Tag Archives: David Saragih

Review: Devil on Top (2021)

Menyusul Sabar ini Ujian (2020) dan Till Death Do Us Part (2021), Devil on Top menjadi film ketiga arahan Anggy Umbara yang diproduksi oleh rumah produksi miliknya, Umbara Brothers Film, bersama dengan MD Pictures yang dirilis untuk ditayangkan melalui Disney+ Hotstar. Drama komedi ini berkisah mengenai seorang pemuda bernama Angga (Angga Yunanda), yang bersama dengan ketiga sahabat sekaligus rekan kerjanya, Richard (Kenny Austin), Rudi (Joshua Suherman), dan Boni (Lolox), menyusun rencana untuk menggulingkan atasan mereka, Sarah (Cinta Laura Kiehl), dikarenakan kerasnya sikap Sarah kepada setiap bawahannya di tempat mereka bekerja. Berbagai rencana mulai mereka susun. Angga, Richard, Rudi, dan Boni bahkan berusaha menggali masa lalu sekaligus rahasia-rahasia kelam milik Sarah agar perempuan tersebut dapat segera dipecat dari posisinya. Sial, ketika dirinya ditunjuk menjadi seorang direktur kreatif yang membuatnya harus sering bekerja secara langsung dan berdekatan dengan Sarah, Angga malah mulai merasakan benih-benih asmara tumbuh antara dirinya dengan sang atasan. Continue reading Review: Devil on Top (2021)

Review: June & Kopi (2021)

Kisah persahabatan yang terjalin antara manusia dengan anjing telah ambil bagian dalam plot pengisahan banyak film dari berbagai jenis warna cerita – mulai dari Turner & Hooch (Roger Spottiswoode, 1989), Must Love Dogs (Gary David Goldberg, 2005), I Am Legend (Francis Lawrence, 2007), Marley & Me (David Frankel, 2008), Hachiko: A Dog’s Story (Lasse Hallström, 2009), hingga The Call of the Wild (Chris Sanders, 2020). Cukup berbeda dengan Hollywood, Anda harus menyibak kembali rentangan waktu hingga ke tahun 1974 untuk menemukan Boni & Nancy yang menjadi film Indonesia pertama dan satu-satunya yang mengeksplorasi tema serupa dalam penceritaannya. Kini, film arahan John Tjasmadi itu tidak akan lagi menjadi film Indonesia satu-satunya yang bertutur tentang persahabatan antara manusia dengan mamalia yang bergelar peliharaan dan sahabat tertua manusia tersebut. Film kedua yang diproduseri, diarahkan, sekaligus ditulis ceritanya oleh Noviandra Santosa, June & Kopi, akan melalui jejak serupa yang sebelumnya telah dibuat dan dilalui oleh Boni & Nancy. Continue reading Review: June & Kopi (2021)

Review: Pretty Boys (2019)

Selain menjadi seorang penyanyi dan dokter – dan aktor, jika Anda turut memperhitungkan penampilan singkatnya pada Trinity, The Nekad Traveler (Rizal Mantovani, 2017), Tompi menambah gelar sutradara untuk namanya dengan mengarahkan film layar lebar yang berjudul Pretty Boys. Dengan naskah yang digarap oleh Imam Darto (Coblos Cinta, 2008), Pretty Boys berkisah mengenai perjuangan dua orang pemuda, Rahmat (Deddy Mahendra Desta) dan Anugerah (Vincent Rompies), untuk menggapai mimpi mereka guna menjadi sosok yang terkenal di industri hiburan Indonesia. Kesempatan untuk mewujudkan mimpi tersebut tiba-tiba datang ketika Rahmat dan Anugerah ditawari untuk menjadi pembawa acara pendamping bagi sebuah program bincang-bincang di saluran televisi terkenal. Namun, kesempatan tersebut datang dengan sebuah syarat: Produser meminta Rahmat dan Anugerah untuk tampil layaknya para waria. Dengan penampilan tersebut, dan kemampuan berguyon mereka, Rahmat dan Anugerah secara perlahan mulai meraih popularitas mereka. Sayang, di saat yang bersamaan, popularitas tersebut lantas menghadirkan ruang pada hubungan persahabatan mereka. Continue reading Review: Pretty Boys (2019)

Review: Laundry Show (2019)

Diadaptasi dari novel The Laundry Show karangan Uki Lukas, film terbaru arahan Rizki Balki (A: Aku, Benci & Cinta, 2017), Laundry Show, berkisah mengenai Uki (Boy William) yang karena telah merasa jenuh dengan perjalanan karirnya kemudian memilih untuk berhenti dari pekerjaannya. Dengan modal semangat yang diberikan oleh seorang motivator terkenal dan inspirasi dari sang ibu yang sempat bekerja sebagai seorang tukang cuci, Uki lantas mendirikan usaha layanan binatu. Membangun dan memulai usaha sendiri jelas bukanlah pekerjaan yang gampang. Bahkan setelah Uki berhasil menemukan lokasi usaha yang tepat, berbagai perlengkapan kerja, hingga para karyawan yang dapat mendukung usaha layanan binatunya tersebut, Uki masih harus memutar otak untuk dapat mencari cara agar usaha layanan binatunya mampu menarik perhatian banyak konsumen. Namun, tantangan terbesar bagi usaha layanan binatu milik Uki datang ketika sebuah usaha layanan binatu lain yang lebih besar, didukung teknologi yang lebih modern, serta mampu menawarkan banyak potongan harga kemudian dibuka tepat di hadapan lokasi usaha layanan binatu milik Uki. Perseteruan antara Uki dengan pemilik usaha layanan binatu baru tersebut, Agustina (Giselle Anastasia), kemudian mulai memanas. Continue reading Review: Laundry Show (2019)

Review: Partikelir (2018)

Nama Pandji Pragiwaksono jelas bukanlah nama baru di industri perfilman Indonesia. Semenjak namanya popular sebagai seorang komika, Pragiwaksono juga telah berkesempatan menunjukkan kemampuan aktingnya lewat film-film seperti Make Money (Sean Monteiro, 2013), Comic 8 (Anggy Umbara, 2014), {rudy habibie} (Hanung Bramantyo, 2016), Stip & Pensil (Ardy Octaviand, 2017), dan Ayat-ayat Cinta 2 (Guntur Soeharjanto, 2017). Mengikuti jejak rekan-rekan komikanya seperti Kemal Palevi, Raditya Dika, Ernest Prakasa, dan Bayu Skak, Pragiwaksono kini menguji kemampuannya dalam penyutradaraan sebuah film lewat Partikelir. Juga berperan sebagai aktor dan penulis naskah cerita bagi film drama komedi aksi ini, Partikelir menghadirkan elemen-elemen komedi yang mungkin telah terasa familiar bagi para penggemar celotehan Pragiwaksono. Sayang, sebagai sebuah presentasi cerita keseluruhan, Partikelir tidak mampu berbicara banyak dan seringkali terasa goyah dalam banyak bagian pengisahannya. Continue reading Review: Partikelir (2018)

Review: Make Money (2013)

make-money-header

Masih ingat dengan film Material Girls (2006) yang dibintangi oleh Hilary Duff dan Haylie Duff? Atau versi Latin dari film tersebut, From Prada to Nada (2011), yang dibintangi Camilla Belle dan Alexa Vega? WellMake Money juga memiliki premis yang sama – dua bersaudara yang berasal dari latar belakang keluarga yang memiliki segalanya namun harus kehilangan seluruh harta mereka setelah kematian sang ayah. Dalam Make Money, dua bersaudara tersebut adalah Rachmat (David Saragih) dan Aris (Panji Pragiwaksono) yang merupakan putera dari seorang pemilik perusahaan iklan raksasa, Pak Tri (Ray Sahetapy). Untuk memberikan pelajaran hidup bagi kedua puteranya yang tumbuh menjadi sosok yang arogan dan manja, Pak Tri awalnya berencana untuk memalsukan kematiannya dan kemudian memberikan seluruh hartanya pada seorang pemulung yang pernah menyelamatkan nyawanya, Odi (Ence Bagus). Tidak disangka… ketika rencana tersebut sedang dijalankan, Tuhan ternyata benar-benar mencabut nyawa Pak Tri.

Continue reading Review: Make Money (2013)