi kurang begitu mampu untuk banyak bicara.

Kekuatan akting para jajaran pemeran film ini juga tampil tidak begitu istimewa. Bukannya tampil tidak bagus, namun semua aktor atau aktris yang berperan di film ini berada pada wilayah amannya, sehingga tidak ada sesuatu yang istimewa untuk diperlihatkan. Mungkin jika harus memilih siapa yang paling mencuri perhatian di film ini, maka jawaban Joko Anwar akan muncul beberapa kali. Penampilan Joko memang sangat menghibur. Kematian karakternya di bagian awal film sedikit banyak mempengaruhi keberadaan faktor komedi di film ini. Yang tampil kurang meyakinkan? Marcell Siahaan. Setelah apa yang ia perlihatkan lewat debut aktingnya di Andai Ia Tahu (2002) dan disusul Laskar Pemimpi yang baru dirilis beberapa saat yang lalu, sepertinya adalah sangat aman untuk mengatakan bahwa acting bukanlah elemen terbaik Marcell. Penampilannya cenderung datar dan tidak memberikan tambahan energi apa-apa kepada kualitas jalan cerita.

Dari departemen teknis, Madame X sepertinya menawarkan sebuah tampilan yang dapat dikategorikan sebagai salah satu tampilan film terbaik tahun ini. Pemilihan desain dan warna kostum yang sangat atraktif memberikan Madame X nuansa yang lebih menarik. Pemilihan warna kostum yang bervariasi sebenarnya sedikit bertolak belakang dengan tone gambar film ini yang dihadirkan dengan pilihan warna sedikit gelap. Namun, dalam perjalanannya, kedua tone ini kemudian mampu memberikan tampilan yang sangat baik untuk diperhatikan. Tidak ada yang istimewa dari pemilihan musik maupun sinematografi, namun tetap saja membuat tampilan teknis Madame X cukup memuaskan.

Berjalan menjanjikan pada awalnya, secara perlahan Madame X kemudian memberikan lebih banyak ruang pada adegan drama dengan tujuan untuk memasukkan banyak ‘pesan-pesan sosial’ kepada para penontonnya. Dari sinilah awal mula kemunduran Madame X. Menit-menit dimana karakter Adam mulai melatih dirinya untuk dapat membalaskan dendamnya pada Kanjeng Badai  adalah saat-saat Madame X terasa terlalu memaksakan diri untuk menjadi sebuah drama komedi yang berhasil. Hasilnya, Madame X justru terkesan sebagai sebuah drama komedi mediocre di menit-menit akhirnya. Sebuah usaha yang baik, namun masih jauh dari kesan hiburan yang berhasil.

Rating: 3 / 5

Madame X (Kalyana Shira Films, 2010)

Madame X (2010)

Directed by Lucky Kuswandi Produced by Nia Dinata Written by Agasyah Karim, Khalid Khasogi Starring Amink, Marcell Siahaan, Shanty, Sarah Sechan, Titi DJ, Fitri Tropica, Vincent Rompies, Robby Tumewu, Ria Irawan, Joko Anwar, Saira Jihan, Ikhsan Himawan Music by Aghi Narottama, Bemby Gusti, Ramondo Gascaro Cinematography Roni Arnold Studio Kalyana Shira Films Running time 106 minutes Country Indonesia Language Indonesian

2 thoughts on “Review: Madame X (2010)”

Leave a Reply