Sutradara Habibie & Ainun (2012), Faozan Rizal, menghadirkan sebuah presentasi cerita yang baru dan cukup berbeda dalam film terbarunya, Abracadabra. Berdasarkan naskah cerita yang juga ditulisnya, Abracadabra berkisah mengenai seorang pesulap ternama bernama Lukman (Reza Rahadian) yang memutuskan untuk mundur dari profesi yang digelutinya selama ini. Dalam pertunjukan terakhirnya, Lukman telah menyusun rencana agar trik sulap yang ia tunjukkan gagal. Trik yang ia tampilkan adalah trik untuk melenyapkan seseorang setelah ia memasuki kotak yang dibawa Lukman. Sebuah trik sulap yang cukup familiar. Abracadabra! Sosok yang dipilih Lukman untuk masuk ke dalam kotak tersebut ternyata benar-benar menghilang. Sialnya, Lukman sendiri tidak mengetahui kemana orang itu pergi atau menghilang serta bagaimana cara mengembalikan keberadaannya. Jelas saja Lukman kemudian menjadi buruan pihak kepolisian yang menuduhnya telah melakukan tindak penculikan orang.
Rizal jelas memiliki niatan besar lewat caranya mempresentasikan Abracadabra. Alih-alih menghadirkannya dalam tatanan narasi cerita linear layaknya kebanyakan film lainnya, Abracadabra disajikan sebagai ranah bereksperimen dan bereksplorasi bagi Rizal untuk bercerita tidak hanya melalui dialog maupun konflik yang terlontar dalam linimasa penceritaan filmnya namun juga melalui penggunaan gambar, warna, dan suara yang mengiringi kehadiran dialog-dialog tersebut. Lewat berbagai medium tersebut, Rizal lantas membangun sebuah dunia bercerita yang baru – sebuah dunia dimana setiap orang tampil dengan penampilan yang eksentrik dalam keseharian mereka, warna-warna pastel menjadi warna bagi banyak benda dan lokasi, serta seekor harimau bernama Datuk dapat hadir dimanapun dan kapanpun ia mau. Sebuah pilihan tata pengisahan yang berani, menarik dan cukup menyegarkan – setidaknya di kancah perfilman nasional.
Di saat yang bersamaan, sulit untuk mengacuhkan fakta bahwa fokus “berlebih” yang diberikan Rizal bagi penataan desain produksi dan tampilan film ini membuatnya terasa kewalahan dalam menghadirkan susunan narasi yang kuat sekaligus meyakinkan. Dengan durasi sepanjang 86 menit, Abracadabra tampil dengan bangunan cerita yang cenderung lemah. Konflik yang dialami oleh sang karakter utama – baik tentang pergulatan batin yang sedang ia alami tentang profesi yang ia jalani maupun tentang usahanya untuk melarikan diri sembari berusaha memecahkan masalah yang menghampirinya – berjalan begitu saja tanpa pernah benar-benar mendapatkan penggalian konflik maupun karakter yang utuh. Mudah untuk berasumsi bahwa Rizal ingin menyampaikan sebuah metafora tentang keluarga ataupun kondisi sosial, budaya, dan politik lewat konflik maupun pilihan cara penyampaian ceritanya. Namun, dengan kualitas narasi yang lemah, Abracadabra justru berakhir sebagai sebuah presentasi yang tidak hanya datar serta membingungkan dan lebih mementingkan penampilan daripada esensi bercerita.
Di tengah kekacauan kualitas narasi film ini, Rizal setidaknya tetap mendapatkan dukungan yang solid dari penampilan para pengisi departemen aktingnya. Bahkan di momen-momen terlemah film, Rahadian tetap dapat diandalkan untuk membuat karakternya terasa menarik untuk terus diikuti misteri ceritanya. Cukup disayangkan film ini tidak mampu memberikan ruang yang lebih luas bagi karakter pesulap yang diperankan Rahadian untuk tampil dengan cerita yang lebih lugas. Para pengisi departemen akting lainnya seperti Egy Fedly, Dewi Irawan, Salvita Decorte, serta Jajang C Noer berusaha memberikan penampilan terbaik mereka atas karakter-karakter yang sebenarnya begitu dangkal pengisahannya. Butet Kartaredjasa setidaknya mampu tampil mencuri perhatian dengan kemampuannya dalam mengeksekusi tiap dialog bernilai komikal yang diberikan pada karakter yang ia perankan.
Abracadabra (2020)
Directed by Faozan Rizal Produced by Ifa Isfansyah Written by Faozan Rizal Starring Reza Rahadian, Butet Kartaredjasa, Salvita Decorte, Ence Bagus, Imam Darto, Dewi Irawan, Jajang C Noer, Egi Fedly, Lukman Sardi, Poppy Sovia, Paul Agusta, Landung Simatupang, Veronika Krasnasari, Valerie Krasnadewi, Asmara Abigail, Muhammad Adhiyat, Mbok Tun, MN Qomaruddin, Kill The DJ, Yati Pesek, Yan Widjaya, Alex Suhendra, Ismail Basbeth, Seno Aji, Zed Makarim, Denta Aditya, Arifan, Samuel Briyan, Bintang Timur, Vanda Mutiara, Rulyani Isfihana, Ibnu Widodo, Adi Marsono, Anneke Fitrianti, Suroto, Hirozel Rafaska El Braga Music by Krisna Putra Ratmara Cinematography Gandang Warah Editing by Akhmad Fesdi Anggoro Studio fourcolours films/HOOQ Original/Aurora Media/Ideosource Entertainment/WOA Entertainment/Focused Equipment Running time 86 minutes Country Indonesia Language Indonesian