Review: Habibie & Ainun 3 (2019)


Jika Habibie & Ainun (Faozan Rizal, 2012) menjajaki kisah cinta yang diarungi oleh kedua karakter utamanya dan {rudy habibie} (Hanung Bramantyo, 2016) memberikan ruang pada linimasa ceritanya bagi kisah personal dari karakter Habibie semasa dirinya sedang menjalani pendidikan di Jerman, maka bagian teranyar dari seri film yang jalan ceritanya diinspirasi dari autobiografi berjudul Habibie & Ainun yang ditulis oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, akan menghadirkan fokus pada kehidupan karakter Ainun. Kembali diarahkan oleh Bramantyo, Habibie & Ainun 3 mencoba untuk sedikit menjauh dari hubungan romansa yang terjalin antara karakter Habibie dan Ainun dan memperkenalkan berbagai sosok yang berada dalam kehidupan karakter Ainun semenjak masa remaja yang memberikan pengaruh pada pemikiran, ambisi, hingga kisah percintaannya. Sebuah pilihan cerita yang sebenarnya cukup menarik – seandainya Bramantyo tidak mengulang lagi kesalahan yang dahulu dilakukannya pada {rudy habibie}.

Alur pengisahan Habibie & Ainun 3 dimulai dengan perpisahan yang terjadi antara Habibie (Reza Rahadian) dan Ainun (Maudy Ayunda) ketika keduanya memutuskan untuk berusaha mengejar mimpi mereka masing-masing: Habibie mewujudkan impiannya untuk membuat pesawat terbang dengan melanjutkan pendidikannya di Jerman sementara Ainun menggapai harapan menjadi seorang dokter ketika ia diterima di Fakultas Kedokteran milik Universitas Indonesia yang prestisius. Paduan antara kecerdasan serta kecantikan parasnya ternyata segera membuat Ainun menjadi sosok yang popular di kampusnya. Diantara sekian banyak mahasiswa yang mengincar dan menginginkan Ainun untuk menjadi kekasih, seorang mahasiswa dari Fakultas Hukum bernama Ahmad (Jefri Nichol) ternyata berhasil mencuri perhatian Ainun. Sikap dan cara pemikiran yang sering beriringan dengan segera menjadikan Ainun dan Ahmad sebagai pasangan yang tidak terpisahkan. Namun, di saat yang bersamaan, Ainun tidak dapat membantah bahwa kenangan akan perasaannya pada Habibie masih membekas terlalu mendalam.

Jika ingin memberikan perbandingan, selain menghadirkan tata cerita yang menyerupai {rudy habibie}, Habibie & Ainun 3 juga memiliki kedekatan pola penceritaan dengan dua film arahan Bramantyo sebelumnya, Kartini (2017) dan Bumi Manusia (2019), dimana tema kedua film tersebut juga menyentuh berbagai isu konstruksi sosial, khususnya yang harus dihadapi oleh kaum perempuan. Dalam Habibie & Ainun 3, karakter Ainun digambarkan sebagai sosok perempuan yang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter – sebuah cita-cita yang di masa itu dianggap kurang realistis karena terbatasnya posisi yang diberikan bagi kaum perempuan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah, anggapan bahwa sosok perempuan tidak dapat menjadi dokter yang profesional karena pengaruh emosionalnya yang lebih dominan, hingga gelar dokter yang dianggap tidak berguna ketika disematkan pada seorang perempuan mengingat bahwa dirinya hanya akan menjadi seorang ibu rumah tangga di kemudian hari setelah dirinya menikah. Sentuhan akan nilai-nilai feminis yang cukup ambisius.

Sayangnya, usaha Bramantyo dan penulis naskah Ifan Ismail (Sultan Agung, 2018) untuk mengedepankan berbagai isu-isu tersebut terasa mentah ketika elemen-elemen cerita yang menyentuh isu terkait seringkali hanya dijadikan sebagai potongan cerita pelengkap dari kisah cinta antara karakter Habibie dengan Ainun dari seri film sebelumnya atau usaha untuk menghadirkan semacam kesan glorifikasi terhadap sosok karakter Ainun. Tentu, beberapa ungkapan dialog dan penggambaran konflik akan mampu memicu penonton untuk, setidaknya, merasa tergelitik dengan berbagai masalah yang harus dihadapi karakter Ainun sebagai seorang perempuan di era tersebut (atau bahkan era sekarang). Namun, penggalian yang kurang terlalu mendalam membuat isu-isu yang sebenarnya krusial tersebut secara perlahan menjadi tersingkirkan – khususnya dengan kehadiran akting Rahadian yang kali ini hadir dengan tata rias yang membuatnya benar-benar terlihat sebagai sosok Bacharuddin Jusuf Habibie atau dengan plot jalinan cinta yang terbentuk antara karakter Ainun dengan karakter Ahmad.

Mungkin Bramantyo memang meniatkan seluruh seri Habibie & Ainun berputar pada kisaran kisah kasih yang dijalani oleh kedua karakter utamanya. Kisah cinta yang terbentuk antara karakter Ainun dan karakter Ahmad, seperti yang dahulu diceritakan terjadi pada karakter Habibie dalam {rudy habibie}, juga sebenarnya adalah kisah sampingan yang menemani kisah perjalanan karakter Ainun dalam menggapai mimpi dan harapannya. Dengan penggambaran yang minimalis akan kisah perjuangan karakter Ainun dalam menjalani masa kuliahnya, kisah romansa yang terbentuk antara dirinya dan karakter Ahmad kemudian mulai mengambil perhatian secara utuh – mulai dari momen pertemuan dan perkenalan mereka, kisah dalam setiap pertemuan mereka, hingga cerita bagaimana kisah cinta mereka kemudian berakhir (And no. This is not a spoiler.) Beruntung, meskipun kisah cinta antara karakter Ainun dan Ahmad tidak pernah benar-benar terasa mengikat, Bramantyo memiliki Nichol yang memberikan penampilan yang sangat memikat guna menghidupkan karakter tersebut. Selain chemistry-nya bersama dengan Ayunda yang terasa hangat – bahkan jauh terasa lebih meyakinkan daripada chemistry yang dihadirkan Ayunda ketika dirinya berada dalam satu adegan dengan Rahadian – Nichol juga membuat karakter Ahmad yang pemberontak dapat begitu mudah untuk disukai – bahkan ketika naskah cerita film membuat karakternya membual tentang “tipe rakyat Indonesia” berulangkali di sepanjang pengisahan film.

Ayunda sendiri juga tampil dengan penampilan prima sebagai sosok Ainun. Persona Ayunda yang dalam industri hiburan nasional dikenal sebagai sosok aktris cerdas yang juga mengutamakan pendidikannya memang terkadang sulit dipisahkan dari penampilan aktingnya. Meskipun begitu, khususnya ketika Ayunda tampil berdialog, karakter Ainun benar-benar hadir dan akan membuat setiap penoton mampu merasakan setiap gejolak semangatnya. Dengan porsi kehadiran peran yang minimalis, Rahadian juga tidak mengecewakan – bahkan ketika tata visual film untuk memudakan penampilannya membuat Rahadian menjadi sosok yang aneh, hampa, dan terasa jauh dari lingkungan penceritaannya. Begitu pula dengan sederetan pemeran pendukung seperti Lukman Sardi, Arswendi Bening Swara, Marcella Zalianty, Aghniny Haque, dan Kevin Ardilova yang tampil mendukung solidnya kualitas departemen akting film.

popcornpopcornpopcorn3popcorn2popcorn2

habibie-ainun-3-maudy-ayunda-jefri-nichol-film-indonesia-movie-posterHabibie & Ainun 3 (2019)

Directed by Hanung Bramantyo Produced by Manoj Punjabi Written by Ifan Adriansyah Ismail Starring Maudy Ayunda, Jefri Nichol, Reza Rahardian, Lukman Sardi, Marcella Zalianty, Arswendi Bening Swara, Jennifer Coppen, Rebecca Klopper, Teuku Ryzki, Eric Febrian, Aghniny Haque, Arya Saloka, Kevin Ardilova, Mike Lucock, Amaranggana, Diandra Agatha, Angga Yunanda, Anodya Shula Neona Ayu, Muhammad Riza Irsyadillah, Tiffanie Habibie, Basmalah Gralind, Neysa Chandra, Axcel Benza, Vanda Mutiara, Jourdy Pranata, Carmela van der Kruk, Tegar Satrya, Alia Miranti, Rayenshah Rassya Hidayah, Haura Lathifa Rizky, Graciella Abigail Music by Tya Subiakto Satrio Cinematography Yudi Datau, Galang Galih Editing by Wawan I Wibowo Studio MD Pictures Running time 121 minutes Country Indonesia Language Indonesian, German