Setelah Tanah Surga… Katanya (2012) yang berhasil memenangkan empat kategori, termasuk Film Terbaik, di ajang Festival Film Indonesia, sutradara Herwin Novianto kembali bekerjasama dengan aktor Deddy Mizwar untuk film Sejuta Sayang Untuknya. Alur ceritanya bertutur tentang seorang figuran film bernama Aktor Sagala (Mizwar) dalam usahanya untuk membahagiakan sekaligus memenuhi kebutuhan hidup putrinya, Gina (Syifa Hadju). Aktor Sagala sangat mencintai pekerjaannya sebagai seorang pekerja seni peran. Namun, berperan dalam peran-peran kecil, tentu saja, tidak dapat membiayai hidup dirinya serta putri semata wayangnya. Tekanan ekonomi makin dirasakan Aktor Sagala ketika Gina membutuhkan uang dalam jumlah yang lebih besar guna menyelesaikan bangku SMA-nya sekaligus melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas. Tidak menyerah begitu saja, Aktor Sagala mulai memutar otak untuk mencari pekerjaan yang dapat menyokong berbagai kebutuhan sang anak.
Layaknya film-film yang dibintangi Mizwar, Sejuta Sayang Untuknya juga sarat akan satir sekaligus kritik sosial dalam banyak dialog maupun adegannya. Sindiran mengenai Ujian Nasional yang pelaksanaannya cukup banyak menyulitkan para pesertanya, sistem hukum yang sepertinya terus saja memberikan keringanan pada para koruptor, hingga sentilan-sentilan kepada industri perfilman Indonesia seperti para pemeran utama yang sering terlambat datang atau terlalu banyaknya film yang ditujukan bagi para penonton remaja menghiasi banyak ruang dalam naskah cerita Sejuta Sayang Untuknya yang digarap oleh Wira Putra Basri. Cukup menggelitik, khususnya ketika Basri dan Mizwar mampu menyelimuti sindiran maupun sentilan tersebut lewat unsur komedi yang masih sangat mampu untuk menghibur.
Tentu saja, di ruang hati pengisahannya yang terdalam, Sejuta Sayang Untuknya adalah sebuah film yang ingin mengisahkan hubungan antara ayah dan anak – bagaimana seorang ayah akan berusaha untuk melakukan apa saja demi kebahagiaan sang anak dan rela berjuang sampai titik darah penghabisan untuk masa depan sang anak yang jauh lebih baik dirinya. Basri berhasil merangkai pengisahan yang kuat sekaligus menyentuh bagi hubungan yang terjalin antara karakter Aktor Sagala dan Gina. Hubungan kedua karakter juga tidak pernah digambarkan terlalu kaku ataupun bernuansa terlalu sentimental sehingga dapat terasa begitu membumi serta hangat dalam penceritaannya.
Memang, tidak semua elemen cerita dalam film ini berhasil. Beberapa bagian seperti kisah romansa yang ingin dibangun antara karakter Gina dengan karakter Wisnu (Umay Shahab) atau kehadiran karakter Doni (Edbert Enstain) yang berkesan cemburu atas hubungan yang terjalin antara Wisnu dan Gina tidak pernah mendapatkan galian yang mendalam. Belum lagi beberapa adegan lain seperti adegan mengembalikan dompet yang tercecer atau adegan yang menerangkan bahwa karakter Wisnu telah menjual motornya demi membayar hutang yang dimiliki oleh karakter Aktor Sagala yang terasa hadir tanpa arti maupun konteks yang kuat bagi jalan cerita film ini secara keseluruhan. Sejumlah adegan tersebut mungkin dimaksudkan hadir untuk mempertegas karakterisasi sejumlah tokoh dalam jalan cerita Sejuta Sayang Untuknya. Namun, dengan penggarapan yang terlalu kasar, kehadiran adegan-adegan tersebut justru terasa mengganggu, dipaksakan, dan sama sekali tidak efektif.
Beruntung, sejumlah kelemahan penceritaan dalam Sejuta Sayang Untuknya masih dapat ditutupi oleh kualitas pengarahan Novianto serta penampilan departemen akting film ini. Arahan Novianto mampu mendorong ritme pengisahan film untuk dapat tampil lugas dalam bercerita. Tidak pernah terasa terburu-buru dan berhasil dengan baik memanfaatkan momen demi momen untuk menghadirkan kesan yang kuat. Sejuta Sayang Untuknya juga disajikan dalam tatanan produksi yang mumpuni. Tata sinematografi garapan Yudi Datau mampu menghadirkan gambar-gambar yang meskipun berkesan sederhana namun berhasil mengiringi atmosfer cerita yang ingin dihadirkan dalam setiap adegan. Begitu pula dengan garapan musik dari Tya Subiakto Satrio yang cukup mampu untuk memperkuat energi pengisahan.
Berperan sebagai pasangan ayah dan anak, Mizwar dan Hadju memberikan chemistry serta penampilan terbaik mereka. Mizwar, salah seorang aktor watak terkuat yang dimiliki industri film Indonesia, tampil meyakinkan dalam setiap adegan. Menghadapi penampilan Mizwar, penampilan Hadju tidak lantas terasa timpang. Hadju berhasil mendampingi penampilan Mizwar secara elegan dalam setiap adegan. Bahkan, pada sebuah adegan di paruh akhir film yang menampilkan karakter yang diperankan Hadju sedang bermonolog, Hadju bahkan sukses mencuri perhatian sekaligus akan mampu membuat setiap mata dan hati tersentuh karenanya. Penampilan yang sangat kuat dari salah satu aktris muda yang seharusnya mendapatkan lebih banyak perhatian dari industri film nasional.
Directed by Herwin Novianto Produced by Zairin Zain Written by Wira Putra Basri (screenplay), Amiruddin Olland (story) Starring Deddy Mizwar, Syifa Hadju, Umay Shahab, Edbert Einstain, Ozzol Ramdan, Widi Dwinanda, Rohman Esbeye, Kukuh Prasetya, Kadir, Asrul Dahlan, Zairin Zain, Ujang Ronda, Oni Suwarman, Abio Abie, Aria Kusumadewa, Yuli Fidya, Pompom, Shanti Nilasari, Cantika Marja, Mega Wijaya, Keilani Savitri Music by Tya Subiakto Satrio Cinematography Yudi Datau Edited by Bayu Samantha Agni Production company MD Pictures/Citra Sinema/Deddy Mizwar Production Running time 97 minutes Country Indonesia Language Indonesian
3 thoughts on “Review: Sejuta Sayang Untuknya (2020)”