Dibuat sebagai salah satu bentuk kampanye Kepolisian Republik Indonesia untuk melawan aksi terorisme, film arahan Eugene Panji (Cita-citaku Setinggi Tanah, 2012) yang juga menjadi debut pengarahan bagi Myrna Paramita Pohan, 22 Menit, bercerita mengenai serangan Bom Thamrin yang terjadi di Jakarta pada 14 Januari 2016 lalu. Jalan ceritanya sendiri mengambil sudut pandang dari beberapa karakter yang terlibat dalam tragedi tersebut, mulai dari pelaku, korban, hingga pihak kepolisian yang kemudian menangani dan berhasil meringkus pelaku dalam jangka waktu 22 menit. Sebuah propaganda? Mungkin saja. Namun tidak dapat disangkal bahwa Panji dan Pohan mampu menggarap film ini menjadi sebuah sajian thriller yang cukup efektif. Continue reading Review: 22 Menit (2018)
Tag Archives: Eugene Panji
Festival Film Indonesia 2017 Nominations List
Setelah Fiksi (Mouly Surya, 2008) yang berhasil memenangkan beberapa kategori utama, termasuk kategori Film Bioskop Terbaik dan Sutradara Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2008 dan Belenggu (Upi, 2013) yang berhasil meraih 13 nominasi di pada Festival Film Indonesia 2013, tahun ini panitia penyelenggara Festival Film Indonesia kembali menunjukkan rasa cinta mereka terhadap genre horor dengan memberikan 13 nominasi kepada film Pengabdi Setan arahan Joko Anwar. Pengabdi Setan berhasil mendapatkan nominasi di beberapa kategori utama seperti Penulis Skenario Adaptasi Terbaik dan Sutradara Terbaik untuk Joko Anwar, serta Film Terbaik dimana Pengabdi Setan akan bersaing dengan Cek Toko Sebelah (Ernest Prakasa, 2016), Kartini (Hanung Bramantyo, 2017), Night Bus (Emil Heradi, 2017), dan Posesif (Edwin, 2017). Continue reading Festival Film Indonesia 2017 Nominations List
Review: Cita-Citaku Setinggi Tanah (2012)
Masih ingat dengan cita-cita Anda ketika hendak beranjak dewasa dahulu? Berbeda dengan Anda – atau kebanyakan anak-anak lainnya, Agus (M. Syihab Imam Muttaqin), karakter utama dalam film Cita-Citaku Setinggi Tanah yang merupakan seorang pelajar sekolah dasar dari daerah Muntilan, Jawa Tengah, memiliki sebuah cita-cita yang sangat sederhana. Ketika tiga sahabatnya, Jono (Rizqullah Maulana Dafa), Puji (Iqbal Zuhda Irsyad) dan Sri (Dewi Wulandari Cahyaningrum) ingin menjadi seorang tentara, berharap ingin menjadi seseorang yang dapat membahagiakan orang lain dan bermimpi menjadi seorang bintang sinetron, Agus justru bercita-cita ingin makan di restoran Padang – sebuah cita-cita yang jelas kemudian dianggap remeh oleh teman-temannya.