Review: The Prom (2020)


Diadaptasi dari drama panggung berjudul sama – yang alur kisahnya sendiri diinspirasi dari sebuah kisah nyata, The Prom berkisah mengenai empat bintang drama panggung asal New York, Dee Dee Allen (Meryl Streep), Barry Glickman (James Corden), Trent Oliver (Andrew Rannells), dan Angie Dickinson (Nicole Kidman), yang memutuskan untuk berangkat ke sebuah kota kecil di Indiana untuk membantu seorang remaja bernama Emma Nolan (Jo Ellen Pellman) yang mendapatkan diskriminasi setelah dirinya mengungkapkan orientasi seksual serta rencananya untuk membawa kekasih perempuannya ke malam perpisahan di sekolahnya. Sebuah niatan yang sangat mulia bukan? Tidak juga. Dee Dee Allen, Barry Glickman, Trent Oliver, dan Angie Dickinson melakukan hal tersebut demi publisitas agar dapat membantu memperbaiki reputasi mereka yang saat ini sedang meredup. Namun, berbagai interaksi yang mereka hadapi selama berada di kota kecil tersebut ternyata secara perlahan mampu memberikan sebuah sudut pandang tentang kehidupan yang baru dan berbeda dari yang selama ini jalani.

Merupakan film pertama yang diarahkan oleh Ryan Murphy setelah Eat Pray Love yang dirilis sepuluh tahun lalu – sekaligus menjadi rilisan Netflix kelima yang diproduseri oleh Murphy sebagai bagian kerjasama senilai US$300 juta selama lima tahun dengan layanan streaming tersebut, The Prom sebenarnya dimulai dengan cukup menyenangkan. Kisah tentang empat orang bintang drama panggung yang berusaha untuk menghidupkan kembali popularitas mereka dengan cara berpura-pura untuk peduli terhadap sebuah isu sosial berhasil disajikan sebagai satir yang menggigit. Disajikan dengan plot pengisahan yang padat serta diwarnai beberapa lagu bernada ceria dan mudah untuk diikuti, Murphy dapat menjanjikan sebuah drama musikal yang penuh warna sekaligus kuat melalui paruh pertama pengisahan The Prom. Sayang, di momen ketika keempat karakter yang berasal dari New York kemudian bertemu dengan barisan karakter serta konflik yang berada di Indiana, The Prom berjalan dengan fokus kisah yang begitu berantakan.

Permasalahan utama dari film ini berasal dari naskah cerita garapan Bob Martin dan Chad Beguelin yang begitu berusaha untuk memberikan tiap karakter porsi pengisahannya masing-masing namun dengan penggalian cerita yang begitu dangkal. Hasilnya, daripada berhasil untuk menghadirkan lapisan kisah yang kuat dan menarik, The Prom terasa bertele-tele dalam penyampaiannya. Plot cerita pendukung seperti elemen romansa yang terbentuk antara karakter Dee Dee Allen dengan Principal Hawkins (Keegan-Michael Kay), atau usaha untuk menggali masa lalu dari karakter Barry Glickman, hingga karakter Angie Dickinson yang diperankan Kidman yang tidak mampu dimanfaatkan keberadaannya dengan baik lebih sering hadir sebagai distraksi bagi tuturan kisah dari karakter Emma Nolan daripada menjadi pendukung yang solid bagi kisahnya. Tidak mengherankan jika kemudian The Prom berjalan menjemukan di banyak bagiannya.

Narasi yang lemah, sayangnya, tidak mendapatkan sokongan yang kuat dari pengarahan yang diberikan oleh Murphy. Plot cerita yang terasa bergerak ke begitu banyak arah kemudian gagal dikendalikan untuk bertutur dengan rapi sehingga menghasilkan ritme cerita yang jauh dari kesan nyaman untuk diikuti. Usaha Murphy untuk menjadikan The Prom sebagai sajian hiburan yang sarat akan makna tentang berbagai isu sosial juga tampil hambar ketika berbagai olahan akan isu sosial tersebut terasa begitu dipaksakan kehadirannya. Sebagai sebuah musikal, barisan lagu yang disajikan di sepanjang linimasa pengisahan The Prom masih mampu memberikan beberapa momen menyenangkan. Lagu-lagu seperti Changing Lives, It’s Not About Me, Zazz, atau Wear Your Crown berhasil tampil mencuri perhatian meskipun lagu-lagu lainnya seringkali hanya terasa sebagai pengisi durasi waktu pengisahan belaka daripada dapat menjadi elemen krusial bagi pengisahan film.

Departemen akting The Prom juga tidak mampu tampil kuat secara keseluruhan. Talenta Kidman dan Rannells seringkali terasa terbuang sia-sia ketika karakter yang mereka perankan hanya mendapatkan porsi pengisahan yang seadanya. Streep hadir sangat menyenangkan ketika sang aktris dapat memberikan penampilan yang begitu dinamis baik ketika berakting maupun ketika menampilkan kebolehannya dalam berolah vokal. Pellman tidak mengecewakan, meskipun penampilannya masih terasa kaku di beberapa adegan. Corden, sayangnya, jelas merupakan titik paling lemah bagi departemen akting film ini. Penampilan Corden sebagai sosok Barry Glickman begitu mengganggu dan jauh dari kesan meyakinkan khususnya ketika karakter tersebut membutuhkan beberapa momen emosional dalam pengisahannya. The Prom memang masih dapat memberikan sejumlah momen musikal menyenangkan. Namun, secara keseluruhan, dengan talenta-talenta besar yang terlibat di dalamnya, film arahan Murphy ini jelas terasa cukup mengecewakan.

The Prom (2020)

Directed by Ryan Murphy Produced by Ryan Murphy, Alexis Martin Woodall, Adam Anders, Dori Berinstein, Bill Damaschke Written by Bob Martin, Chad Beguelin (screenplay), Chad Beguelin, Bob Martin, Matthew Sklar (stage drama, The Prom) Starring Meryl Streep, James Corden, Nicole Kidman, Keegan-Michael Key, Andrew Rannells, Ariana DeBose, Kerry Washington, Jo Ellen Pellman, Kevin Chamberlin, Logan Riley Hassel, Sofia Deler, Nathaniel J. Potvin, Nico Greetham, Mary Kay Place, Tracey Ullman Music by Matthew Sklar, David Klotz Cinematography Matthew Libatique Edited by Peggy Tachdjian, Danielle Wang Production company Ryan Murphy Productions Running time 131 minutes Country United States Language English

One thought on “Review: The Prom (2020)”

Leave a Reply