Dalam adegan pembukanya, Pohon Keramat mungkin akan mengingatkan banyak penontonnya pada film Sinister (2012): sebuah pemandangan akan mayat-mayat yang tergantung pada sebuah pohon besar. Bukan. Pohon Keramat bukanlah sebuah jiplakan langsung dari Sinister – meskipun premis mengenai satu keluarga yang baru saja pindah ke rumah baru dan beberapa adegan lain juga sepertinya terinspirasi dari film horor arahan Scott Derrickson tersebut. Pada kebanyakan bagian, jalan cerita Pohon Keramat memang menawarkan deretan konflik yang telah familiar bagi para penikmat film horor. Sayangnya, pengarahan cerita dan penampilan akting yang lemah membuat film ini gagal untuk tampil menjadi sebuah presentasi horor yang memikat.
Naskah cerita Pohon Keramat yang ditulis oleh Deden Tristanto memang terkesan sebagai kompilasi berbagai hal mengerikan yang terjadi dalam film horor Indonesia: mulai dari seorang dukun yang menuntut ilmu hitam, seorang anak yang mampu berkomunikasi dengan makhluk supranatural hingga sebuah keluarga yang diteror oleh hal-hal yang tidak dapat mereka jelaskan keberadaannya. Tidak ada yang baru. Bukanlah sebuah kesalahan fatal untuk mendaur ulang materi cerita yang telah begitu familiar keberadaannya. Namun, naskah cerita Deden sama sekali tidak memberi ruang yang cukup bagi berkembangnya cerita maupun karakter-karakter yang ada di dalamnya. Banyak konflik maupun karakter yang ada di dalam jalan penceritaan Pohon Keramat hadir dan menghilang begitu saja selama 89 menit durasi film ini berjalan.
Naskah cerita yang berkualitas seadanya tersebut kemudian mendapatkan eksekusi yang sama menyedihkannya dari George Hutabarat (Bidadari Pulau Hantu, 2014). Memang, George setidaknya mampu menahan diri untuk menghadirkan penampilan para makhluk supranatural dalam jalan cerita film ini guna memberikan kejutan horor bagi para penonton film. Ia juga berhasil menciptakan beberapa adegan yang jelas akan mampu menakuti penontonnya. Tetap saja, arahan George yang kelewat lemah tidak mampu membuat Pohon Keramat hadir dalam kualitas ritme penceritaan yang menyenangkan untuk diikuti. Penyampaian cerita film ini begitu bertele-tele dan, yang lebih parah, sebagai seorang sutradara, George jelas gagal untuk mengeluarkan kemampuan akting terbaik dari setiap pemeran filmnya.
Walaupun tidak tampil dalam skala kualitas penampilan yang benar-benar buruk, namun para pengisi departemen akting Pohon Keramat jelas hadir dalam penampilan akting yang sangat lemah. Lihat saja bagaimana Angbeen yang berperan sebagai Numa atau aktor cilik Alejandro yang berperan sebagai Dafa tampil kaku dalam banyak adegan dan pengucapan dialog mereka. Begitu pula dengan Teddy Oktora yang hadir dalam peran sebagai orang gila yang tak pernah dijelaskan mengenai asal-usul keberadaannya serta disajikan dengan penampilan akting yang sangat berlebihan dan seringkali mengganggu. Dua pemeran utama, Afdhal Yusman dan Isti Ayu Pratiwi, sebenarnya tampil tidak begitu mengecewakan. Namun chemistry yang mereka jalin sebagai pasangan suami istri jelas terasa begitu hambar dan jauh dari kesan meyakinkan. [D-]
Pohon Keramat (2015)
Directed by George Hutabarat Produced by Gobind Punjabi Written by Deden Tristanto Starring Isti Ayu Pratiwi, Afdhal Yusman, Angbeen, Alejandro, Teddy Oktora, Cakra Bayu Pratama, Yulia Wirawati, Herri Kusnadi Cinematography Iik Adnan Edited by Compros Brothers Production company Sentra Films Running time 89 minutes Country Indonesia Language Indonesian