Dengan naskah cerita yang ditulis oleh sutradara film ini, Benni Setiawan (Toba Dreams, 2015), bersama dengan penulis naskah Alim Sudio (Makmum, 2019) berdasarkan novel Divortiare dan Twivortiare karya Ika Natassa, Twivortiare adalah romansa yang berkisah tentang kehidupan percintaan dari pasangan Beno Wicaksono (Reza Rahadian) dan Alexandra Rhea (Raihaanun). Dua tahun setelah pernikahan mereka, Beno Wicaksono dan Alexandra Rhea memutuskan untuk bercerai setelah merasa lelah dengan berbagai konflik dan pertengkaran yang terus mewarnai keseharian mereka. Perceraian ternyata tidak lantas menghilangkan rasa cinta, sayang, maupun kekaguman yang terbentuk antara keduanya. Secara perlahan, Beno Wicaksono dan Alexandra Rhea berusaha belajar lagi tentang satu sama lain yang kemudian berlanjut dengan pernikahan kembali antara kedua pasangan muda tersebut. Mencoba menjadi dewasa dan berusaha untuk saling mengerti memang bukanlah sikap yang mudah dilakukan. Dalam pernikahan keduanya, Beno Wicaksono dan Alexandra Rhea masih saja menemukan berbagai konflik dan rintangan yang coba menghalangi perjalanan hubungan mereka. Continue reading Review: Twivortiare (2019)
Tag Archives: Alicia Djohar
Review: Rumah Tanpa Jendela (2011)
Sukses dengan Emak Ingin Naik Haji (2009), yang berhasil meraih banyak pengakuan di berbagai ajang penghargaan perfilman nasional, Aditya Gumay kini kembali dengan film yang menjadi karya ketiganya, Rumah Tanpa Jendela. Sama seperti halnya dengan Emak Ingin Naik Haji, film ini juga diangkat dari sebuah cerpen karya penulis Asma Nadia yang berjudul Jendela Rara, dan sama-sama berbagi tema bahasan yang sama di dalam jalan ceritanya: mengenai usaha salah satu karakternya dalam mewujudkan sebuah mimpi mereka. Jika pada Emak Naik Haji tema tersebut dilakonkan oleh karakter-karakter dewasa, maka Rumah Tanpa Jendela berisikan banyak karakter anak-anak. Namun, dengan tema sosial yang begitu universal, Aditya Gumay berhasil mengemas jalan cerita Rumah Tanpa Jendela menjadi sebuah film yang tidak hanya akan mampu menghibur penonton muda, namun menyentuh setiap penonton dewasa.
Review: Baik Baik Sayang (2011)
Media film sepertinya kembali menjadi salah satu pilihan utama para musikus Indonesia dalam mempromosikan karya-karyanya. Setelah The Changcuters yang sukses diperkenalkan lewat The Tarix Jabrix (2008), Afgan yang memperkenalkan lagu-lagu di album barunya lewat Cinta 2 Hati Dilema… (2010) serta Cinta Laura dan kelompok musik SKJ lewat film Seleb Kota Jogja (SKJ) (2010), kini giliran band pop asal Blora, Wali, yang mencoba menjajaki kemampuan mereka dalam dunia akting lewat film Baik Baik Sayang. Dengan naskah yang ditulis oleh Jujur Prananto (Do’a Yang Mengancam, 2008) yang dikembangkan berdasarkan video musik Wali yang berjudul sama, Baik Baik Sayang secara mengejutkan muncul sebagai sebuah film yang cukup mampu menghibur dengan baik.