Mengikuti jejak nama-nama seperti Barbra Streisand, Sofia Coppola, Greta Gerwig, Olivia Wilde, serta Regina King, aktris Rebecca Hall terjun ke balik layar dan mengarahkan Passing, sebuah film yang naskah ceritanya diadaptasi oleh Hall dari novel berjudul sama yang ditulis oleh novelis Nella Larsen. Passing sendiri bukanlah sebuah karya literatur biasa. Diterbitkan pertama kali di kota New York, Amerika Serikat pada tahun 1929 di era dimana perlakuan diskriminasi terhadap masyarakat kulit hitam di berbagai aspek kehidupan masih dianggap sebagai tatanan normal dalam keseharian, Passing mendapat perhatian luas dari berbagai kalangan berkat kemampuan (dan keberanian) Larsen untuk menyelami sejumlah konflik yang berkenaan dengan ras, kelas, gender, dan seksualitas. Beruntung, Hall cukup lugas dalam menterjemahkan berbagai tema yang ingin disampaikan oleh Larsen dalam novelnya menjadi presentasi cerita yang tidak hanya kuat namun juga relevan bagi kondisi kehidupan modern saat ini. Continue reading Review: Passing (2021)
Tag Archives: Ruth Negga
Review: Ad Astra (2019)
Setelah George Clooney dan Sandra Bullock (Gravity, 2013), Anne Hathaway (Interstellar, 2014), serta Matt Damon (The Martian, 2015), kini giliran Brad Pitt sebagai salah satu alumni departemen akting dari seri film Ocean’s – yang mencakup tiga film arahan Steven Soderbergh; Ocean’s Eleven (2001), Ocean’s Twelve (2004), dan Ocean’s Thirteen (2007), serta Ocean’s 8 (Gary Ross, 2018) – untuk berperan sebagai sosok astronot yang lantas melakukan eksplorasi penjelajahan angkasa luas. Berbeda dengan film-film bertema luar angkasa yang dibintangi rekan-rekannya, Ad Astra yang juga menjadi film terbaru arahan sutradara James Gray (The Lost City of Z, 2017) hadir tanpa tampilan konflik serta karakter yang hingar-bingar dan memilih untuk tampil dengan pengisahan yang terasa intim sekaligus personal – layaknya film-film arahan Gray sebelumnya, tentu saja. Pilihan ini memang membuat presentasi cerita Ad Astra menjadi cenderung kelam. Namun, di saat yang bersamaan, pengarahan Gray mampu menghasilkan banyak momen emosional kuat, menyentuh, serta begitu mengharu-biru. Continue reading Review: Ad Astra (2019)
The 89th Annual Academy Awards Nominations List
Film drama musikal arahan Damien Chazelle, La La Land berhasil memimpin daftar nominasi The 89th Annual Academy Awards dengan meraih 14 nominasi. Dengan raihan tersebut, La La Land berhasil menyamai pencapaian All About Eve (Joseph L. Mankiewicz, 1950) dan Titanic (James Cameron, 1997) sebagai film dengan raihan nominasi Academy Awards terbanyak di sepanjang sejarah. Film yang dibintangi Ryan Gosling dan Emma Stone – yang sama-sama berhasil meraih nominasi Academy Awards di kategori Best Actor dan Best Actress – tersebut akan bersaing dengan Arrival, Fences, Hacksaw Ridge, Hell or High Water, Hidden Figures, Lion, Manchester by the Sea dan Moonlight di kategori Best Picture. La La Land juga berhasil meraih nominasi di kategori Best Director dan Best Original Screenplay untuk Chazelle. Continue reading The 89th Annual Academy Awards Nominations List
Review: 12 Years a Slave (2013)

Dengan naskah yang ditulis oleh John Ridley (Red Tails, 2012) berdasarkan memoir berjudul Twelve Years a Slave: Narrative of Solomon Northup, a Citizen of New-York, Kidnapped in Washington City in 1841, and Rescued in 1853 yang ditulis oleh Solomon Northup, 12 Years a Slave mencoba untuk berkisah mengenai seorang pria Afro-Amerika merdeka yang terjebak dalam tindak perbudakan di masa-masa ketika warga kulit hitam di Amerika Serikat masih dipandang sebagai warga kelas bawah. Kisahnya sendiri diawali dengan memperkenalkan Solomon Northup (Chiwetel Ejiofor), seorang Afro-Amerika yang bekerja sebagai seorang tukang kayu dan pemain bola serta tinggal bersama istri, Anne (Kelsey Scott), dan kedua anak mereka, Margaret (Quvenzhané Wallis) dan Alonzo (Cameron Zeigler), di Saratoga Springs, New York, Amerika Serikat. Suatu hari, Solomon mendapatkan tawaran bekerja sebagai seorang musisi selama dua minggu di Washington DC oleh dua orang pria, Brown (Scoot McNairy) dan Hamilton (Taran Killam). Karena tertarik dengan sejumlah uang yang ditawarkan oleh kedua pria tersebut, Solomon akhirnya menerima tawaran mereka. Sial, begitu tiba di Washington DC, Solomon justru dijebak dan dijual sebagai seorang budak.
Review: World War Z (2013)
Proses untuk membawa World War Z, yang merupakan hasil adaptasi dari novel karya Max Brooks yang berjudul World War Z: An Oral History of the Zombie War, dimulai pada tahun 2007 ketika rumah produksi milik Brad Pitt, Plan B Entertainment, membeli hak adaptasi novel tersebut. Digambarkan sebagai sebuah film thriller dengan muatan drama sosial politis yang cenderung padat, berbagai masalah mulai menghampiri proses produksi World War Z, mulai dari naskah cerita yang mengalami penulisan ulang beberapa kali, konflik yang terjadi antara Brad Pitt dengan sutradara film ini, Marc Forster (Machine Gun Preacher, 2011), hingga ketidakpuasan atas hasil akhir yang membuat World War Z harus melalui proses pengambilan gambar ulang untuk beberapa adegan yang berujung pada pengunduran masa tayang film ini yang awalnya dijadwalkan pada akhir 2012 menjadi pertengahan tahun 2013. Messy.