Tag Archives: Frank Grillo

Review: Hitman’s Wife’s Bodyguard (2021)

Merupakan sekuel dari The Hitman’s Bodyguard (2017) – film aksi komedi yang gagal mendapatkan reaksi positif dari para kritikus film dunia namun sukses mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$176 juta di sepanjang masa perilisannya, Hitman’s Wife’s Bodyguard kembali mempertemukan sutradara Patrick Hughes dengan tiga bintang filmnya, Ryan Reynolds, Samuel L. Jackson, dan Salma Hayek. Seperti yang digambarkan oleh judul film ini, jika film sebelumnya bercerita tentang seorang pengawal, Michael Bryce (Reynolds), yang mendapatkan tugas untuk mengawal seorang pembunuh bayaran, Darius Kincaid (Jackson), maka film ini berkisah tentang Michael Bryce yang harus menjaga istri dari sang pembunuh bayaran, Sonia Kincaid (Hayek), ketika ia sedang mencari tahu misteri keberadaan sang suami yang telah diculik oleh sekelompok penjahat. Di saat yang bersamaan, seorang teroris bernama Aristotle Papadopoulos (Antonio Banderas) sedang menyusun rencana untuk menghancurkan negara-negara di Eropa. Dan, tentu saja, garisan cerita akan membawa keempat karakter tersebut untuk bertemu (dan berseteru) antara satu dengan yang lain. Continue reading Review: Hitman’s Wife’s Bodyguard (2021)

Review: Boss Level (2020)

Tujuh tahun setelah mengarahkan Stretch (2014) – sebuah drama komedi yang diproduseri oleh Jason Blum, melibatkan penampilan dari Patrick Wilson, Chris Pine, dan Jessica Alba, namun batal ditayangkan secara luas di layar bioskop untuk kemudian dirilis melalui layanan video on demand – Joe Carnahan kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk Boss Level. Film yang menandai kali pertama Carnahan mengarahkan sebuah alur cerita bernada fiksi ilmiah ini sebenarnya telah menyelesaikan proses produksinya di awal tahun 2018 dengan jadwal penayangan pada musim panas tahun 2019. Ironisnya, sama seperti Stretch, distributor dari Boss Level juga memilih untuk meninggalkan film yang dibintangi Frank Grillo tersebut yang secara otomatis juga lantas membuatnya gagal tayang di layar bioskop sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.  Baru pada akhir tahun 2020, Boss Level menarik perhatian sejumlah distributor film – termasuk layanan streaming Hulu – yang kemudian membeli hak tayang film dan mulai merilisnya di awal tahun 2021. Bad luck Carnahan. Continue reading Review: Boss Level (2020)

Review: Avengers: Endgame (2019)

Lima tahun setelah Thanos (Josh Brolin) menjentikkan jarinya dan menghapus separuh peradaban manusia dari atas permukaan Bumi – seperti yang dikisahkan pada Avengers: Inifinity War (Anthony Russo, Joe Russo, 2018), para anggota Avengers yang tersisa, Tony Stark/Iron Man (Robert Downey, Jr.), Steve Rogers/Captain America (Chris Evans), Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffalo), Thor (Chris Hemsworth), Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson), Clint Barton/Hawkeye (Jeremy Renner), dan James Rhodes/War Machine (Don Cheadle), masih berupaya melupakan kepedihan hati mereka atas kekalahan di medan peperangan sekaligus hilangnya orang-orang yang mereka cintai. Di saat yang bersamaan, para anggota Avengers yang tersisa tersebut juga masih terus mencari cara untuk menemukan keberadaan Thanos dan membuatnya memperbaiki segala kerusakan yang telah ia sebabkan ketika menggunakan Infinity Stones. Harapan muncul ketika Scott Lang/Ant-Man (Paul Rudd) yang ternyata selamat dari tragedi yang disebabkan jentikan jari Thanos dan kemudian mendatangi markas Avengers dengan sebuah ide yang dapat menghadapkan kembali para Avengers dengan  musuh besar mereka. Continue reading Review: Avengers: Endgame (2019)

Review: Beyond Skyline (2017)

Keputusan Greg dan Colin Strause – atau yang lebih dikenal dengan sebutan Brothers Strause – untuk memproduksi dan merilis film fiksi ilmiah arahan mereka yang berjudul Skyline di tahun 2010 sempat membuat berang Sony Pictures. Bagaimana tidak. Rumah produksi milik Brothers Strause, Hydraulx Filmz, saat itu sedang dipekerjakan oleh Sony Pictures untuk membuat sebuah film fiksi ilmiah berjudul World Invasion: Battle Los Angeles (Jonathan Liebesman, 2011) yang, seperti halnya Skyline, juga berkisah tentang invasi para makhluk luar angkasa ke Bumi. Walau ricuh pada awalnya, setelah melalui beberapa proses hukum, Brothers Strause dan Sony Pictures akhirnya sepakat untuk berdamai serta melanjutkan proyek mereka masing-masing. Baik Skyline dan World Invasion: Battle Los Angeles sendiri sama-sama mendapatkan penilaian buruk dari para kritikus film dunia ketika masa rilisnya – meskipun keduanya kemudian cukup berhasil dalam menarik perhatian penonton dan meraup sejumlah keuntungan komersial. Continue reading Review: Beyond Skyline (2017)

Review: Captain America: The Winter Soldier (2014)

So what went wrong with Captain America: The First Avenger (2011)? Well… terlepas dari pemilihan Chris Evans yang benar-benar memiliki penampilan, kharisma dan kemampuan yang tepat untuk memerankan sang karakter utama, Captain America: The First Avenger tidak pernah benar-benar terasa sebagai sebuah film yang diperuntukkan kepada Captain America secara keseluruhan. Dengan penggalian karakter utama yang cukup terbatas serta paruh penceritaan lanjutan yang kemudian menghadirkan beberapa karakter ciptaan Marvel Comics yang telah terlebih dahulu meraih popularitasnya, Captain America: The First Avenger lebih kental terasa sebagai media publikasi untuk mengenalkan karakter Captain America kepada penonton dalam skala luas sebelum karakter tersebut akhirnya diikutsertakan dalam The Avengers (2012) – yang sekaligus menjadikan Captain America: The First Avenger terasa seperti promosi berdurasi 125 menit bagi The Avengers. Bukan sebuah presentasi yang benar-benar buruk namun kurang mampu untuk memberikan kesan esensial sebagai pemicu hadirnya sebuah franchise superhero yang baru.

Continue reading Review: Captain America: The Winter Soldier (2014)

Review: Homefront (2013)

Masih ingat dengan Carnage (2011)? Sebuah film drama yang dibintangi Kate Winslet, Christoph Waltz, Jodie Foster, John C. Reilly dan diarahkan oleh Roman Polanski yang menceritakan tentang dua pasangan orangtua yang saling beradu argumen satu sama lain akibat perkelahian putera mereka di sekolah? WellHomefront memiliki premis penceritaan yang hampir serupa. Hanya saja, daripada saling beradu argumen, para orangtua dari kedua anak yang berseteru di film ini lebih memilih untuk mencoba membunuh lawannya. Begitulah. Keberadaan nama Jason Statham jelas memastikan bahwa Anda akan dapat menyaksikan banyak adegan aksi penuh darah dalam jalan cerita film ini. Namun, lebih dari itu, naskah cerita Homefront dapat memberikan sebuah keseimbangan antara adegan-adegan aksi tersebut dengan penceritaan drama mengenai hubungan ayah dan anak yang membuat Homefront menjadi sebuah sajian yang begitu memikat.

Continue reading Review: Homefront (2013)

Review: Gangster Squad (2013)

Diangkat berdasarkan kisah nyata yang terangkum dalam buku berjudul Tales from the Gangster Squad yang ditulis oleh Paul Lieberman, Gangster Squad mengisahkan mengenai usaha para anggota Los Angeles Police Department untuk mengenyahkan sekelompok penjahat yang dipimpin oleh Mickey Cohen (Sean Penn) dari Los Angeles pada sekitar tahun 1940an. Saat itu, Mickey Cohen dan kawanannya telah menjadi sosok penjahat yang begitu berpengaruh di masyarakat Los Angeles akibat keberhasilannya dalam merangkul banyak pejabat sekaligus para petinggi pihak kepolisian untuk selalu memuluskan maupun menghilangkan jejak kejahatannya. Obsesi Mickey Cohen sendiri tidak berhenti di Los Angeles. Ia beserta kawanannya mulai menyusun rencana untuk memperluas lagi jaringan kejahatannya hingga berbagai penjuru kota di Amerika Serikat maupun dunia.

Continue reading Review: Gangster Squad (2013)

Review: End of Watch (2012)

Film terbaru arahan sutradara David Ayer (Street Kings, 2008), End of Watch, sebenarnya memiliki premis cerita yang sangat sederhana: film ini berkisah mengenai kehidupan dua orang polisi Los Angeles Police Department dalam aktivitas harian maupun kehidupan pribadi mereka. Yang membuat End of Watch tampil berbeda adalah keputusan Ayer untuk menampilkan premis cerita tersebut dengan teknik penceritaan found footage dimana seluruh cerita yang dihadirkan dirangkai dari rentetan gambar yang terekam dalam kamera yang dipegang oleh karakter-karakter yang ada di dalam jalan cerita End of Watch. Keputusan tersebut jelas diambil oleh Ayer untuk menghantarkan sebuah jalan cerita yang dapat terasa lebih nyata. Namun… apakah Ayer benar-benar mampu melakukannya?

Continue reading Review: End of Watch (2012)

Review: The Grey (2012)

Diangkat dari cerita pendek berjudul Ghost Walker karya Ian MacKenzie Jeffers, yang bersama sutradara Joe Carnahan (The A-Team, 2010) juga menyusun naskah cerita untuk film ini, The Grey mengisahkan mengenai sekelompok pekerja pertambangan minyak di hari terakhir mereka bekerja. Setelah selama lima minggu terdampar di dinginnya hamparan luas Alaska, para pekerja tersebut akhirnya dapat kembali ke rumah mereka masing untuk mendapatkan masa istirahat mereka. Salah satu diantara para pekerja tersebut adalah John Ottway (Liam Neeson), yang di hari terakhir dirinya bekerja, menuliskan sebuah surat untuk istri (Anne Openshaw) yang semenjak beberapa lama selalu terbayang di benaknya untuk kemudian melakukan sebuah usaha bunuh diri. Lolongan seekor serigala kemudian membatalkan rencana tersebut.

Continue reading Review: The Grey (2012)

Review: Warrior (2011)

Jika saja The Fighter (2010) tidak dirilis terlebih dahulu, dan berhasil meraih kesuksesan kritikal dan komersial yang begitu besar, mungkin tahun ini perhatian dunia akan tertuju pada penampilan luar biasa dari trio Tom Hardy, Joel Edgerton dan Nick Nolte dalam sebuah film bertemakan olahraga arahan Gavin O’Connor (Pride and Glory, 2008), Warrior. Secara kualitas, Warrior sama sekali tidak jauh berbeda dengan The Fighter. Sama-sama mewarnai jalan ceritanya dengan konflik keluarga yang terjadi di antara karakter-karakternya, Warrior mampu tampil cemerlang, lebih keras dan lebih gelap di bagian awal pengisahan cerita. Sayangnya, seiring dengan berjalannya durasi film, Warrior terjebak dengan banyak dramatisasi kisah yang hanya membuat durasi film ini membengkak hingga sepanjang 140 menit tanpa mampu memberikan ikatan emosional yang berarti.

Continue reading Review: Warrior (2011)

Review: Mother’s Day (2010)

Jangan tertipu dengan judul film yang sangat bernuansa film-film keluarga a la Walt Disney! Merupakan versi teranyar sutradara Darren Lynn Bousman (Saw II (2005), Repo! The Genetic Opera (2008)) atas film thriller klasik berjudul sama karya sutradara Charles Kaufman yang sempat populer ketika dirilis pada tahun 1980, Mother’s Day menawarkan cukup banyak adegan berdarah yang akan mampu memuaskan para penggemar film-film bergenre ini. Berbeda dengan film-film bertema sama dengan jalan cerita yang cenderung monoton, Bousman mampu mengintegrasikan setiap adegan bernuansa gore di dalam  Mother’s Day ke dalam cerita utama sehingga membuat kehadiran deretan adegan tersebut justru menjadi elemen penting di dalam film dan tak hanya sekedar menjadi sebuah ajang pameran deretan adegan bernuansa sadisme bagi para penontonnya.

Continue reading Review: Mother’s Day (2010)