Review: The Call (2013)


The Call sebenarnya adalah sebuah film dengan presentasi cerita yang begitu sederhana – jika Anda memilih untuk tidak menggambarkannya sebagai sebuah film yang dipenuhi dengan berbagai adegan-adegan klise yang sering dijumpai dalam film-film sejenis. Bahkan, dengan keberadaan nama Richard D’Ovidio – yang sebelumnya pernah menuliskan naskah cerita film-film seperti Thir13en Ghosts (2001) dan Exit Wounds (2001) – serta diproduksi oleh WWE Studios – rumah produksi yang juga menghasilkan film-film sekelas The Marine (2006) dan 12 Rounds (2009), The Call jelas memiliki potensi untuk menjadi sebuah thriller berkelas kacangan yang (kebetulan) dibintangi oleh dua aktris kaliber Academy Awards, Halle Berry dan Abigail Breslin. Tidak seorangpun seharusnya dapat mengharapkan sesuatu yang lebih dari film ini.

Namun, The Call ternyata memiliki sebuah senjata rahasia yang bernama Brad Anderson. Sebelumnya sukses mengarahkan film-film berskala kecil dalam ukuran komersial namun begitu kuat ketika bercerita seperti Happy Accidents (2001), The Machinist (2004) dan Transsiberrian (2008), Anderson berhasil mengelola dengan sangat baik alur penceritaan dari The Call dan secara efektif memanfaatkan setiap detil cerita yang sebenarnya begitu sederhana menjadi bagian yang mampu membuat film ini tampil menegangkan. Sayangnya, secerdas apapun langkah Anderson dalam mengarahkan The Call, tidak dapat dipungkiri bahwa naskah cerita arahan D’Ovidio tampil begitu lemah, khususnya pada paruh ketiga penceritaan yang benar-benar merupakan titik kehancuran kualitas film ini.

The Call sendiri berkisah mengenai seorang anggota Los Angeles Police Department , Jordan Turner (Berry), yang bertugas sebagai operator telepon saluran gawat darurat, 911. Suatu malam, Jordan menerima telepon dari seorang gadis bernama Leah Templeton (Evie Thompson) yang mengadukan bahwa ada seorang pria asing yang menerobos masuk ke dalam rumahnya di kala ia sedang sendirian di rumah tersebut. Dengan sigap, Jordan lantas membimbing Leah agar gadis tersebut dapat menyelamatkan dirinya. Namun, akibat sebuah kesalahan kecil namun fatal, Leah justru berhasil diculik oleh pria tersebut untuk kemudian ditemukan tewas beberapa hari kemudian. Kejadian tersebut jelas memberikan guncangan yang hebat pada jiwa Jordan.

Enam bulan kemudian, Jordan kini tidak lagi berlaku sebagai operator saluran telepon 911. Ia kini ditempatkan sebagai pelatih bagi para calon pagawai yang ingin bekerja di posisi operator tersebut. Tidak disangka, ketika membantu seorang operator baru dalam menangani telepon yang ia terima, Jordan kembali menerima telepon dari seorang gadis muda, Casey Welson (Abigail Breslin), yang mengaku kalau dirinya sedang berada diculik dan disembunyikan di dalam bagasi sebuah mobil. Tentu saja, telepon tersebut lantas membuat Jordan panik dan mengingatkannya akan tragedi yang pernah ia alami beberapa bulan lalu. Pun begitu, tak ingin tragedi yang sama berulang pada Casey, Jordan kemudian mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membimbing gadis tersebut dan berusaha membebaskannya dari marabahaya.

Sejujurnya, tidak banyak yang terjadi dalam 94 menit durasi perjalanan film ini. Fokus utama dari The Call jelas adalah interaksi yang terjalin antara karakter Jordan Turner dan Casey Welson melalui saluran telepon serta berbagai trik serta langkah-langkah yang diberikan Jordan untuk membebaskan Casey. Kecerdasan The Call berasal dari bagaimana Brad Anderson menangani materi yang begitu sederhana tersebut. Anderson menggulirkan ritme penceritaan The Call secara sederhana namun secara tepat membumbuinya dengan momen-momen menegangkan di saat-saat yang krusial. Anderson juga memiliki keahlian untuk menyimpan rapat detil penceritaan dengan baik sehingga mampu menumbuhkan rasa penasaran para penontonnya dengan mendalam. Dengan kecerdasannya tersebut, Anderson berhasil merubah The Call sebagai sebuah film yang dipenuhi dengan berbagai adegan klise menjadi sebuah sajian yang begitu mampu memberikan ketegangan pada penontonnya.

Oh well… setidaknya kecerdasan pengarahan Anderson dapat berlangsung dalam durasi cukup lama. Ketika mencapai paruh ketiga penceritaan, disanalah The Call kemudian berubah menjadi sebuah struktur cerita yang berantakan. Membangun naskah ceritanya secara klise, Richard D’Ovidio kemudian terlihat kebingungan untuk memberikan ending kisah yang memuaskan. Hasilnya, D’Ovidio kemudian mengambil sebuah jalur cepat dan memberikan sebuah penyelesaian instan yang melibatkan perubahan karakterisasi satu karakter utama serta sebuah ending yang jelas akan membuat setiap penonton merasa dibodohi karenanya. Jelas sangat disayangkan mengingat sebelum momen kehancuran itu muncul, The Call sejujurnya mampu tampil sebagai sebuah thriller yang begitu menarik.

Tidak ada permasalahan yang begitu berarti di kualitas departemen lainnya. Halle Berry dan Abigail Breslin berhasil memimpin departemen akting film ini dengan begitu sempurna. Meskipun jarang hadir dalam satu adegan yang sama, Berry dan Breslin mampu menciptakan chemistry yang begitu erat dan sangat meyakinkan. Nama-nama pengisi jajaran pemeran lainnya seperti Morris Chestnut serta Michael Eklund jugahadir dengan penampilan yang jelas tidak mengecewakan. Tata produksi lain juga tampil maksimal dengan keberadaan tata musik arahan John Debney mampu tampil istimewa dan mengisi setiap adegan dengan elemen emosional yang sesuai dengan alur cerita yang ditampilkan.

Jelas adalah sangat mengecewakan untuk menyaksikan sebuah film yang semenjak awal telah mampu ditangani dengan baik namun harus tampil berantakan akibat paruh ketiga penceritaan yang begitu dangkal. The Call memang bukanlah sebuah presentasi yang sangat istimewa. Namun pengarahan Brad Anderson yang cerdas jelas menunjukkan bahwa sutradara asal Amerika Serikat tersebut memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengelola naskah cerita yang ia produksi – tidak peduli sesederhana apapun kualitas naskah cerita tersebut. Didukung dengan kualitas penampilan departemen akting dan produksi yang kuat, The Call cukup mampu untuk tampil sebagai sebuah film thriller yang sukses memberikan menit-menit yang menegangkan pada penontonnya terlepas dari beberapa kelemahan di dalam rangkaian penceritaannya.

popcornpopcornpopcorn popcorn2popcorn2

The Call (Troika Pictures/WWE Studios/Emergency Films/Apotheosis Media Group/Amasia Entertainment, 2013)
The Call (Troika Pictures/WWE Studios/Emergency Films/Apotheosis Media Group/Amasia Entertainment, 2013)

The Call (2013)

Directed by Brad Anderson Produced by Bradley Gallo, Jeffrey Graup, Michael A. Helfant, Michael Luisi, Robert Stein Written by Richard D’Ovidio (screenplay), Richard D’Ovidio, Nicole D’Ovidio, Jon Bokenkamp (story) Starring Halle Berry, Abigail Breslin, Morris Chestnut, Michael Eklund, Michael Imperioli, David Otunga, Justina Machado, José Zúñiga, Roma Maffia, Evie Thompson, Denise Dowse, Ella Rae Peck, Jenna Lamia, Ross Gallo, Tara Platt Music by John Debney Cinematography Tom Yatsko Editing by Avi Youabian Studio Troika Pictures/WWE Studios/Emergency Films/Apotheosis Media Group/Amasia Entertainment Running time 94 minutes Country United States Language English

5 thoughts on “Review: The Call (2013)”

  1. Pas Abigail diculik di bagasi mobil dan berbagai cara yg dilakukannya untuk menarik perhatian orang itu cukup bikin gemas…. Endingnya lumayan melegakan. Lumayan lah… 🙂

    1. dari awal film udah keren banget , di bikin deg-deg an mulu . tapi akhirnya ga kaya yang diharapkan . kurang bagus di endingnya 😦

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s