Review: Susah Sinyal (2017)


Melalui dua film perdananya, Ngenest (2015) dan Cek Toko Sebelah (2016), Ernest Prakasa telah cukup berhasil membuktikan posisinya sebagai salah satu sutradara sekaligus penulis naskah yang patut diperhitungkan keberadaannya di industri film Indonesia. Jika Ngenest mampu memisahkan Prakasa dari segerombolan rekan komika sepantarannya yang juga mencoba peruntungannya dengan berperan atau mengarahkan atau menjadi penulis naskah dalam sebuah film Indonesia – dengan menghasilkan sebuah film drama komedi yang menyasar pasar yang lebih dewasa dari penonton muda maupun remaja, maka Cek Toko Sebelah bahkan berhasil melangkah lebih jauh lagi. Tidak hanya film tersebut mampu meraih kesuksesan komersial dengan mendapatkan lebih dari dua juta penonton selama masa tayangnya, Cek Toko Sebelah juga berhasil meraih pujian luas dari kalangan kritikus film nasional yang kemudian membawa film yang dibintangi Prakasa bersama Dion Wiyoko tersebut mendapatkan sembilan nominasi di ajang Festival Film Indonesia 2017 termasuk nominasi untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.

Kesuksesan Cek Toko Sebelah tersebut kini coba diikuti Prakasa dengan film terbarunya, Susah Sinyal. Dengan naskah cerita yang ditulis Prakasa bersama dengan Meira Anastasia, Susah Sinyal bercerita mengenai Ellen (Adinia Wirasti), seorang wanita yang sukses dalam karirnya sebagai seorang pengacara namun, sebagai seorang orangtua tunggal, kurang begitu mampu dalam menata hubungannya dengan puteri tunggalnya, Kiara (Aurora Ribero). Atas saran rekan kerja sekaligus sahabatnya, Iwan (Prakasa), guna mempererat kembali hubungan antara keduanya, Ellen lantas mengajak puterinya untuk berliburan ke Sumba. Seperti yang dapat diduga, masalah komunikasi merintangi Ellen dan Kiara dalam memperbaiki hubungan mereka. Namun, secara perlahan, keduanya mulai belajar untuk saling berbicara dan belajar kembali tentang diri mereka masing-masing.

Seperti halnya Ngenest maupun Cek Toko Sebelah, Susah Sinyal masih menawarkan sebuah jalinan kisah keluarga yang dibalut dengan ritme pengisahan drama komedi. Terasa telah menjadi zona nyaman pengisahan Prakasa. Namun, jika dibandingkan dengan dua film hasil pengarahan Prakasa sebelumnya, Susah Sinyal lebih mengandalkan unsur komedinya untuk bekerja lebih banyak daripada memberikan kesempatan pada sisi drama penceritaannya untuk berkembang dengan lebih baik – kelemahan yang sebenarnya telah terdeteksi pada Cek Toko Sebelah namun masih mampu ditutupi dengan tema dan karakter-karakter penceritaan yang cenderung kuat. Susah Sinyal, sayangnya, tidak memiliki kekuatan tersebut. Pengisahan yang cenderung generik dihadirkan melalui deretan tokoh yang karakterisasinya cenderung statis di sepanjang presentasi film ini. Masih mampu menghadirkan beberapa momen drama yang kuat namun jelas akan mudah terlupakan begitu saja.

Selain hubungan antara karakter Ellen dan Kiara – yang juga sebenarnya tidak begitu mampu diolah dengan matang, nyaris tidak ada satupun plot lain yang diberikan kesempatan untuk berkembang dengan lebih baik. Lihat saja plot romansa antara karakter Ellen dan Aji (Darius Sinathrya) atau antara Kiara dan Abe (Refal Hady) yang melintas begitu saja tanpa pernah mampu diberikan penggalian kisah yang lebih layak. Deretan karakter pendukung yang hadir di sepanjang pengisahan juga tidak bernasib lebih baik. Beruntung, Prakasa didukung penuh oleh penampilan akting para pemeran film ini. Wirasti, seperti biasa, dapat diandalkan meskipun dengan karakter yang minimalis pengisahannya. Ribero juga tampil tidak buruk – meskipun ketika berhadapan dengan pemeran sekaliber Wirasti penampilannya seringkali terasa datar dan tanpa ikatan chemistry yang lebih meyakinkan. Pemeran lain seperti Hady, Sinathrya, Prakasa, Asri Welas, Niniek L. Karim, hingga Valerie Thomas juga tampil memuaskan dalam porsi pengisahan yang, sayangnya, tidak lebih dari sekedar aksesori bagi penceritaan utama belaka.

Unsur komedi dalam Susah Sinyal sendiri juga tidak selalu berhasil dalam setiap eksekusi pengisahannya. Kadang hadir sebagai bagian integral dari naskah pengisahan namun seringkali terasa hadir sebagai sebuah sketsa komedi yang terpisah, guyonan-guyonan yang hadir dalam Susah Sinyal memang menjadi hiburan utama ketika drama ibu dan anak yang seharusnya menjadi sajian utama dalam film ini gagal untuk tampil mengikat. Bukan sebuah presentasi keseluruhan yang buruk. Namun, dengan seluruh potensi pengisahan yang sebenarnya dimiliki oleh Susah Sinyal, jelas cukup disayangkan melihatnya kemudian gagal dikembangkan untuk menjadi sebuah sajian pengisahan yang lebih kuat. [C]

susah-sinyal-adinia-wirasti-film-indonesia-movie-posterSusah Sinyal (2017)

Directed by Ernest Prakasa Produced by Chand Parwez Servia, Fiaz Servia Written by Ernest Prakasa, Meira Anastasia Starring Adinia Wirasti, Ernest Prakasa, Aurora Ribero, Refal Hady, Valerie Thomas, Niniek L. Karim, Chew Kinwah, Asri Welas, Abdur Arsyad, Arie Kriting, Gisella Anastasia, Gading Marten, Dodit Mulyanto, Aci Resti, Darius Sinathrya, Ge Pamungkas, Angie Ang, Selfi Nafilah, Cut Beby Tshabina, Slamet Rahardjo Djarot, Andien Aisyah, JRX, Eddy M. Meijer, Dayu Wijanto, Arief Didu, Roslina Verauli, Arry Wibowo, Meira Anastasia, Sky Tierra Solana, Henky Solaiman, Arif Brata, Yusril Fahriza, Stella Cornelia, Muhadkly Acho, Anantarizki, Lolox, Denny Gitong, Reza Chandika, Anjas Chambank, Soleh Solihun, Gita Bhebhita, Bene Dion Rajagukguk, Kemal Giffari, Ucita Pohan, Ardit Erwandha, Patrick Effendy Music by Aghi Narottama Cinematography Edi Michael Edited by Cesa David Luckmansyah Production company Starvision Running time 110 minutes Country Indonesia Language Indonesian

2 thoughts on “Review: Susah Sinyal (2017)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s