Review: Nenek Siam (2015)


nenek-siam-posterJika ingin memandang dari sisi yang (benar-benar) positif, maka harus diakui kualitas film-film horor Indonesia saat ini telah mulai membaik – khususnya dari segi tata produksinya – jika dibandingkan dengan kebanyakan film horor Indonesia yang dirilis beberapa tahun yang lalu. Permasalahan utama? Meskipun kini hadir dengan kelas tampilan produksi yang umumnya tidak lagi dibuat secara sembarangan serta dengan para pemeran yang cukup mampu untuk memberikan penampilan akting yang proporsional, naskah cerita, sayangnya, seringkali masih menjadi hambatan besar bagi deretan film horor Indonesia untuk mendapatkan apresiasi lebih dari para penontonnya.

Hal itulah yang jelas juga terlihat pada film yang menjadi debut penyutradaraan Andreas Sullivan, Nenek Siam. Ide dan naskah cerita film ini sebenarnya sama sekali tidak buruk. Nenek Siam bahkan mampu memulai pengisahannya dengan cukup baik melalui pengenalan kisah persahabatan para karakter utamanya. Namun, ketika film ini mulai mempertemukan karakter-karakter dalam jalan cerita dengan permasalahan utama, Nenek Siam mulai terasa kehilangan arah. Naskah cerita yang ditulis oleh Daniel Tito (Bangku Kosong, 2006) kemudian kebingungan untuk melanjutkan kisahnya dan terasa berputar-putar pada permasalahan yang sama sebelum akhirnya memberikan konklusi masalah pada jalan cerita film. Hal inilah yang menyebabkan bahkan pada masa penceritaan berdurasi 86 menit, Nenek Siam terasa berjalan lebih lama dan menjenuhkan.

Harus diakui, baik Andreas Sullivan dan Daniel Tito telah cukup berbaik hati dengan tidak terjebak untuk mengeksploitasi karakter-karakter horornya untuk (terlalu) sering tampil dalam penceritaan film. Nenek Siam berusaha menghadirkan kengerian bagi penontonnya melalui atmosfer penceritaannya. Sebuah usaha yang sayangnya tidak mampu bekerja terlalu baik. Meskipun hadir dengan tata produksi yang cukup berkelas, Nenek Siam seringkali berjalan datar dalam menghantarkan elemen horor dalam penceritaannya. Sebuah kejutan yang disiapkan di bagian penghujung cerita juga akhirnya terasa terbuang dengan percuma. Sama sekali tidak memberikan elemen menarik lebih bagi Nenek Siam.

Terlepas dari berbagai kelemahan tersebut, departemen akting film ini hadir dengan penampilan yang tidak mengecewakan dari para aktor maupun aktrisnya. Ketiga aktris utama, Kirana Larasati, Tiara Westlake dan Selena Alesandra, mampu hadir dengan penampilan yang wajar dalam menghidupkan karakter yang mereka perankan. Tidak pernah terasa berlebihan atau mengganggu. Dukungan penampilan dari para pemeran lain seperti Reza Nangin, Erlin Sarintan, Bella Esperance dan Egi Fedly juga cukup efektif terlepas dari minimnya pengembangan dari karakter-karakter yang mereka perankan. Kualitas yang cukup mampu untuk membuat penonton tetap berada di kursinya meskipun harus berhadapan dengan sebuah sajian horor yang lemah dalam pengisahan Nenek Siam. [D]

Nenek Siam (2015)

Directed by Andreas Sullivan Produced by Oswin Bonifanz Written by Daniel Tito Starring Kirana Larasati, Tiara Westlake, Selena Alesandra, Erlin Sarintan, Bella Esperance, Reza Nangin, Egi Fedly, Fidya Haliza Music by Christian Hutabarat Cinematography Rudi Novan Edited by Dwi Ilalang Production company Unlimited Production/BGS Production Running time 86 minutes Country Indonesia Language Indonesian

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s