Selepas mengarahkan Star Wars: The Last Jedi (2017) – yang menghasilkan pujian luas dari kalangan kritikus film namun mendapatkan sejumlah tentangan yang tidak sedikit dari kalangan penggemar seri film Star Wars “konservatif,” Rian Johnson kembali memamerkan kehandalannya dalam menulis dan mengarahkan sebuah jalinan kisah garapannya sendiri lewat Knives Out. Merupakan usaha Johnson untuk mengeksplorasi tata pengisahan whodunit yang terinspirasi dari barisan kisah misteri pembunuhan yang terdapat dalam novel-novel yang ditulis oleh Agatha Christie, Knives Out berkisah tentang kematian seorang novelis terkenal, Harlan Thrombey (Christopher Plummer), yang terjadi sehari setelah perayaan ulang tahunnya yang ke-85. Kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri tersebut jelas mengagetkan keluarga serta orang-orang terdekatnya. Pada hari pemakamannya, seorang detektif bernama Benoit Blanc (Daniel Craig), hadir di kediaman Harlan Thrombey dan memberikan pernyataan mengejutkan bahwa kematian Harlan Thrombey memiliki kemungkinan terjadi akibat tindakan pembunuhan. Continue reading Review: Knives Out (2019)
Tag Archives: Rian Johnson
Review: Star Wars: The Last Jedi (2017)
Meskipun mendapatkan banyak tanggapan positif ketika masa perilisannya, Star Wars: The Force Awakens (J. J. Abrams, 2015) juga mendapatkan banyak kritikan ketika plot pengisahannya terasa terlalu banyak bergantung pada berbagai elemen nostalgia dari berbagai seri Star Wars terdahulu daripada berusaha untuk membawanya dalam sebuah alur pengisahan yang lebih segar. Well… seri terbaru Star Wars, Star Wars: The Last Jedi, yang kini berada di bawah arahan Rian Johnson (Looper, 2012) sepertinya tampil untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan naskah cerita yang juga digarapnya sendiri, Johnson membawa Star Wars ke arah sekaligus warna pengisahan yang mungkin tidak dapat diduga beberapa penggemar seri film ini sebelumnya. Namun, di saat yang bersamaan, usaha Johnson untuk menyajikan Star Wars dengan lapisan pengisahan yang lebih rumit dihadirkan dengan naratif dan ritme penceritaan yang cenderung lemah. Hasilnya, dengan durasi presentasi sepanjang 152 menit – merupakan film Star Wars dengan durasi terpanjang hingga saat ini, Star Wars: The Last Jedi tampil cukup melelahkan. Continue reading Review: Star Wars: The Last Jedi (2017)
Review: Rogue One: A Star Wars Story (2016)
Setelah menghabiskan dana sebesar US$4.06 milyar untuk mengakuisisi Lucasfilm pada tahun 2012 lalu, The Walt Disney Company sepertinya tidak menyia-nyiakan waktu mereka untuk memproduksi lanjutan perjalanan seri film milik Lucasfilm terpopuler, Star Wars. Dimulai dengan perilisan Star Wars: Episode VII – The Force Awakens (J.J. Abrams, 2015), The Walt Disney Company kemudian berencana untuk merilis episode terbaru dari seri Star Wars setiap dua tahun sekali. Tidak hanya itu, untuk mengisi senggang waktu dua tahun dari jarak perilisan tiap film, seri film Star Wars akan dilengkapi dengan Star Wars Anthology yang merupakan rangkaian film yang berdiri sendiri dan memiliki latar belakang waktu penceritaan sebelum terjadinya berbagai konflik yang dikisahkan pada Star Wars: Episode IV – A New Hope (George Lucas, 1977). Dan Rogue One: A Star Wars Story akan menjadi film pertama dari tiga film yang telah direncanakan The Walt Disney Company untuk dirilis sebagai bagian Star Wars Anthology tersebut. Continue reading Review: Rogue One: A Star Wars Story (2016)
Review: Looper (2012)
Well hey… there’s another Joseph Gordon-Levitt movie making rounds at the theatres. Dalam Looper yang disutradarai oleh Rian Johnson (The Brothers Bloom, 2009), Gordon-Levitt –hadir dalam tata rias yang hampir membuatnya sama sekali tidak dapat dikenali – memerankan sesosok karakter pemuda bernama Joe yang bekerja sebagai seorang pembunuh bayaran – atau, seperti istilah yang digunakan oleh masyarakat Amerika Serikat di tahun 2044, dikenal sebagai looper. Dikisahkan, di masa yang akan datang, mesin perjalanan waktu telah ditemukan, namun kemudian dianggap sebagai sebuah teknologi yang ilegal oleh pemerintah. Para mafia kejahatan kemudian memanfaatkan teknologi yang terabaikan tersebut sebagai perangkat kejahatan mereka: mereka mengirimkan orang-orang yang ingin mereka bunuh ke masa sekarang untuk kemudian dibunuh oleh para looper yang sekaligus menghilangkan jejak orang tersebut sama sekali.