Tag Archives: Peter Dinklage

Review: I Care a Lot (2020)

Awal Februari lalu, sebagai bagian dari serial dokumenter investigatifnya yang berjudul The New York Times Presents, The New York Times merilis Framing Britney Spears (Samantha Stark, 2021). Dokumenter berdurasi 74 menit tersebut tidak hanya berbicara tentang bagaimana popularitas Britney Spears memiliki dampak besar pada kultur kehidupan di industri hiburan dan media Amerika Serikat (baca: dunia) namun juga mengupas masalah perwalian yang telah diterapkan pada kehidupan Spears semenjak tahun 2008 yang diduga telah disalahgunakan oleh sang ayah, Jamie Spears, dan orang-orang yang berada disekitar Spears yang lantas memicu gerakan #FreeBritney dari para penggemarnya. Framing Britney Spears sukses menghasilkan reaksi dari banyak kalangan yang kembali mempertanyakan perlakuan masyarakat secara umum terhadap seorang perempuan serta, khususnya, hukum tentang perwalian yang awalnya dibentuk untuk melindungi orang dewasa yang dianggap “tidak mampu” untuk menjaga diri mereka sendiri namun kemudian dijadikan ladang bisnis untuk menghasilkan keuntungan bagi sejumlah orang yang terlibat dalam pengaplikasian sistem perwalian tersebut. Continue reading Review: I Care a Lot (2020)

Review: The Croods: A New Age (2020)

Dengan keberhasilannya mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$587 juta serta raihan nominasi Best Animated Feature dari ajang The 86th Annual Academy Awards, tidak membutuhkan waktu lama bagi DreamWorks Animations untuk mengumumkan bahwa mereka akan memproduksi sekuel bagi film animasi The Croods (2013). Pada tahun 2014, sekuel dari The Croods dipersiapkan untuk dirilis pada tahun 2017. Di pertengahan tahun 2016, seiring dengan berakhirnya kesepakatan distribusi dengan 20th Century Fox dan beralihnya kepemilikan DreamWorks Animation kepada NBCUniversal, perilisan sekuel dari The Croods mundur ke tahun 2018 – sebelum kemudin diumumkan bahwa proses produksi untuk sekuel dari The Croods dibatalkan pada penghujung tahun 2016. Beruntung, DreamWorks Animation dan Universal Pictures akhirnya menyepakati untuk melanjutkan proses produksi sekuel dari The Croods dengan jadwal rilis di tahun 2020 dan Joel Crawford menggantikan posisi Kirk DeMicco dan Chris Sanders untuk duduk di kursi penyutradaraan. Continue reading Review: The Croods: A New Age (2020)

Review: The Angry Birds Movie 2 (2019)

Tiga tahun semenjak perilisan The Angry Birds Movie (Clay Kaytis, Fergal Reilly, 2016) – yang meskipun gagal mendapatkan tanggapan positif dari para kritikus film namun tetap berhasil mengumpulkan pendapatan komersial yang cukup lumayan – Sony Pictures Animation kini merilis sekuelnya, The Angry Birds Movie 2. Merupakan debut pengarahan bagi sutradara Thurop Van Orman dan John Rice, jalan cerita The Angry Birds Movie 2 masih mengedepankan petualangan tiga burung, Red (Jason Sudeikis), Chuck (Josh Gad), dan Bomb (Danny McBride), yang kini sering menjadi garda terdepan bagi keamanan Bird Island dari serangan Piggy Island yang dipimpin oleh King Leonard (Bill Hader). Namun, sikap permusuhan yang selama ini terbentuk antara para penghuni kedua pulau tersebut sirna dan secara perlahan menjadi saling bekerjasama ketika mereka sama-sama mendapatkan ancaman dari Zeta (Leslie Jones), pimpinan Eagle Island yang lantas melancarkan serangan guna merebut dan menguasai kedua pulau tersebut. Continue reading Review: The Angry Birds Movie 2 (2019)

Review: Avengers: Infinity War (2018)

Bayangkan beban yang harus diemban oleh Anthony Russo dan Joe Russo. Tidak hanya mereka harus menggantikan posisi Joss Whedon yang telah sukses mengarahkan The Avengers (2012) dan Avengers: Age of Ultron (2015), tugas mereka dalam menyutradarai Avengers: Infinity Warjuga akan menjadi penanda bagi sepuluh tahun perjalanan Marvel Studios semenjak memulai perjalanan Marvel Cinematic Universe ketika merilis Iron Man (Jon Favreau, 2008) sekaligus menjadi film kesembilan belas dalam semesta penceritaan film tersebut. Bukan sebuah tugas yang mudah, tentu saja, khususnya ketika mengingat The Russo Brothers juga harus bertugas untuk mengarahkan seluruh (!) karakter pahlawan super yang berada dalam Marvel Cinematic Universe dalam satu linimasa yang sama. Namun, The Russo Brothers sendiri bukanlah sosok yang baru bagi seri film ini. Dengan pengalaman mereka dalam mengarahkan Captain America: The Winter Soldier (2014), dan Captain America: Civil War (2016), keduanya telah memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menjadikan Avengers: Infinity War menjadi sebuah presentasi kisah pahlawan super yang mampu tampil mengesankan.

Continue reading Review: Avengers: Infinity War (2018)

Review: Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017)

Seperti halnya In Bruges (2008) maupun Seven Psychopaths (2012), film terbaru arahan Martin McDonagh, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri, adalah sebuah paduan yang eksentrik antara black comedy dan crime drama dengan sentuhan pengisahan yang kental akan pengaruh berbagai isu sosial maupun politik. Dengan naskah cerita yang juga ditulisnya sendiri, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri berkisah mengenai Mildred Hayes (Frances McDormand) yang baru saja kehilangan puterinya dalam sebuah peristiwa kejahatan tragis. Delapan bulan semenjak tragedi tersebut dan pihak kepolisian masih belum dapat menemukan sosok tersangka, Mildred Hayes akhirnya memilih untuk mengambil tindakan sendiri: ia menyewa tiga papan reklame berukuran raksasa untuk menyampaikan perasaan kecewanya pada kinerja pihak kepolisian melalui tulisan “RAPED WHILE DYING / AND STILL NO ARRESTS / HOW COME, CHIEF WILLOUGHBY?” Jelas saja, tulisan tersebut kemudian menghasilkan provokasi pada masyarakat sekitar dan, khususnya, para anggota satuan kepolisian yang merasa bahwa Sheriff Bill Willoughby (Woody Harrelson) telah melakukan banyak hal untuk memecahkan kasus tersebut meskipun akhirnya gagal dalam menemukan jalan penyelesaiannya. Secara perlahan, Mildred Hayes mulai kehilangan rasa simpati dari banyak orang yang selama ini masih begitu memperhatikan keberadaannya. Continue reading Review: Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017)

Review: Ice Age: Continental Drift (2012)

Setelah Rio (2011), yang berhasil mendapatkan pujian luas dari kalangan kritikus film dunia sekaligus berhasil memperoleh kesuksesan komersial dengan jumlah pendapatan lebih dari US$400 sepanjang masa rilisnya di seluruh dunia, Blue Sky Studios kini melanjutkan seri keempat dari franchise Ice Age milik mereka. Tidak seperti tiga seri sebelumnya, Ice Age: Continental Drift tidak lagi disutradarai oleh Carlos Saldanha – yang lebih memilih untuk berkonsentrasi pada pembuatan sekuel Rio yang direncanakan rilis tahun 2014 mendatang. Berada di tangan Steve Martino – yang sebelumnya merupakan co-director dari Horton Hears a Who! (2008) – dan Mike Thurmeier – yang merupakan co-director dari Ice Age: Dawn of the Dinosaurs (2009) – Ice Age: Continental Drift masih melanjutkan kisah petualangan trio Manny, Sid dan Diego di zaman es. Terdengar seperti premis film-film di seri Ice Age sebelumnya? Mungkin karena Ice Age: Continental Drift memang tidak menawarkan sebuah sisi penceritaan yang benar-benar baru dalam naskah ceritanya.

Continue reading Review: Ice Age: Continental Drift (2012)

Review: A Little Bit of Heaven (2011)

Bayangan mengenai Kate Hudson – yang karirnya telah begitu jauh menurun semenjak dirinya mendapatkan nominasi Best Actress in a Supporting Role di ajang The 73rd Annual Academy Awards untuk perannya di film Almost Famous (2000) – bermain dalam sebuah film drama komedi romantis jelas adalah sebuah mimpi buruk. Hudson sebenarnya bukanlah seorang aktris yang buruk. Namun setelah rentetan film drama komedi romantis berkualitas meragukan (dan terkadang menyakitkan) seperti Le Divorce (2003), Fool’s Gold (2008) dan My Best Friend’s Girl (2008), melihat Hudson di sebuah film drama komedi romantis lagi jelas merupakan pilihan terakhir yang setiap orang inginkan. Dan sayangnya, A Little Bit of Heaven bukanlah sebuah film yang akan merubah paradigma tersebut.

Continue reading Review: A Little Bit of Heaven (2011)

Review: Death at a Funeral (2010)

Bagi mereka penggemar film-film komedi yang berasal dari negeri Britania Raya tentu mengenal judul Death at at Funeral yang sempat dirilis dan sukses pada tahun 2007 lalu. Film tersebut berhasil merebut banyak perhatian para penikmat film dunia sekaligus para kritikus film yang kemudian juga membuahkan beberapa penghargaan bagi sutradaranya, Frank Oz. Tidak butuh waktu lama bagi Hollywood untuk kemudian melihat peluang emas dalam merilis film ini kembali dalam sebuah bentuk yang lebih sesuai untuk dipasarkan di daerah mereka.

Continue reading Review: Death at a Funeral (2010)