Tag Archives: Gemma Chan

Review: Eternals (2021)

Setelah Black Widow (Cate Shortland, 2021) dan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (Destin Daniel Cretton, 2021), laju fase keempat dari Marvel Cinematic Universe berlanjut dengan Eternals. Seperti halnya Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings, film arahan Chloé Zhao (Nomadland, 2020) yang naskah ceritanya diadaptasi dari seri komik garapan Jack Kirby berjudul sama ini adalah sebuah origin story yang akan memperkenalkan sejumlah karakter baru dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe. Berbeda dengan Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings maupun barisan origin story lain yang telah dirilis oleh seri film ini sebelumnya, Eternals disajikan dengan penuturan yang cukup berbeda. Tema cerita akan krisis eksistensial serta keberadaan Zhao, yang lebih dikenal sebagai seorang sutradara film-film dengan warna pengisahan cerita yang berkesan intim, memberikan sentuhan berbeda yang sebenarnya cukup menyegarkan. Apakah sentuhan yang berbeda cukup untuk menghasilkan kualitas penceritaan yang kuat? Wellthat’s another story. Continue reading Review: Eternals (2021)

Review: Raya and the Last Dragon (2021)

Menjadi film animasi ke-59 yang diproduksi oleh Walt Disney Animation Studios, Raya and the Last Dragon merupakan usaha teranyar dari rumah produksi milik The Walt Disney Company tersebut dalam melakukan diversifikasi pada karakter maupun kisah yang ditampilkan oleh film-film yang mereka rilis. Setelah Moana (Ron Clements, John Musker, 2016) yang menampilkan sosok karakter dan kisah yang didasarkan pada sejarah maupun legenda yang berasal dari gugus kepulauan Polinesia, Raya and the Last Dragon kini memberikan fokus pada barisan karakter serta kisah yang berasal dari Asia Tenggara. Dari segi pengisahan, Raya and the Last Dragon memang tidak menghadirkan tata penuturan yang begitu berbeda dengan film-film produksi Walt Disney Animation Studios lainnya. Tetap saja, dengan garapan yang apik, Raya and the Last Dragon tidak hanya mampu menjelma menjadi sajian yang menghibur sekaligus inspiratif khas film-film animasi Disney lainnya namun, di saat yang bersamaan, juga memiliki signifikansi yang begitu terhubung dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat modern saat ini.

Continue reading Review: Raya and the Last Dragon (2021)

Review: Let Them All Talk (2020)

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Deborah Eisenberg, film terbaru arahan Steven Soderbergh (Magic Mike, 2012), Let Them All Talk, berkisah tentang seorang penulis, Alice Hughes (Meryl Streep), yang berencana untuk melakukan perjalanan dari Amerika Serikat ke Inggris untuk menerima sebuah penghargaan. Mengingat Alice Hughes bukanlah seorang yang gemar untuk melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, agennya, Karen (Gemma Chan), lantas menempatkannya dalam perjalanan laut dengan menggunakan kapal pesiar. Untuk menemaninya, Alice Hughes mengajak keponakannya, Tyler Hughes (Lucas Hedges), serta dua temannya yang sebenarnya telah lama tidak berkomunikasi lagi dengannya, Roberta (Candice Bergen) dan Susan (Dianne Wiest). Seperti yang dapat diduga, pertemuan kembali antara Alice Hughes dengan kedua (mantan) teman dekatnya membuka sejumlah luka lama yang memang semenjak lama belum terselesaikan diantara mereka. Continue reading Review: Let Them All Talk (2020)

Now Streaming: Humans

Sebelum dunia mengenalnya sebagai Astrid Young dalam Crazy Rich Asian (Jon M. Chu, 2018) atau berperan sebagai Minn-Erva ketika berdampingan dengan Brie Larson dalam Captain Marvel (Anna Boden, Ryan Fleck, 2019), aktris Gemma Chan lebih dahulu berhasil mencuri hati (dan perhatian) dunia melalui perannya dalam serial Humans. Dikembangkan oleh duo penulis asal Inggris, Sam Vincent dan Jonathan Brackley, berdasarkan serial televisi asal Swedia yang berjudul Real Humans, musim perdana Humans mengudara pada awal Juni 2015 di Inggris sebelum kemudian tayang di Amerika Serikat dan Kanada serta beberapa negara lainnya juga pada tahun yang sama. Di sepanjang tiga musim penayangannya hingga tahun 2018, Humans mampu meraih pujian luas dari para kritikus serta mendapatkan rekognisi di berbagai ajang penghargaan dunia. Continue reading Now Streaming: Humans

Review: Captain Marvel (2019)

Sebelas tahun semenjak perilisan Iron Man (Jon Favreau, 2008) dan sembilan belas film lain yang dirilis guna mengisi linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Marvel Studios merilis Captain Marvel yang menandai kali perdana dimana sosok pahlawan super perempuan menjadi karakter utamanya. Seperti halnya film-film pertama para pahlawan super buatan Marvel Studios sebelumnya, Captain Marvel juga merupakan sebuah origin story yang akan memperkenalkan pada penonton mengenai sosok sang pahlawan super, kekuatan yang dimilikinya, hingga berbagai masalah yang menghampirinya ketika ia berusaha untuk mengenal sekaligus mengendalikan kekuatan yang ia miliki tersebut. Sebuah plot pengisahan yang cukup mendasar bagi sebuah film yang berasal dari semesta cerita tentang kehidupan para pahlawan super. Namun, terlepas dari berbagai elemen familiar dari penceritaan tersebut, garapan duo sutradara Anna Boden dan Ryan Fleck (It’s Kind of a Funny Story, 2010) berhasil mengemas Captain Marvel tetap menjadi sajian yang terasa segar dan sangat, sangat menyenangkan untuk diikuti. Continue reading Review: Captain Marvel (2019)

Review: Crazy Rich Asians (2018)

What’s Hollywood’s last great romantic comedy? Jawaban Anda mungkin bervariasi: mulai dari Love Actually (Richard Curtis, 2003) atau Pride & Prejudice (Joe Wright, 2005) atau The Proposal (Anne Fletcher, 2009) atau Silver Linings Playbook (David O. Russell, 2012) atau Her (Spike Jonze, 2013). Harus diakui, terlepas dari berbagai jawaban yang akan muncul, Hollywood begitu terasa semakin kesulitan untuk menghasilkan film-film komedi romantis dengan sentuhan kehangatan penceritaan yang setara film-film klasik sejenis yang dahulu sering dihasilkannya. Film terbaru arahan Jon M. Chu (Justin Bieber’s Never Say Never, 2013), Crazy Rich Asians, jelas berusaha menghadirkan kembali atmosfer romansa yang telah terasa meredup tersebut dalam presentasinya. Diadaptasi dari novel popular berjudul sama karya Kevin Kwan, kisah pertemuan seorang profesor dengan keluarga kekasihnya yang kaya raya memang tidaklah menawarkan sebuah formula pengisahan yang baru. Namun, Chu mampu mengolah formula familiar tersebut dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan paduan pengisahan komedi dan drama romansa yang tidak hanya terasa segar namun juga mampu tampil menyentuh dan menghasilkan pemikiran yang cukup mendalam identitas etnis dan budaya. Continue reading Review: Crazy Rich Asians (2018)

Review: Transformers: The Last Knight (2017)

Yes. It’s Transformers bish! Mahakarya garapan Michael Bay yang telah menemani penikmat film dunia selama sepuluh tahun terakhir ini kembali hadir dengan seri terbarunya, Transformers: The Last Knight. Tentu saja, bagi sebagian penonton, memori mereka akan sebuah film Transformers diisi dengan deretan adegan kekacauan yang melibatkan banyak robot yang seringkali sukar untuk diidentifikasi, karakter-karakter manusia dengan pengisahan yang terbatas serta sosok wanita dengan penampilan fisik yang cukup memanjakan mata. Namun, bagi sebagian penonton lainnya, Transformers merupakan seri film yang secara konsisten menghadirkan sajian aksi yang memikat dengan bantuan tata efek visual yang begitu memukau – walau mereka tetap tidak akan mampu membantah lemahnya kualitas penulisan naskah cerita dalam setiap seri film ini. Lalu bagaimana dengan seri kelima – dan dikabarkan akan menjadi seri terakhir Transformers di bawah pengarahan Bay – ini? Apakah akan mampu mengubah pendapat mereka yang terlanjur merasa antipati dengan seri film ini? Continue reading Review: Transformers: The Last Knight (2017)

Review: Jack Ryan: Shadow Recruit (2014)

Seperti halnya Casino Royale (2006) bagi seri film James Bond, Jack Ryan: Shadow Recruit adalah sebuah film yang menandai dimulainya proses reboot untuk seri film Jack Ryan yang dahulu telah dimulai dengan The Hunt for Red October (1990) dan kemudian berlanjut dengan Patriot Games (1992), Clear and Present Danger (1994) serta The Sum of All Fears (2002) – yang juga dimaksudkan sebagai sebuah reboot namun kemudian gagal untuk mendapatkan pengembangan lebih lanjut. Sebagai sebuah seri yang akan menjadi dasar bagi kelanjutan kisah Jack Ryan berikutnya, Jack Ryan: Shadow Recruit harus diakui mampu memberikan kesempatan yang begitu luas bagi penonton untuk mengenal karakter yang diadaptasi dari seri novel karya Tom Clancy tersebut secara lebih dekat. Sayangnya, pengembangan cerita serta beberapa karakter pendukung yang dilakukan secara minimalis membuat Jack Ryan: Shadow Recruit terasa begitu medioker dan gagal tampil istimewa dalam penyampaian ceritanya.

Continue reading Review: Jack Ryan: Shadow Recruit (2014)

Review: Submarine (2011)

Untuk mengatakan bahwa Submarine – yang menjadi debut penyutradaraan Richard Ayoade di layar lebar – sebagai sebuah film drama komedi remaja, mungkin adalah sebuah pernyataan yang cukup merendahkan. Submarine tidak diisi dengan sesosok karakter utama pecundang yang kemudian menemukan cinta sebagai penyelamat hidupnya atau kisah percintaan yang mampu menyentuh setiap orang atau deretan drama yang dikemas menarik dengan dialog-dialog komikal yang jenaka. Tidak. Submarine lebih terlihat seperti film drama komedi depresif yang biasa diarahkan oleh Wes Anderson atau Noah Baumbach namun dengan karakter utama seorang remaja dengan segala kegalauan haati yang ia alami dalam menghadapi masa kehidupan tersebut. Yang tentu saja, akan semakin membuat Submarine terlihat lebih rumit dan lebih sukar untuk disukai banyak orang dengan mudah.

Continue reading Review: Submarine (2011)