Review: Last Christmas (2019)


Last Christmas, I gave you my heart. But the very next day you gave it away.

Bayangkan jika Anda adalah seorang penulis naskah sekaliber Emma Thompson yang di waktu senggangnya secara tidak sengaja mendengarkan lagu Last Christmas (1984) milik Wham! dan lantas menginspirasi untuk menuliskan garisan cerita berdasarkan… well… lirik lagu tersebut. Hal ini yang terjadi pada film terbaru arahan Paul Feig (A Simple Favor, 2018), Last Christmas, dimana Thompson bersama dengan penulis naskah Bryony Kimmings mengembangkan barisan lirik dari salah satu lagu bertema Natal terpopular sepanjang masa tersebut menjadi sebuah presentasi kisah drama komedi romantis dengan menempatkan Emilia Clarke dan Henry Golding untuk memerankan dua karakter utamanya. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Meskipun memiliki paruh ketiga pengisahan yang tergolong lemah, Last Christmas berhasil dikemas sebagai presentasi yang dipenuhi dengan banyak momen manis yang akan cukup mampu menggugah sisi emosional para penontonnya.

Alur cerita garapan Thompson dan Kimmings untuk Last Christmas sendiri sebenarnya dengan patuh mengikuti deretan formula film-film klasik sepantarannya. Dengan sikap sinis yang dimilikinya, tidak mengherankan untuk melihat Kate (Clarke) memiliki hubungan yang renggang dengan orang-orang yang seharusnya menjadi sosok terdekat dalam hidupnya, mulai dari ibu, Petra (Thompson), kakak, Marta (Lydia Leonard), hingga pemilik toko tempat dirinya bekerja, Santa (Michelle Yeoh). Namun, sikap sinis yang ditunjukkan Kate dalam kesehariannya tersebut ternyata tidak mampu membuat Tom Webster (Golding) untuk menyerah begitu saja untuk mendekatinya. Walau awalnya Kate dengan tegas mengungkapkan bahwa sosoknya bukanlah tipe pria yang menjadi idamannya, kegigihan Tom Webster secara perlahan mampu meluluhkan hati Kate yang lantas menyetujui ajakan Tom Webster untuk menghabiskan waktu bersama. Seperti yang dapat ditebak, kehadiran Tom Webster mampu mengubah cara pandang Kate tentang kehidupan secara perlahan.

Kualitas paling cemerlang yang muncul dalam Last Christmas jelas berasal dari penampilan apik Clarke dan Golding. Terlepas dari karakternya yang tergambar dengan sikap dan perilaku yang sebenarnya dapat membuat siapapun akan memilih untuk menjauh dari dirinya, penampilan Clarke yang begitu mempesona justru sukses menjadikan setiap penonton merasa terhubung dengan latar belakang mengapa karakter Kate bersikap demikian negatif. Di sisi lain, tuntutan yang diberikan pada Golding untuk menjadikan karakter Tom Webster sebagai sosok yang riang, ramah, dan hadir dengan senyum lebar di setiap suasana berhasil ditaklukkan dengan tidak membuat kehadiran karakterisasi karakter yang ia perankan menjadi mengganggu atau berlebihan. Bahkan di menit awal kehadiran karakternya, Golding mampu menyajikan penampilan akting yang akan berhasil mencuri hati siapapun yang melihatnya. Chemistry yang meyakinkan antara Clarke dan Golding juga tidak terbantahkan dalam menghasilkan kesan hangat serta menjadikan hubungan yang terjalin antara kedua karakter yang mereka perankan menjadi begitu hidup.

Pengisahan Last Christmas yang masih bertumpu pada formula tradisional a la kebanyakan film-film drama komedi romansa buatan Hollywood sebenarnya masih cukup mampu diatasi dengan pengarahan efektif dari Feig. Feig memberikan penuturan yang cukup teratur pada pengisahan filmnya. Tidak pernah terasa tergesa-gesa dan membiarkan karakter-karakter dalam linimasa penceritaan mengendalikan perjalanan mereka. Memang, paruh ketiga penceritaan yang cukup lemah memberikan efek yang besar bagi ritme penceritaan Feig. Usaha dari naskah cerita garapan Thompson dan Kimmings untuk memberikan lapisan cerita untuk menyembunyikan sebuah pelintiran cerita di akhir kisah – yang sebenarnya cukup mudah untuk dideteksi keberadaannya, by the way – dengan menghadirkan sentuhan komentar sosial dan politik justru membuat fokus cerita menjadi terpecah akibat pengolahannya yang kurang begitu matang.

Beruntung, kualitas penceritaan Last Christmas tidak pernah benar-benar terpuruk akibat kelemahan naskah cerita tersebut. Pilihan Feig untuk menjadikan kota London, Inggris – dengan bantuan tata sinematografi dari John Schwartzman yang begitu menghipnotis – tidak hanya sebagai latar lokasi pengisahan namun juga karakter pendukung yang benar-benar mampu menjadi nyawa cerita turut menghadirkan banyak momen spesial bagi film ini. Senandung lagu-lagu dari Wham! dan George Michael yang hadir di banyak adegan juga menjadi sentuhan yang cerdas ketika dimanfaatkan dengan benar-benar maksimal – pemutaran lagu Praying for Time (1990) di salah satu adegan intim antara karakter Kate dan Tom Webster, contohnya, berhasil mendorong sisi emosional film menjadi sangat kuat. Selain Clarke dan Golding, departemen akting film juga diisi oleh penampilan Thompson dan Yeoh yang begitu berhasil mencuri perhatian dalam setiap kehadiran mereka. Pada akhirnya, kefamiliaran tata cerita yang diusung oleh Last Christmas akan mampu memberikan rasa nyaman sekaligus meninggalkan kesan menyenangkan yang jelas bukanlah suatu hal yang buruk untuk dilakukan.

popcornpopcornpopcornpopcorn3popcorn2

last-christmas-emilia-clarke-henry-golding-michelle-yeoh-emma-thompson-movie-posterLast Christmas (2019)

Directed by Paul Feig Produced by Paul Feig, Jessie Henderson, David Livingstone, Emma Thompson Written by Emma Thompson, Bryony Kimmings (screenplay), Emma Thompson, Greg Wise (story) Starring Emilia Clarke, Henry Golding, Michelle Yeoh, Emma Thompson, Rebecca Root, Lydia Leonard, Patti LuPone, Ingrid Oliver, Rob Delaney, Peter Serafinowicz, Peter Mygind, Andrew Ridgeley, Maxim Baldry, Madison Ingoldsby, Lucy Miller Music by Theodore Shapiro Cinematography John Schwartzman Edited by Brent White Production company Feigco Entertainment/Perfect World Pictures/Calamity Films Country United Kingdom, United States Language English

One thought on “Review: Last Christmas (2019)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s