Tag Archives: James Marsden

Review: Sonic the Hedgehog 2 (2022)

Dengan biaya produksi sebesar US$90 juta yang kemudian menghasilkan pendapatan komersial sebesar lebih dari US$319 juta di sepanjang masa perilisannya di seluruh dunia, tidak mengherankan jika Paramount Pictures dengan segera menyetujui pembuatan sekuel bagi Sonic the Hedgehog (Jeff Fowler, 2020). Fowler masih duduk di kursi penyutradaraan. Begitu pula dengan duo penulis naskah dari film sebelumnya, Pat Casey dan Josh Miller, yang kali ini mendapatkan sokongan dari John Whittington (Dolittle, 2020). Continue reading Review: Sonic the Hedgehog 2 (2022)

Review: Sonic the Hedgehog (2020)

Setelah berbagai niatan Hollywood untuk membawa permainan video milik Sega, Sonic the Hedgehog, ke layar lebar yang dimulai semenjak awal 1990an, film adaptasi dari salah satu judul permainan video paling popular di dunia sepanjang masa tersebut akhirnya mendapatkan masa rilisnya oleh Paramount Pictures pada awal tahun 2020. Merupakan debut pengarahan film layar lebar bagi sutradara Jeff Fowler, Sonic the Hedgehog berkisah mengenai pertemuan yang tidak disengaja antara sesosok makhluk angkasa luar bernama Sonic (Ben Schwartz) dengan seorang manusia bernama Tom Wachowski (James Marsden) yang secara perlahan menumbuhkan benih hubungan persahabatan antara keduanya. Namun, jalinan persahabatan antara Sonic dan Tom Wachowski menemui hambatan ketika seorang ilmuwan yang dikenal dengan nama Dr. Robotnik (Jim Carrey) mengetahui keberadaan Sonic dan kemudian terobsesi untuk menemukannya. Tom Wachowski jelas harus memutar otak untuk mencari cara agar Sonic tetap aman dari incaran Dr. Robotnik. Continue reading Review: Sonic the Hedgehog (2020)

Review: Lee Daniels’ The Butler (2013)

??????????

Dwight D. Eisenhower. John F. Kennedy. Lyndon B. Johnson. Richard Nixon. Gerald Ford. Jimmy Carter. Ronald Reagan. Tujuh nama presiden Amerika Serikat yang jelas telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Namun, apakah Anda pernah mengenal nama Cecil Gaines? Film terbaru arahan sutradara Lee Daniels (Precious: Based on the Novel “Push” by Sapphire, 2009) justru sama sekali tidak membahas salah satu ataupun keseluruhan tujuh nama presiden Amerika Serikat tersebut. Lewat Lee Daniels’ The Butler, Daniels mengajak penontonnya untuk mengenal sosok Cecil Gaines, seorang kepala pelayan White House berkulit hitam yang melayani ketujuh nama presiden Amerika Serikat tersebut sekaligus hubungannya dengan setiap presiden, berbagai intrik dalam kehidupan pribadinya sekaligus masa pergerakan sipil warga Afrika-Amerika yang terjadi di tahun-tahun tersebut.

Continue reading Review: Lee Daniels’ The Butler (2013)

Review: Bachelorette (2012)

Terima kasih kepada kesuksesan Bridesmaids (2011), film-film komedi Hollywood kini tidak lagi ragu untuk menempatkan karakter wanitanya untuk melakukan hal-hal yang paling menjijikkan sekalipun. Pun begitu, Bachelorette bukanlah Bridesmaids – atau The Hangover (2009), seperti persepsi yang ingin dibentuk oleh tim pemasaran film ini. Tentu, ada beberapa momen dalam Bachelorette yang menampilkan deretan bahasa maupun adegan yang dapat digambarkan sebagai tampilan yang vulgar. Namun secara keseluruhan, tidak ada yang terlalu istimewa dalam Bachelorette ketika naskah cerita film ini lebih memilih untuk menghadirkan berbagai formula standar komedi Hollywood daripada berusaha untuk melanggarnya, seperti yang pernah dilakukan oleh Bridesmaids atau The Hangover.

Continue reading Review: Bachelorette (2012)

Review: Death at a Funeral (2010)

Bagi mereka penggemar film-film komedi yang berasal dari negeri Britania Raya tentu mengenal judul Death at at Funeral yang sempat dirilis dan sukses pada tahun 2007 lalu. Film tersebut berhasil merebut banyak perhatian para penikmat film dunia sekaligus para kritikus film yang kemudian juga membuahkan beberapa penghargaan bagi sutradaranya, Frank Oz. Tidak butuh waktu lama bagi Hollywood untuk kemudian melihat peluang emas dalam merilis film ini kembali dalam sebuah bentuk yang lebih sesuai untuk dipasarkan di daerah mereka.

Continue reading Review: Death at a Funeral (2010)

Review: The Box (2009)

Richard Kelly mungkin adalah sebuah “kasus” khusus yang terjadi di Hollywood. Memulai debut penyutradaraan layar lebarnya lewat Donnie Darko, yang dirilis pada 2001, film tersebut diterima oleh kritikus sebagai sebuah debut yang memuaskan. Walau begitu, tetap saja film tersebut gagal mendapatkan perhatian publik, yang diperkirakan karena susahnya tema film yang ingin disampaikan oleh Kelly. Walau begitu, anehnya, secara perlahan, beberapa tahun kemudian, Donnie Darko mulai memperoleh banyak penggemar setia, dan digolongkan sebagai sebuah film cult. Continue reading Review: The Box (2009)