Setelah perilisan Gara-gara Warisan (2022) yang menjadi debut pengarahan film cerita panjangnya, Muhadkly Acho kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk Ghost Writer 2 – sekuel bagi Ghost Writer (2019) yang juga merupakan debut pengarahan film cerita panjang bagi Bene Dion Rajagukguk. Tidak hanya sebagai sutradara, Acho juga menggantikan posisi Rajagukguk sebagai penulis naskah film bersama dengan Nonny Boenawan. Rajagukguk – yang baru saja meraih sukses besar lewat film Ngeri-ngeri Sedap (2022) yang ia arahkan – hanya bertugas sebagai produser bagi film ini. Bukan sebuah masalah besar. Seperti halnya yang ditunjukkan Rajagukguk dalam Ghost Writer, Acho juga memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menghidupkan paduan antara horor dan komedi yang dibawakan oleh Ghost Writer 2 – walaupun kemudian terasa terbata dalam pengembangan elemen pengisahan dramanya. Continue reading Review: Ghost Writer 2 (2022)
Tag Archives: Fendy Chow
Review: Toko Barang Mantan (2020)
Diarahkan oleh Viva Westi (Koki-koki Cilik 2, 2019) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena (Milea: Suara dari Dilan, 2020) dan Priesnanda Dwisatria (Rompis, 2018), Toko Barang Mantan berkisah tentang seorang pemuda bernama Tristan (Reza Rahadian) yang rela meninggalkan bangku kuliahnya demi membangun dan mengembangkan usaha Toko Barang Mantan yang ia miliki. Toko yang dimiliki oleh Tristan memang unik. Toko tersebut menerima dan menjual kembali barang-barang milik mereka yang telah ditinggalkan atau merasa kecewa dengan mantan kekasih mereka. Tristan sendiri harus berhadapan kembali dengan kisah romansa dari masa lalu ketika mantan kekasihnya, Laras (Marsha Timothy), datang ke Toko Barang Mantan untuk menghantarkan undangan pernikahannya. Walau berpura-pura tegar di hadapan Laras maupun di hadapan kedua pegawainya, Amel (Dea Panendra) dan Rio (Iedil Dzuhrie Alaudin), pertemuan tersebut membuat Tristan mempertanyakan kembali alasan berakhirnya hubungan romansa yang dahulu terjalin antara dirinya dengan Laras. Continue reading Review: Toko Barang Mantan (2020)
Review: Ayah, Mengapa Aku Berbeda? (2011)
Tidak mengherankan memang, ketika Surat Kecil Untuk Tuhan yang dirilis beberapa bulan yang lalu mendapatkan sambutan yang luar biasa dari para penonton film Indonesia – film tersebut hingga saat ini masih tercatat sebagai film dengan raihan jumlah penonton terbesar untuk tahun 2011 – para produser lainnya kemudian mencoba untuk mengeruk keuntungan yang sama dengan cara menghadirkan formula yang sejenis. Kesuksesan Surat Kecil Untuk Tuhan, yang naskah ceritanya disusun berdasarkan novel berjudul sama karya Agnes Danovar, terjadi karena film tersebut berhasil menerapkan formula tearjerker yang tepat untuk para penontonnya.
Review: Milli & Nathan (2011)
Drama romantis mungkin bukanlah sebuah hal yang langka dalam industri perfilman Indonesia. Setiap beberapa periode, berbagai rumah produksi nasional merilis film mereka dalam genre tersebut dan mencoba untuk merebut hati para penontonnya. Yang benar-benar berhasil memberikan kesan mendalam pada penontonnya? Sedikit. Bahkan setelah Hari Untuk Amanda (2010), dapat dikatakan hampir tidak ada film Indonesia yang mampu melakukannya. Hal ini yang membuat Milli & Nathan terasa cukup spesial. Terlepas dari beberapa hal klise yang terdapat pada naskah cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena, Milli & Nathan berisi begitu banyak momen-momen manis yang akan cukup mampu menggelitik sisi romantis setiap penontonnya lewat dialog-dialog yang cukup cerdas, pengarahan yang apik, akting para pemainnya yang begitu membumi serta penampilan seorang Olivia Lubis Jensen yang begitu mencuri perhatian!