Tag Archives: Donita

Review: Insya Allah Sah (2017)

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Benni Setiawan (Toba Dreams, 2015) berdasarkan buku yang berjudul sama karya Achi TM, Insya Allah Sah berkisah tentang pertemuan yang tidak disengaja antara Silvi (Titi Kamal) dengan Raka (Pandji Pragiwaksono) ketika mereka terjebak di dalam sebuah lift yang sedang bermasalah. Dalam kepanikannya, Silvi lantas bernazar bahwa jika ia dapat keluar dengan selamat maka ia akan berubah menjadi sosok muslimah yang lebih taat akan aturan dan perintah Tuhan. Tidak lama setelah ia mengucapkan nazar tersebut, pintu lift pun terbuka dan Silvi dapat bertemu kembali dengan kekasihnya, Dion (Richard Kyle). Kejadian tersebut bahkan mendorong Dion untuk segera melamar Silvi. Tanpa disangka-sangka, Raka, seorang sosok pemuda yang lugu dan religius, kemudian menghubungi Silvi dan terus mengingatkannya akan nazar yang telah ia ucapkan. Dorongan Raka agar Silvi segera menjalankan nazarnya secara perlahan mulai mengganggu kehidupan Silvi dan rencana pernikahannya dengan Dion. Continue reading Review: Insya Allah Sah (2017)

Review: Cinta Laki-Laki Biasa (2016)

Setelah sebelumnya bekerjasama dalam Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea (2016), sutradara Guntur Soeharjanto kembali bekerjasama dengan penulis Asma Nadia dan Alim Sudio untuk Cinta Laki-Laki Biasa. Well… Judul film ini mungkin akan membuat beberapa orang lantas memandang sebelah mata. Atau malah premis yang dijual tentang kisah cinta segitiga dalam balutan nuansa reliji yang, harus diakui, telah terlalu sering “dieksploitasi” oleh banyak pembuat film Indonesia. Namun, jika Anda mampu melepas segala prasangka dan memberikan film ini sebuah kesempatan, Cinta Laki-Laki Biasa adalah sebuah drama romansa yang tergarap dengan cukup baik, mulai dari penataan naskah dan ritme penceritaan hingga chemistry yang terasa begitu hangat dan meyakinkan antara dua bintang utamanya, Deva Mahenra dan Velove Vexia. Continue reading Review: Cinta Laki-Laki Biasa (2016)

Review: Kehormatan di Balik Kerudung (2011)

Akrab dengan nama Tya Subiakto Satrio? Mereka yang gemar menyaksikan film Indonesia tentu saja akrab dengan nama komposer wanita yang banyak mengisi tata musik film-film Indonesia ini. Kehormatan di Balik Kerudung sendiri tidak hanya menempatkan nama Tya Subiakto Satrio sebagai seorang penata musik. Tya bahkan melangkah sangat jauh dan duduk sebagai seorang sutradara film! Entahlah. Mungkin bagi Tya, sudah saatnya segudang pengalaman yang ia dapatkan dari banyak sutradara selama menjadi penata musik puluhan film Indonesia diaplikasikan secara langsung dengan ia menjadi seorang pemimpin produksi sebuah film. Entahlah. Namun, melihat hasil yang ia capai melalui Kehormatan di Balik Kerudung sendiri, Tya seharusnya sadar untuk tidak terlalu terlena dengan posisi barunya dan lebih baik memilih kembali untuk berkonsentrasi di profesi lamanya.

Continue reading Review: Kehormatan di Balik Kerudung (2011)

Review: Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap (2011)

Sukses dengan 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010) yang berhasil memberikannya dua Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2010, Benni Setiawan kini bekerjasama dengan sutradara Indrayanto Kurniawan (Saus Kacang, 2008) dalam film Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap. Jangan salah, meskipun judul serta penampilan aktris Lydia Kandou di film ini akan mengingatkan setiap pecinta film Indonesia pada film Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), namun Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap sama sekali tidak memiliki hubungan cerita dengan film komedi legendaris tersebut. Pun begitu, didukung dengan akting para pemerannya yang solid, Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap cukup mampu tampil sebagai sebuah hiburan yang berkualitas.

Continue reading Review: Kejarlah Jodoh Kau Kutangkap (2011)

Review: Pupus (2011)

Banyak hal yang dapat diceritakan dari daftar filmografi seorang Rizal Mantovani. Harus diakui, horor adalah bagian yang tak terpisahkan dari dirinya. Pun begitu, Rizal juga sempat menyelingi daftar filmografinya dengan film-film drama remaja yang kebanyakan kurang mampu meraih perhatian sebesar film-film horor yang ia rilis. Setelah merilis Cewek Gokil beberapa bulan yang lalu, kini Rizal merilis Pupus, sebuah film yang menandai kali keenam ia bekerja sama dengan penulis naskah Alim Sudio, namun merupakan film drama kedua yang mereka hasilkan setelah Ada Kamu, Aku Ada (2008). Dengan hasil kerjasama seperti Jenglot Pantai Selatan (2011), Taring (2010) atau Air Terjun Pengantin (2010), kerjasama antara Rizal Mantovani dan Alim Sudio bukanlah sebuah kerjasama paling brilian yang pernah ada di sejarah perfilman dunia. Bahkan, setelah melihat apa yang mereka hasilkan untuk Pupus, mungkin kerjasama itu seharusnya telah berakhir semenjak lama.

Continue reading Review: Pupus (2011)