Sukses besar dengan Shaun the Sheep Movie (Richard Starzak, Mark Burton, 2015) – yang sekuelnya, Farmageddon: A Shaun the Sheep Movie, sedang dipersiapkan untuk rilis tahun depan – Aardman Animations kembali merilis film animasi terbarunya yang berjudul Early Man. Diarahkan oleh Nick Park yang merupakan sutradara dari film yang masih memegang gelar sebagai film tersukses milik rumah produksi asal Inggris tersebut, Chicken Run (2000), Early Man masih menampilkan presentasi kisahnya dalam teknik stop-motion clay animation yang memang telah menjadi ciri khas dari film-film animasi buatan Aardman Animations. Mereka yang menikmati warna guyonan dari film-film seperti Chicken Run atau Shaun the Sheep Movie atau Wallace & Gromit: The Curse of the Were-Rabbit (Park, Steve Box, 2005) – yang berhasil memenangkan kategori Best Animated Feature di ajang The 78th Annual Academy Awards – jelas akan dapat menikmati Early Man. Sayangnya, lebih dari itu, Early Man gagal untuk tampil dengan pengisahan yang lebih kuat untuk dapat dinikmati para pecinta film animasi dalam skala yang lebih luas. Continue reading Review: Early Man (2018)
Tag Archives: Timothy Spall
Review: The King’s Speech (2010)
Baiklah, sebuah film dengan latar belakang cerita mengenai keluarga kerajaan Inggris, ditata dengan tata artistik yang sangat rapi dan begitu memikat, tata sinematografi yang begitu indah, tata kostum yang tak kalah menariknya, tata musik yang mengisi jiwa di setiap adegannya dan, tentu saja, deretan aktor dan aktris Inggris yang mampu menghidupkan setiap karakternya. Tanpa cela. Namun, deretan keberhasilan tersebut telah mampu dicapai banyak film sebelumnya. Apa yang membuat The King’s Speech begitu istimewa? Bukan. Bukan karena film ini memasukkan Inggris dimasa-masa menjelang Perang Dunia II atau karena film ini bercerita mengenai bagaimana cara King George VI menghadapi kesulitannya dalam berbicara. Bagian tersebut memang sangat menarik, namun tak ada faktor yang membuat The King’s Speech tampil begitu mempesona selain dari kisah persahabatan yang terbentuk antara King George VI dan terapisnya, Lionel Logue, yang akan mampu menyentuh siapapun yang menyaksikannya.
The 17th Annual Screen Actors Guild Awards Winners List
Kemenangan The Social Network di ajang The 68th Annual Golden Globe Awards, yang sepertinya akan memastikan langkah film arahan David Fincher tersebut untuk meraih banyak penghargaan di ajang The 83rd Academy Awards mendatang, secara perlahan mulai mulai mendapatkan persaingan ketat dari film arahan sutradara Tom Hooper, The King’s Speech. Setelah The King’s Speech diumumkan sebagai film yang meraih nominasi terbanyak di ajang Academy Awards, berturut-turut, momentum kemenangan film tersebut mulai terupa di berbagai ajang penghargaan lainnya, termasuk dengan kemenangan Tom Hooper di ajang Directors Guild Awards baru-baru ini.
Continue reading The 17th Annual Screen Actors Guild Awards Winners List
The 17th Annual Screen Actors Guild Awards Nominations List
Columbia Pictures sepertinya harus melakukan kampanye yang lebih giat lagi untuk mempromosikan film David Fincher, The Social Network, jika mereka tidak menginginkan film tersebut secara perlahan mulai tenggelam oleh kepopuleran The King’s Speech maupun The Fighter. Setelah “hanya” berhasil memperoleh enam nominasi di ajang The 68th Annual Golden Globe Awards, perolehan nominasi The Social Network di ajang The 17th Annual Screen Actors Guild Awards kali ini juga hanya mampu berdiri di belakang The King’s Speech dan The Fighter. Jika kedua film tersebut berhasil memimpin dengan meraih empat nominasi, maka The Social Network harus berpuas diri dengan hanya meraih dua nominasi.
Continue reading The 17th Annual Screen Actors Guild Awards Nominations List
Review: Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1 (2010)
Sejujurnya, ide untuk membagi bagian akhir dari adaptasi dari kisah petualangan Harry Potter, Harry Potter and the Deathly Hallows, menjadi dua bagian adalah murni alasan komersial belaka daripada untuk menangkap seluruh esensi cerita dari novelnya. Hal ini, sayangnya, sangat terbukti dengan apa yang diberikan oleh sutradara David Yates lewat Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1. Filmnya sendiri berjalan cukup baik, namun dengan durasi sepanjang 146 menit, Yates terlalu banyak mengisi bagian pertama kisah ini dengan berbagai detil yang sebenarnya tidak diperlukan di dalam cerita, yang membuat …The Deathly Hallows – Part 1 terasa sebagai sebuah film dengan kisah yang sebenarnya singkat namun diulur sedemikian panjang untuk memenuhi kuota waktu penayangan.
Continue reading Review: Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1 (2010)
Review: Alice in Wonderland (2010)
Cerita populer Alice in Wonderland pertama kali diperkenalkan pada dunia dalam bentuk novel oleh novelis asal Inggris, Lewis Carroll, pada tahun 1865. Karya-karya Carroll pada zamannya memang dikenal sangat berani, karena kecenderungan Carroll untuk bermain di dalam kisah fantasi yang seringkali memainkan logika pembacanya, termasuk untuk kisah yang Carroll tulis di Alice’s Adventure in Wonderland (judul asli Alice in Wonderland).
First Look: Alice in Wonderland
Alice in Wonderland, salah satu kisah yang mungkin terpopuler setelah kisah Cinderella akan mendapatkan sebuah perlakuan khusus. Dan itu datang dari Tim Burton, salah seorang sutradara yang dikenal visioner dan mampu memberikan gambar-gambar yang memukau, cenderung bernada muram namun tetap indah di setiap filmnya. Yang jelas, di tangan Tim Burton (dan efek Disney 3D yang dijanjikan akan memukau), Alice in Wonderland akan menjadi salah satu film paling ditunggu tahun ini.