Menjadi film pertama yang diarahkan oleh sutradara berkewarganegaraan Israel, Navot Papushado, secara solo – setelah sebelumnya mengarahkan Rabies (2010) dan Big Bad Wolves (2013) bersama dengan Aharon Keshales, Gunpowder Milkshake berkisah mengenai seorang pembunuh bayaran bernama Sam (Karen Gillan) yang ditugaskan untuk membunuh seorang pria, David (Samuel Anderson), karena telah mencuri sejumlah uang dari perusahaan tempat Sam sekarang bekerja, The Firm. Sebagai seorang pembunuh bayaran profesional, tugas tersebut jelas bukanlah sebuah hal yang sulit. Namun, ketika mengetahui bahwa David mencuri uang tersebut untuk digunakan sebagai tebusan bagi putrinya, Emily (Chloe Coleman), yang sedang diculik, hati Sam kemudian tergerak untuk membantu. Sam sendiri yang kemudian menghantarkan uang tebusan tersebut kepada sang penculik dengan maksud untuk kembali merebut uang tersebut dan mengembalikannya ke perusahaan setelah Emily berhasil ia dapatkan. Sial, rencana tersebut menemui kegagalan yang bahkan menyebabkan uang hasil curian lenyap. Sam, yang biasa memburu dan membunuh orang-orang yang telah ditentukan oleh The Firm, kini menjadi buruan karena dugaan telah melarikan uang perusahaan. Continue reading Review: Gunpowder Milkshake (2021)
Tag Archives: Angela Bassett
Review: Soul (2020)
Di tahun 2019, selepas merilis Toy Story 4 (Josh Cooley) di tahun tersebut, Pixar Animation Studios memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi memproduksi sekuel dari film-film rilisan mereka terdahulu. Sebuah pernyataan yang jelas disambut baik oleh para penikmat, penggemar, sekaligus pecinta film-film animasi buatan rumah produksi rumah produksi milik The Walt Disney Company tersebut. Harus diakui, selain beberapa rilisan seperti Toy Story 3 (Lee Unkrich, 2010), Inside Out (Pete Docter, 2015), dan Coco (Unkrich, 2017), filmografi Pixar Animation Studios pada satu dekade lalu memang lebih banyak diisi dengan film-film sekuel maupun film-film dengan cerita orisinal yang kualitasnya jelas terasa medioker – tentu saja, “medioker” dalam ukuran film yang dihasilkan oleh rumah produksi sekelas Pixar Animation Studios. Membuka dekade baru, Pixar Animation Studios merilis Onward (2020) arahan Dan Scanlon yang tampil cukup meyakinkan sebagai sebuah sajian hiburan. Namun, Pixar Animation Studios benar-benar menunjukkan tajinya sebagai rumah produksi film animasi paling prestisius di dunia lewat film terbaru arahan Docter, Soul. Continue reading Review: Soul (2020)
Review: Avengers: Endgame (2019)
Lima tahun setelah Thanos (Josh Brolin) menjentikkan jarinya dan menghapus separuh peradaban manusia dari atas permukaan Bumi – seperti yang dikisahkan pada Avengers: Inifinity War (Anthony Russo, Joe Russo, 2018), para anggota Avengers yang tersisa, Tony Stark/Iron Man (Robert Downey, Jr.), Steve Rogers/Captain America (Chris Evans), Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffalo), Thor (Chris Hemsworth), Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson), Clint Barton/Hawkeye (Jeremy Renner), dan James Rhodes/War Machine (Don Cheadle), masih berupaya melupakan kepedihan hati mereka atas kekalahan di medan peperangan sekaligus hilangnya orang-orang yang mereka cintai. Di saat yang bersamaan, para anggota Avengers yang tersisa tersebut juga masih terus mencari cara untuk menemukan keberadaan Thanos dan membuatnya memperbaiki segala kerusakan yang telah ia sebabkan ketika menggunakan Infinity Stones. Harapan muncul ketika Scott Lang/Ant-Man (Paul Rudd) yang ternyata selamat dari tragedi yang disebabkan jentikan jari Thanos dan kemudian mendatangi markas Avengers dengan sebuah ide yang dapat menghadapkan kembali para Avengers dengan musuh besar mereka. Continue reading Review: Avengers: Endgame (2019)
Review: Bumblebee (2018)
Mendapatkan gelar sebagai “film terbaik” dalam seri film Transformers mungkin bukanlah tugas yang cukup berat. Semenjak perilisan live-action perdananya pada tahun 2007 – lewat film arahan Michael Bay yang berhasil mengenalkan serta mempopulerkan nama Shia LaBeouf dan Megan Fox ke seantero dunia, seri film Transformers secara konsisten terus berhasil meraup kesuksesan komersial dalam setiap perilisannya walaupun, di saat yang bersamaan, juga secara konsisten tidak pernah mendapatkan dukungan dari para kritikus film dunia. All good things come to an end, unfortunately. Seri terakhirnya menjadi pembuktian betapa para penikmat film telah merasa jenuh dengan kualitas penceritaan seri Transformers yang cenderung monoton ketika Transformers: The Last Knight (2017) menjadi seri yang mendapatkan ulasan paling buruk sekaligus raihan pendapatan paling kecil jika dibandingkan dengan empat film Transformers yang telah dirilis sebelumnya. “Peringatan” tersebut ditanggapi serius oleh Bay dan barisan produser seri film ini. Hasilnya, penyegaran kemudian dilakukan dengan cara menghasilkan sebuah film sempalan yang tidak melibatkan Bay sebagai sutradara, jalan cerita yang lebih berfokus pada salah satu karakter Transformers, dan dengan pendekatan cerita yang juga menjauh dari tatanan a la film aksi yang penuh ledakan seperti yang selama ini dilakukan oleh Bay. And, surprise, surprise, it works! Continue reading Review: Bumblebee (2018)
Review: Mission: Impossible – Fallout (2018)
Kembali diarahkan oleh sutradara Mission: Impossible – Rogue Nation (2015), Christopher McQuarrie – yang menjadikan McQuarrie sebagai sutradara pertama yang mengarahkan dua film bagi seri Mission: Impossible, Mission: Impossible – Fallout memiliki latar belakang waktu pengisahan dua tahun semenjak berakhirnya konflik yang dikisahkan pada seri sebelumnya. Kini, kelompok kriminal The Syndicate pimpinan Solomon Lane (Sean Harris) yang telah ditangkap oleh Ethan Hunt (Tom Cruise) dan rekan-rekan agen rahasia Impossible Missions Force-nya berevolusi menjadi sebuah kelompok teroris yang menyebut dirinya sebagai The Apostles. Kelompok teroris tersebut kemudian berhasil mencuri seperangkat senjata nuklir yang mereka rencanakan akan digunakan jika Ethan Hunt tidak mengembalikan Solomon Lane kepada mereka. Jelas bukan sebuah permintaan yang akan diikuti oleh Ethan Hunt dan pihak Impossible Missions Force begitu saja. Bersama dengan dua rekan kepercayaannya, Luther Stickell (Ving Rhames) dan Benjamin Dunn (Simon Pegg), serta seorang agen rahasia Central Intelligence Agency, August Walker (Henry Cavill), yang ditugaskan untuk mengawasi kinerja mereka, Ethan Hunt mulai menyusuri jejak keberadaan The Apostles untuk dapat menemukan kembali senjata nuklir yang telah mereka curi sekaligus melenyapkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Continue reading Review: Mission: Impossible – Fallout (2018)
Review: Black Panther (2018)
Ada sesuatu yang berbeda pada presentasi film pahlawan super terbaru garapan Marvel Studios yang berjudul Black Panther. Merupakan sebuah origin story yang memperkenalkan sosok pahlawan super baru dalam rangkaian pengisahan Marvel Cinematic Universe, Black Panther menghadirkan deretan karakter yang didominasi oleh karakter-karakter berkulit hitam dengan latar belakang lokasi penceritaan yang juga berada di benua Afrika. Tidak hanya itu. Dibandingkan dengan film-film pahlawan super lainnya yang telah dirilis oleh Marvel Studios, naskah cerita Black Panther yang ditulis oleh sutradara film ini, Ryan Coogler (Creed, 2015), bersama dengan Joe Robert Cole, juga menawarkan jalinan cerita yang memiliki nuansa politis yang cukup kental. Warna penceritaan yang cukup mampu memberikan nafas segar bagi kisah heroik a la Marvel Studios yang harus diakui telah terasa berjalan cukup monoton pada beberapa film garapan mereka akhir-akhir ini. Continue reading Review: Black Panther (2018)
Review: Olympus Has Fallen (2013)
Oh. Berbicara mengenai nasionalisme/patriotisme, film arahan sutradara Antoine Fuqua (Brooklyn’s Finest, 2010) yang berjudul Olympus Has Fallen ini juga mengangkat tema penceritaan yang sama. Hanya saja, daripada menghadirkan kisah mengenai seorang pelajar sekolah dasar yang berusaha mewujudkan obsesi sang kakek mengenai bendera negaranya, Olympus Has Fallen mengisahkan mengenai seorang mantan agen rahasia Amerika Serikat yang berjuang dalam melawan aksi terorisme yang berusaha memecah keutuhan negaranya. Sendirian. Terdengar seperti kisah dari salah satu seri franchise Die Hard (1988 – 2013)? Tentu! Dan rasanya setiap orang akan begitu familiar dengan jalan cerita tersebut. Pun begitu, dengan arahan Fuqua yang kuat atas intensitas presentasi aksi dalam film ini serta penampilan apik dari seluruh jajaran pengisi departemen aktingnya, khususnya Gerard Butler, Olympus Has Fallen mampu menjelma menjadi sebuah film aksi yang dapat dengan mudah menarik dan menahan perhatian setiap penontonnya secara penuh dalam 120 menit pengisahan ceritanya.
Review: This Means War (2012)
Untuk seseorang dengan talenta seperti Reese Witherspoon – talenta yang telah memenangkannya sebuah Academy Award (Walk the Line, 2005) – adalah cukup mengherankan untuk melihat Witherspoon terus menerus memilih berbagai material cerita film yang sepertinya kurang mampu untuk mengeksplorasi talenta aktingnya tersebut. Tentu, pasca kemenangannya di ajang Academy Awards, Witherspoon pernah membintangi beberapa film-film dengan fondasi jalan cerita yang cukup kuat seperti Rendition (2007), How Do You Know (2010) dan Water for Elephants (2011). Namun pada kebanyakan bagian, karir Witherspoon pasca kemenangannya di ajang Academy Awards diisi dengan film-film seperti Just Like Heaven (2005), Penelope (2006) dan Four Christmases (2007) yang lebih menekankan cute factor dalam diri Reese daripada talenta akting yang ia miliki.
Review: Green Lantern (2011)
Bahkan dengan keberadaan empat orang penulis naskah yang mencoba untuk mengadaptasi kisah dari sebuah seri komik yang telah diterbitkan semenjak tahun 1940, Green Lantern terasa bagaikan sebuah film yang hadir dengan naskah cerita yang begitu dangkal. Masalah utama dari naskah cerita yang disusun oleh Greg Berlanti, Michael Green, Marc Guggenheim dan Michael Goldenberg ini adalah mereka seperti mencoba untuk memadukan seluruh formula yang biasanya ditemukan dalam film-film bertema superhero ke dalam satu susunan naskah cerita. Sayangnya, hal itu kemudian berjalan dengan buruk ketika mereka seperti lupa untuk membangun karakterisasi setiap tokoh dengan baik, plot cerita yang menarik serta alur cerita yang memikat. Ketika permasalahan itu semakin diperburuk oleh sutradara Martin Campbell (Edge of Darkness, 2010) yang sepertinya lebih tertarik untuk menampilkan kekuatan special effect daripada jalan cerita, jadilah Green Lantern terasa bagaikan sebuah perjalanan panjang yang datar dan cenderung membosankan untuk diikuti.
Review: Nothing But The Truth (2008)
Nothing But The Truth adalah sebuah film drama arahan sutradara Rod Lurie. Lurie, yang juga berperan sebagai seorang penulis naskah di film ini, mengaku terinspirasi dari kisah nyata jurnalis The New York Post, Judith Miller, yang terpaksa harus mendekam di penjara setelah ia menolak permintaan negara untuk membuka rahasia siapa narasumber yang ia gunakan dalam sebuah berita yang ia tulis.