
Dengan naskah cerita yang ditulis oleh duo Agasyah Karim dan Khalid Kashogi (Madame X, 2010), Street Society berkisah mengenai perseteruan panjang antara dua orang pembalap mobil jalanan, Rio (Marcel Chandrawinata) dan Nico (Edward Gunawan). Perseteruan itu sendiri pertama kali dimulai ketika Rio yang berasal dari Jakarta berhasil mengalahkan Nico di jalanan kota kelahirannya, Surabaya. Tak ingin menanggung rasa malu akibat kekalahannya tersebut, Nico lantas menantang Rio untuk melakukan tanding ulang. Sayang, dunia balapan tidak lagi menjadi perhatian penuh dalam kehidupan Rio. Semenjak mengenal seorang gadis cantik bernama Karina (Chelsea Elizabeth Islan), pemuda tampan tersebut telah memutuskan untuk meninggalkan dunia balapan mobil ilegal dan berusaha untuk menata kembali kehidupannya sebagai seorang pria yang lebih dewasa.
Di saat yang bersamaan, Nico bukanlah satu-satunya orang yang menginginkan agar pertandingan ulang antara dirinya dan Rio terjadi kembali. Seorang pembalap jalanan lainnya, Yopie (Edward Akbar), justru meminta kepada Rio agar ia mau menerima tawaran dari Nico dengan tujuan agar dirinya dapat membalaskan dendam keluarganya terhadap keluarga Nico. Rio yang tidak mau terjebak diantara dendam masa lalu kedua keluarga tersebut jelas sekali lagi memilih untuk tidak berlaga kembali dengan Nico. Namun, Yopie bukanlah sosok yang mau begitu saja menerima penolakan. Bersama dengan kawanannya, Yopie lantas menculik Karina dan menggunakannya sebagai alat agar Rio mau menuruti keinginannya. Guna menyelamatkan sang kekasih, dengan berat hati, Rio akhirnya menerima tawaran tanding ulang dari Nico.
Agasyah Karim dan Khalid Kashogi memang sama sekali tidak menawarkan sesuatu hal yang baru dalam naskah ceritanya. Kompetisi antara dua karakter yang dibumbui dengan konflik romansa, persahabatan hingga sekelumit kisah keluarga masih menjadi sajian utama dalam naskah cerita garapan mereka. Meskipun begitu, adalah kemampuan keduanya dalam menggarap tema penceritaan yang familiar tersebut yang membuat Street Society mampu bekerja dengan baik. Agasyah Karim dan Khalid Kashogi mengisi naskah ceritanya dengan dialog-dialog yang begitu kuat, memberi bangunan kisah yang begitu padat pada setiap plot cerita yang disajikan hingga menghadirkan deretan karakter yang mampu secara perlahan terus menarik perhatian para penontonnya. Kecerdasan mereka tidak berhenti disitu. Keduanya juga menyempatkan untuk menghadirkan satu sosok karakter berkewarganegaraan Malaysia yang menjadi guyonan tetap di sepanjang presentasi film ini serta sebuah kejutan dari salah satu karakter utama Street Society yang benar-benar akan… well… tampil mengejutkan – namun mampu dikemas dengan baik dan tidak terasa dipaksakan kehadirannya seperti pada Comic 8 beberapa waktu yang lalu.
Tentu saja, kredit lebih juga patut diberikan pada Awi Suryadi. Setelah menghadirkan film-film dengan kualitas yang patut dipertanyakan seperti Kawin Kontrak 3 (2013), Loe Gue End (2012) dan Pengantin Topeng (2010), jelas adalah sangat menyegarkan untuk menyaksikan bahwa Awi Suryadi masih mampu memberi kejutan dalam kemampuan pengarahannya seperti yang dahulu ia tampilkan lewat Claudia/Jasmine (2008). Pemilihannya akan alur penceritaan yang sederhana juga membolehkan para penonton untuk mengenal dengan lebih baik deretan karakter maupun plot penceritaan yang dihadirkan pada mereka sekaligus memberikan waktu untuk bersiap menyaksikan sajian aksi yang tertata dengan begitu lugas. Walau sempat terasa goyah di beberapa bagian, departemen akting film ini juga hadir dengan penampilan akting yang cukup meyakinkan. Marcel Chandrawinata hadir dengan chemistry yang begitu erat dengan Chelsea Elizabeth Islan – dan keduanya juga hadir dengan penampilan akting yang lebih baik dari penampilan mereka di beberapa film sebelumnya. Edward Akbar dan Edward Gunawan mampu menangani karakter mereka yang cukup kompleks dengan sangat baik. Sementara itu, meskipun dengan peran penceritaan yang minimalis, Daniel Topan, Yogie Tan dan Kelly Tandiono berhasil tampil baik – dan tidak berlebihan – sebagai sidekick bagi karakter Rio.
Bersama dengan tim produksinya, Awi berhasil mendukung Street Society dengan kualitas tata produksi yang begitu maksimal. Tata kamera arahan Roby Herbi mampu menghadirkan deretan gambar yang begitu menghanyutkan. Sementara itu, tata musik karya Aghi Narottama dan Bemby Gusti juga mampu mengisi berbagai celah penceritaan dengan tata emosional yang begitu sesuai dengan berbagai adegan di film ini. Berbicara mengenai musik, penempatan lagu Am With You milik Ape on the Roof dalam salah satu adegan di film ini mungkin adalah salah satu penggunaan lagu terbaik bagi sebuah adegan di film Indonesia. Awi Suryadi berhasil memanfaatkan lagu elektronik tersebut dengan begitu jeli untuk meningkatkan atmosfer romansa yang terjalin antara karakter Rio dan Karina secara mendalam.
Dengan wajah luar yang diisi dengan tema penceritaan mengenai dunia balapan mobil jalanan, mobil-mobil mewah dengan suara mesin yang menderu serta sikap hedonisme yang ditunjukkan para pemilik mobil mewah tersebut, adalah sangat mudah untuk memberikan tudingan bahwa Street Society berusaha untuk mendompleng ketenaran seri film The Fast and the Furious (2001 – 2013). Tudingan yang cukup beralasan. Namun, jika penonton mau melepaskan bayangan tersebut, Street Society menyimpan cukup banyak kualitas yang sebelumnya masih sangat jarang disajikan dalam film-film Indonesia: mulai dari penataan aksi yang cukup memuaskan hingga kemampuan penyajian sisi drama, komedi dan romansa dalam jalan cerita yang begitu berimbang sehingga mampu memikat setiap penontonnya. Sebuah presentasi yang sangat menyenangkan! [B-]
Street Society (Action | Drama, 2014)
Directed by Awi Suryadi Produced by Eryck Wowor, Irwan Santoso Written by Agasyah Karim, Khalid Kashogi Starring Marcel Chandrawinata, Chelsea Elizabeth Islan, Edward Gunawan, Edward Akbar, Daniel Topan, Yogie Tan, Kelly Tandiono, Ferry Salim, Wulan Guritno, Marcelino Lefrandt, Edward Tandiono, Moudyzanya Milanka, Dimas Argoebie, Lotta Senk, Roro Fitria Music by Aghi Narottama, Bemby Gusti Cinematography by Roby Herbi Editing by Yoga Krispratama, Jazzie C, Arisca Agoest Studio Ewis Pictures Running time 95 minutes Country Indonesia Language Indonesian
angka 0 nya kebanyakan di tahun 2013 . malah jadi 20013
Bang Amir, numpang “promosi” ya hehehe
Teman-teman semua minta bantuan buat VOTE filmku ya, caranya gampang:
1. Login ke buronanfilm.com (bisa pake fb, twitter atau bikin akun baru disitu)
2. Terus buka halaman judul filmku
3. Di halaman itu ada gambar jempol kayak like fb diklik aja
Ini link halaman film-filmnya:
HORN : https://buronanfilm.com/id/showcase/horn/
SOULCASE: https://buronanfilm.com/id/showcase/soulcase/
WHO’S ALL ALONE: https://buronanfilm.com/id/showcase/whos-all-alone/
WITNESSES : https://buronanfilm.com/id/showcase/witnesses/
F(R)ICTION: https://buronanfilm.com/id/showcase/friction/
HAPPY BIRTHDAY : https://buronanfilm.com/id/showcase/happy-birthday/
Mohon banget bantuannya dan makasih ya (pemenang diambil 3 besar dengan vote terbanyak & akan diproduksi filmnya)
Sip! Good luck, Mas!
Penilaian positif pertama dari Bang Amir utk Awi, selamat!
Oiya Bang, kenapa belum ganti nama domain? Biar blognya lebih gampang diklik
Halo! Hmmm… kemaren sempat dipertimbangkan. Tapi… yah… udah nerima nama yang sekarang aja. Gak berniat diubah lagi.
Bung Amir ulasannya oke banget, tapi kok belum nge-review film2 kelas Oscar kayak American Hustle dan Wolf of Wall Street, kan udah lumayan lama maen di bioskop….
Halo! Iyah. Kemaren sempat ngalamin kesibukan kerja yang padat banget. Jadi sempat ketinggalan. Nanti akan di-review bersama dengan film-film Oscar lainnya.
ga sabar nunggu review american hustle 😀