Setelah Love for Sale 2 (Andibachtiar Yusuf, 2019), Adipati Dolken dan Della Dartyan kembali tampil berpasangan untuk film fantasi romansa Akhirat: A Love Story yang ditulis dan diarahkan oleh Jason Iskandar yang sekaligus menandai debut pengarahan film cerita panjang bagi Iskandar. Penuturan cerita film ini dibangun dengan dasar kisah asmara yang terbentuk antara dua karakter utama, Timur (Dolken) dan Mentari (Dartyan), yang memiliki kepercayaan berbeda. Meskipun keluarga mereka kurang begitu antusias menerima, Timur dan Mentari bertekad untuk tetap teguh bersama mempertahankan hubungan asmara yang terjalin antara keduanya. Sayang, garisan nasib menentukan lain. Timur dan Mentari terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat keduanya kemudian berada dalam keadaan koma serta terjebak dalam ruang antara dunia dan akhirat.
Akhirat: A Love Story memang memiliki konsep akan premis pengisahan yang jelas akan menggugah pemikiran siapapun yang mendengarnya: Bagaimana perjalanan hubungan romansa para pasangan dengan latar kepercayaan yang berbeda ketika keduanya telah meninggalkan kefanaan dunia? Apakah mereka masih dapat saling bertemu? Atau Tuhan yang berbeda akan membawa mereka pada jalan kehidupan setelah mati yang berbeda pula? Sekilas, visi Iskandar akan premis penceritaannya tersebut dapat diberikan penggambaran yang kuat. Ide tentang hutan (visualisasi Iskandar akan Padang mahsyar, mungkin?) dimana seluruh jiwa yang masa kehidupannya telah berakhir (atau sedang menunggu masa kehidupannya untuk berakhir) kemudian berkumpul dan diarahkan oleh petugas penjaga (malaikat?) untuk melalui satu gerbang berdasarkan keyakinan yang dianut oleh masing-masing jiwa tersebut adalah sebuah gambaran akan akhirat yang cukup cerdas.
Sayangnya, ide brilian nan menggugah garapan Iskandar secara perlahan mulai terasa luntur beriringan dengan ketidakmampuannya untuk memberikan pengembangan yang lugas akan ide besarnya tersebut. Entah karena kebingungan atau mencoba untuk menahan diri – karena, seperti yang kita tahu, isu kepercayaan adalah isu yang sangat, sangat sensitif di negeri ini – tema akan perbedaan kepercayaan antara kedua karakter utama mulai tergeser dengan plot tentang bagaimana kedua karakter kemudian berusaha untuk menerima garisan nasib mereka. Pergeseran tema tersebut bukanlah masalah yang fatal jika saja Iskandar juga dapat memberikan pengembangan cerita yang kuat. Akhirat: A Love Story lebih banyak berusaha memberikan penjelasan akan satu kondisi melalui dialog yang diutarakan para karakternya daripada memberikan gambaran yang tepat akan kondisi tersebut. Too much tell and not enough show.
Masalah pada penuturan cerita Akhirat: A Love Story juga masih dihantui oleh berbagai kejanggalan yang muncul dari pemaparan konflik maupun karakternya. Seiring dengan perjalanan durasi pengisahannya, Iskandar seperti hanya berusaha menciptakan momen-momen antara para karakternya – baik antara kedua karakter utama maupun karakter-karakter pendukung yang kemudian muncul dalam linimasa penceritaan – daripada memberikan garapan cerita yang berkesan utuh. Meskipun gangguan minor, bangunan dialog yang sering berkesan kaku juga menyebabkan interaksi yang terjalin antara karakter sering berakhir tidak meyakinkan meskipun para pemerannya telah berusaha sekuat mungkin untuk menghidupkan tiap karakter yang mereka perankan.
Memang, cukup mengecewakan untuk melihat sebuah visi cerita yang cukup berani kemudian terjerembab oleh pengembangan yang cenderung berkesan dangkal. Dolken dan Dartyan mampu menghadirkan chemistry yang begitu manis antara kedua karakter yang mereka perankan. Namun, dengan ketiadaan kualitas paparan cerita yang memadai, penampilan keduanya lantas tenggelam serta tidak memiliki kemampuan berbuat lebih banyak untuk menjadikan Akhirat: A Love Story dapat meninggalkan kesan yang kuat dan mendalam.
Akhirat: A Love Story (2021)
Directed by Jason Iskandar Produced by Shanty Harmayn, Florence Giovani, Tanya Yuson, Aoura Lovenson Written by Jason Iskandar Starring Adipati Dolken, Della Dartyan, Windy Apsari, Ayu Dyah Pasha, Arswendi Nasution, Nungky Kusumastuti, Willem Bevers, Farhan Rasyid, Vonny Anggraini, Ravil Prasetya, Yayu AW Unru, Agnes Naomi, Tubagus Ali, Verdi Solaiman, Farish Nahdi Cinematography Alvin Adimulia Edited by Akhmad Fesdi Anggoro Music by Ivan Gojaya Production companies Base Entertainment/Ivanhoe Pictures/SCM/Trinity Optima Production/Studio Antelope Running time 112 minutes Country Indonesia Language Indonesian
Tulisannya bagus banget. Hebat! Sayangnya David kurang suka nonton film Indonesia, ngga tau napa. Mungkin karena melihat setiap hari orang orang di sekitar sudah bisa menjadi film Indonesia sebenarnya, malah David menjadi bagian dari film karena jadi satu karakter di kehidupan. Dulu pernah nonton satu film Indonesia tentang PKI, itupun karena kewajiban dari sekolah haha..