Review: Dear Zindagi (2016)


Genius is about knowing when to stop.”

We are all our own teachers in the school of life.”

Don’t let the past blackmail your presentto ruin a beautiful future.”

Nope. Ketiga “kalimat mutiara” diatas bukanlah kutipan yang diambil dari sebuah buku motivasional diri yang kini sedang popular dan banyak ditemukan di berbagai toko buku. Kalimat diatas, dan puluhan kalimat senada lainnya, dikutip dari dialog yang dituliskan oleh Gauri Shinde untuk film arahan terbarunya, Dear Zindagi. Tentu saja, bukanlah sebuah masalah jika sebuah film menggunakan dialog-dialog puitis untuk membentuk jalinan interaksi antara karakter-karakternya. Hal yang berbeda terjadi pada Dear Zindagi. Daripada menjadikan kalimat-kalimat motivasional tersebut menjadi bagian dari jalan cerita yang dihadirkan, Shinde justru merangkai filmnya dari kalimat-kalimat tersebut tanpa pernah mampu menyajikan plot penceritaan yang lebih kuat. Hasilnya, Dear Zindagi berjalan datar dan sangat membosankan dalam durasinya yang berjalan selama 150 menit tersebut.

Dear Zindagi sendiri berkisah mengenai kehidupan Kaira (Alia Bhatt), seorang sinematografer dengan bakat yang cemerlang dan masa depan yang menjanjikan. Sial, rentetan nasib buruk kemudian menghampiri kehidupannya: mulai dari sang kekasih, Raghuvendra (Kunal Kapoor), yang ternyata telah bertunangan dengan wanita lain, karirinya yang kemudian terasa jalan di tempat hingga dirinya yang terusir dari apartemen yang ia sewa akibat sang pengelola apartemen yang menganggap status Kaira sebagai wanita single tidak tepat untuk mengisi apartemen yang diisi oleh banyak pasangan keluarga. Berbagai kejadian tersebut akhirnya mendorong Kaira untuk kembali ke rumah orangtuanya – sebuah pilihan yang sebenarnya sangat tidak disukainya. Tekanan kehidupan yang ia hadapi lantas membuat jam tidur Kaira menjadi terganggu. Tidak ingin berlama-lama merasa depresi, Kaira akhirnya memutuskan untuk menemui seorang psikolog bernama Dr. Jehangir Khan (Shah Rukh Khan). Lewat pertemuan-pertemuannya dengan sang psikolog, Kaira akhirnya dapat menggali dan menemukan kembali apa dasar penyebab yang membuat dirinya menjadi sosok karakter yang begitu depresif.

Film yang menjadi film arahan kedua Shinde sesudah debut penyutradaraannya yang sukses besar, English Vinglish, di tahun 2012 lalu ini sebenarnya bukanlah sebuah film yang benar-benar gagal total. Jika ingin merunut dari awal hingga akhir penceritaannya, Dear Zindagi berusaha untuk membuka tabir kelam masa lalu dari sang karakter utama untuk kemudian menggambarkan bagaimana trauma tersebut mempengaruhi diri sang karakter utama di masa kehidupannya yang sekarang. Shinde secara lantang juga menggunakan sosok karakter wanita yang benar-benar tangguh sebagai karakter utamanya. Sosok wanita yang berbakat, cerdas, tahu apa yang ia inginkan meski acapkali terlihat rapuh akibat beban masa lalunya. Dear Zindagi juga memberikan komentar sosial budaya yang apik ketika film ini menyinggung bagaimana budaya India masih memandang sosok wanita sebagai sosok “kelas dua” baik dari sisi karir, romansa maupun kehidupan kesehariannya – dan beberapa komentar tentang kaum homoseksual di industri hiburan mereka. Pretty heavy stuff.

Permasalahan utama yang membayangi Dear Zindagi adalah Shinde sama sekali tidak memiliki materi yang mencukupi untuk menyatukan berbagai ide yang ingin ia sampaikan dalam film ini. Tentu, ia berhasil mengisi banyak adegan filmnya dengan kata-kata motivasional nan puitis untuk dapat menutupi – atau sekedar menjadi buah tangan untuk dikenang para penontonnya – kelemahan jalan cerita filmnya. Namun, tetap saja, dengan durasi sejumlah 150 menit yang disajikan oleh Shinde, materi penceritaan yang begitu minimalis akhirnya terasa berjalan begitu bertele-tele, hampa dan banyak menyisakan momen-momen membosankan bagi para penonton. Konflik dan karakter-karakter yang dipresentasikan juga tidak pernah benar-benar terasa mampu tersaji secara matang sehingga gagal memberikan dorongan emosional pada jalan cerita.

Untungnya Dear Zindagi memiliki Bhatt dan Khan sebagai bintang utamanya. Baiklah, penampilan Khan mungkin sering terasa sebagai penampilan cameo dalam durasi yang cukup panjang – karakternya hadir di sekitar satu jam seusai film ini dimulai dan tampil hanya sebagai karakter pendukung yang pasif. Kharisma Khan-lah yang membuat karakternya tetap terlihat begitu mengikat. Meskipun tidak terasa istimewa, chemistry yang dijalin oleh Khan bersama Bhatt juga terasa cukup nyata. Bhatt sendiri tampil gemilang sebagai Kaira. Meskipun karakternya seringkali digambarkan sebagai sosok yang sulit untuk disukai namun penampilan Bhatt yang enerjik membuat karakter Kaira tetap menarik. Tidak banyak pengembangan karakter yang diberikan pada karakter-karakter pendukung namun setidaknya departemen akting yang diisi nama-nama seperti Ira Dubey, Kunal Kapoor dan Rohit Saraf tampil dengan penampilan akting yang tidak pernah terlihat buruk. [C-]

dear-zindagi-posterDear Zindagi (2016)

Directed by Gauri Shinde Produced by R. Balki, Karan Johar, Gauri Khan Written by Gauri Shinde Starring  Alia Bhatt, Shah Rukh Khan, Kunal Kapoor, Aditya Roy Kapoor, Ali Zafar, Angad Bedi, Raj Bhansali, Ira Dubey, Yashaswini Dayama, Rohit Saraf, Gautmik, Keshav Uppal Music by Amit Trivedi Cinematography Lexman Utekar Edited by Hemanti Sarkar Production company Red Chillies Entertainment/Dharma Productions/Hope Productions Running time 150 minutes Country India Language Hindi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s