Tag Archives: Tarzan

Review: Insya Allah Sah 2 (2018)

Sejujurnya, Insya Allah Sah (Benni Setiawan, 2017) bukanlah sebuah karya yang benar-benar buruk. Namun, terlepas dari berhasil menghadirkan beberapa momen komikal yang cukup menghibur serta penampilan yang cukup prima dari Pandji Pragiwaksono dan Titi Kamal, kebanyakan penonton mungkin akan lebih mengingat Insya Allah Sah sebagai sebuah film yang hadir dengan kualitas penceritaan yang cenderung monoton dan seorang sosok karakter utama yang begitu sukar untuk disukai dan benar-benar mengganggu. WellInsya Allah Sah 2 kini dihadirkan untuk mencoba memperbaiki beberapa “kesalahan” yang telah diperbuat oleh seri pendahulunya – dan, tentu saja, mencoba mengulangi kembali (atau bahkan melampaui) kesuksesan komersial yang berhasil diraih Insya Allah Sah. Continue reading Review: Insya Allah Sah 2 (2018)

Review: Guru Ngaji (2018)

Enam tahun semenjak merilis debut pengarahan film layar lebarnya, Rumah di Seribu Ombak (2012) – yang berhasil meraih beberapa nominasi Festival Film Indonesia termasuk di kategori Film Terbaik dan Sutradara Terbaik, Erwin Arnada kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk mengarahkan dua film yang dikeluarkan pada paruh awal tahun 2018. Film pertama, sebuah horor berjudul Nini Thowok yang dibintangi Natasha Wilona, menawarkan sebuah premis sederhana tentang sebuah urban legend berbau mistis namun gagal untuk dikembangkan dengan lebih apik. Film kedua, sebuah drama berjudul Guru Ngaji dimana kredit penyutradaraan bagi Arnada dituliskan dengan hanya menggunakan nama depannya, juga hadir dengan premis yang sama sederhana namun, untungnya, berhasil disajikan dengan kualitas pengisahan yang lebih baik. Banyak menghadirkan momen-momen kuat dan menyentuh meskipun masih terasa hadir dengan pengembangan cerita yang cenderung dangkal. Continue reading Review: Guru Ngaji (2018)

Review: The Guys (2017)

Lewat Hangout (2016), Raditya Dika memberikan kejutan pada banyak penikmat film Indonesia. Thriller comedy yang kemudian berhasil mengundang hampir tiga juta penonton selama masa penayangannya tersebut membuktikan bahwa pengarahan Dika mampu tumbuh dewasa dengan baik sekaligus memberikan warna baru bagi penceritaan komedi yang memang telah begitu melekat pada dirinya. Film terbaru arahan Dika, The Guys, juga hadir dengan nada pengisahan yang sama dewasanya dengan Hangout meskipun Dika kembali menghadirkan sajian komedi romansa dalam naskah cerita yang ia garap bersama Sunil Soraya dan Donny Dhirgantoro – dua penulis naskah yang sebelumnya telah bekerjasama dengan dirinya lewat Single (2015). Sayangnya, naskah yang sepertinya berusaha untuk menyentuh begitu banyak problema dari karakter-karakternya membuat pengarahan Dika terasa kehilangan banyak fokus yang berujung pada kegagalan The Guys untuk tampil dengan pengisahan yang lebih tajam. Continue reading Review: The Guys (2017)

Review: Pertaruhan (2017)

Setelah sebelumnya menjadi produser bagi film-film Indonesia seperti Coklat Stroberi (2007) dan Tarzan ke Kota (2008), Krishto Damar Alam melakukan debut pengarahannya melalui Pertaruhan yang naskah ceritanya ditulis oleh Upi – yang baru saja meraih sukses besar lewat My Stupid Boss (2016), Sebagai sebuah debutan, Alam harus diakui mampu menampilkan filmnya dengan ritme pengisahan yang tepat, kualitas produksi yang meyakinkan sekaligus berhasil menghadirkan penampilan prima dari jajaran pengisi departemen aktingnya yang diisi nama-nama seperti Tio Pakusadewo, Adipati Dolken, Aliando Syarief, Jefri Nichol dan Giulio Parengkuan. Film ini, sayangnya, kemudian harus takluk terhadap lemahnya penulisan naskah cerita yang akhirnya membuat Pertaruhan gagal untuk tampil untuk menjadi sebuah drama yang lebih mengesankan. Continue reading Review: Pertaruhan (2017)

Review: Tarzan (2014)

Tarzan (Constantin Film Produktion/Ambient Entertainment GmbH, 2014)
Tarzan (Constantin Film Produktion/Ambient Entertainment GmbH, 2014)

Setelah terakhir kali dihidupkan oleh Walt Disney Animation Studios pada tahun 1999 dan berhasil meraih kesuksesan kritikal serta komersial – termasuk sebuah Academy Awards di kategori Best Original Song untuk lagu You’ll Be in My Heart yang ditulis dan dinyanyikan Phil Collins, novel Tarzan of the Apes yang ditulis oleh Edgar Rice Burroughs kembali diangkat ke layar lebar oleh sutradara asal Jerman, Reinhard Klooss, dalam bentuk film animasi berjudul Tarzan. Untuk versinya, Klooss bersama dengan dua penulis naskah, Jessica Postigo dan Yoni Brenner, memberikan beberapa sentuhan kisah bernuansa science fiction dalam jalan cerita Tarzan meskipun masih berpegang teguh terhadap garis cerita asli Burroughs yang telah melegenda tersebut. Sebuah pilihan yang beresiko… dan sayangnya kemudian gagal dikembangkan dengan baik oleh Klooss dan membuat Tarzan versinya tampil begitu datar. Dan membosankan.

Continue reading Review: Tarzan (2014)

Review: Make Money (2013)

make-money-header

Masih ingat dengan film Material Girls (2006) yang dibintangi oleh Hilary Duff dan Haylie Duff? Atau versi Latin dari film tersebut, From Prada to Nada (2011), yang dibintangi Camilla Belle dan Alexa Vega? WellMake Money juga memiliki premis yang sama – dua bersaudara yang berasal dari latar belakang keluarga yang memiliki segalanya namun harus kehilangan seluruh harta mereka setelah kematian sang ayah. Dalam Make Money, dua bersaudara tersebut adalah Rachmat (David Saragih) dan Aris (Panji Pragiwaksono) yang merupakan putera dari seorang pemilik perusahaan iklan raksasa, Pak Tri (Ray Sahetapy). Untuk memberikan pelajaran hidup bagi kedua puteranya yang tumbuh menjadi sosok yang arogan dan manja, Pak Tri awalnya berencana untuk memalsukan kematiannya dan kemudian memberikan seluruh hartanya pada seorang pemulung yang pernah menyelamatkan nyawanya, Odi (Ence Bagus). Tidak disangka… ketika rencana tersebut sedang dijalankan, Tuhan ternyata benar-benar mencabut nyawa Pak Tri.

Continue reading Review: Make Money (2013)

Review: Satu Hati Sejuta Cinta (2013)

satu-hati-sejuta-cinta-header

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Sally Anom (Xia Aimei, 2012) berdasarkan lirik lagu Hargai Aku milik kelompok musik asal Palembang, Sumatera Selatan, Armada – yang juga membintangi film ini, Satu Hati Sejuta Cinta memulai jalan ceritanya dengan mengisahkan mengenai usaha seorang pemuda, Aris (Krisshatta Luis), untuk memulai hidupnya di Jakarta. Pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah ibukota, Aris memiliki pengharapan yang begitu besar bahwa Jakarta akan mampu memberikannya sebuah pekerjaan sekaligus penghidupan yang layak daripada yang sebelumnya telah ia miliki di kampungnya. Sayang, dengan hanya bermodalkan ijazah pendidikan yang seadanya, secara perlahan, Aris mulai menyadari bahwa kehidupan di Jakarta sama sekali tidak semudah yang ia bayangkan selama ini.

Continue reading Review: Satu Hati Sejuta Cinta (2013)

Review: Istri Bo’ongan (2010)

Apa yang dapat para penonton harapkan dari sebuah film yang berjudul Istri Bo’ongan, dengan poster yang jelas-jelas mengedepankan kadar seksualitasnya, diarahkan sutradara yang pernah menyutradarai film-film berjudul Tali Pocong Perawan (2008)dan Perjaka Terakhir (2009) serta dibintangi oleh seorang aktris bernama Julia Perez? Adalah sangat mudah untuk menebak kemana film ini akan diarahkan. Namun dengan adanya nama Dwi Sasono dan Fahrani – yang mungkin masih dapat dianggap sebagai aktor dan aktris berkelas — apakah Istri Bo’ongan masih benar-benar seburuk dugaan banyak orang?

Continue reading Review: Istri Bo’ongan (2010)