Kisah mengenai seorang karakter yang lugu dan naif dalam menatap dunia untuk kemudian dipermainkan beberapa karakter lainnya hingga akhirnya masing-masing karakter mampu memperoleh pelajaran hidup dari satu sama lain mungkin adalah sebuah kisah yang telah terlalu familiar di Hollywood. Di tangan seorang sutradara yang tidak memiliki kemampuan khusus, kisah tersebut bisa saja berakhir dengan berjalan terlalu predictable dan monoton. Untungnya, Miguel Arterta (Youth in Revolt, 2009) bukanlah salah satu sutradara yang berada di golongan tersebut. Dengan bantuan naskah karya Phil Johnston dan akting prima dari Ed Helms (The Hangover, 2009), ia mampu menghasilkan Cedar Rapids yang memiliki jalan kisah familiar namun mampu tampil begitu segar, kocak sekaligus menyentuh di beberapa bagian kisahnya.
Helms memerankan karakter Tim Lippe yang naif dan lugu tersebut. Bekerja sebagai seorang agen perusahaan asuransi, Tim menganggap pekerjaannya adalah sebagai sebuah pekerjaan mulia dimana ia dapat melindungi banyak orang dari berbagai kejadian buruk yang mungkin terjadi pada diri mereka. Ia juga merupakan sosok yang selalu berpegangan teguh pada agama dan berpandangan positif pada segala hal – yang membuat ia menolak fakta bahwa rekan kerjanya, Roger (Thomas Lennon), meninggal karena sebuah perilaku seks yang aneh dan menganggapnya sebagai sebuah kecelakaan murni.
Kematian Roger sendiri meninggalkan kemelut di perusahaan asuransi tempat Tim bekerja. Beberapa hari sebelum kematiannya, Roger dijadwalkan untuk memberikan presentasi di sebuah acara penghargaan untuk setiap perusahaan asuransi dimana presentasi Roger telah memenangkan perusahaan mereka sebanyak tiga kali berturut-turut. Pemimpin perusahaan, Bill Krogstad (Stephen Root), kemudian memutuskan untuk mengirimkan Tim ke Cedar Rapids, kota tempat acara penghargaan tersebut dilaksanakan. Jelas Tim kemudian merasa terhormat dan mempersiapkan dirinya dengan baik. Namun, Tim tidak sadar bahwa ketika dirinya tiba di Cedar Rapids, ia akan menemui sekelompok karakter yang akan mengubah jalan hidupnya selama beberapa hari mendatang.
Terlepas dari perjalanan kisahnya yang cukup familiar, Phil Johnston berhasil menuliskan rangkaian dialog penuh kejenakaan di sepanjang penceritaan Cedar Rapids, yang sekaligus menjadi poin keunggulan utama dari film ini. Dewasa, kadang terkesan begitu konyol dan dibumbui dengan guyonan-guyonan seks (“You can do it, Joan! Plus… you look really good with a wiener in your mouth!”) yang berkelas, menjadikan perjalanan menikmati Cedar Rapids begitu menyenangkan. Penceritaan Cedar Rapids tidak sepenuhnya sukses. Beberapa bagian terkesan begitu dipanjangkan, sementara beberapa bagian lain terkesan tidak begitu relevan dengan jalan cerita utama yang sedang bergulir. Pun begitu, mereka yang mencari kesenangan lewat guyonan-guyonan dengan rating dewasa dipastikan akan dapat menikmati Cedar Rapids.
Tidak hanya dari segi cerita, pembangunan kisah setiap karakter di film ini dilakukan dengan cukup baik. Tim Lippe, sang karakter utama yang dikisahkan begitu lugu, naif dan terlalu positif dalam memandang dunia, dapat saja terjerumus dalam pandangan sebagai seorang karakter yang bodoh bagi penontonnya. Namun, Johnston sepertinya tahu batas-batas yang harus ia hindari untuk tidak menjatuhkan karakter Tim Lippe ke kategori tersebut. Ditambah dengan cara Ed Helms menghidupkan karakter Tim, penonton justru akan dapat merasakan apa yang sebenarnya sedang dilalui oleh Tim: cara pandangnya terhadap hidup, bagaimana ia menangani masalahnya hingga akhirnya berdamai dengan karakter-karakter lain yang ada di sekitarnya dan justru membentuk sebuah persahabaatan yang yak terduga.
Karakter Tim Lippe juga didukung dengan deretan karakter pendukung yang sangat kuat. Tiga karakter yang selalu berada di sekitar Tim: Dean Ziegler (John C. Reilly), Joan Ostrowski-Fox (Anne Heche) dan Ronald Wilkes (Isiah Whitlock Jr.) tampil sepadan dengan kehadiran karakter Tim Lippe, namun tetap tidak pernah mencuri perhatian utama darinya. Ketiga pemeran karakter tersebut juga mampu memberikan penampilan yang begitu menyegarkan untuk karakter mereka. Reilly mampu menampilkan Dean Ziegler yang banyak omong dan terkesan sebagai seorang yang berantakan namun tetap merupakan sahabat yang sangat baik. Heche menampilkan akting yang begitu jenaka untuk karakternya yang menjadi satu-satunya karakter wanita sentral di dalam jalan cerita. Sementara Whitlock Jr. mampu membuat karakter yang ia perankan menyeimbangi karakter Tim Lippe yang hampir memiliki sifat dan karakter serupa dengan dirinya. Yang paling terutama, keempat jajaran pemeran ini berhasil memberikan chemistry yang begitu baik sehingga hubungan para karakternya terkesan begitu tulus dan hangat.
Harus diakui, walaupun memiliki nama yang masih kurang begitu terdengar di antara jajaran sutradara Hollywood lainya, dengan resume yang ia miliki hingga saat ini (Star Maps (1997), Chuck and Buck (2000), The Good Girl (2002), dan Youth in Revolt) sepertinya hanyalah masalah waktu hingga Miguel Arteta mendapatkan sebuah naskah cerdas dan brilian yang dapat membuat namanya melambung ke jajaran atas sutradara Hollywood. Untuk sementara, Arteta berhasil menunjukkan kepiawaiannya sekali lagi lewat Cedar Rapids, yang walaupun terdengar begitu klise dan familiar, mampu diolah dengan cara penggarapan yang membuat kisahnya menjadi segar dan sangat menghibur. Ed Helms juga membuktikan bahwa dirinya mampu ditempatkan pada posisi utama di sebuah film. Cedar Rapids adalah sebuah komedi dewasa yang berhasil!

Cedar Rapids (2011)
Directed by Miguel Arteta Produced by Jim Burke, Alexander Payne, Jim Taylor Written by Phil Johnston Starring Ed Helms, John C. Reilly, Anne Heche, Isiah Whitlock Jr., Kurtwood Smith, Stephen Root, Mike O’Malley, Sigourney Weaver, Alia Shawkat, Rob Corddry, Thomas Lennon Music by Christophe Beck Cinematography Chuy Chávez Editing by Eric Kissack Studio Ad Hominem Productions Running time 86 minutes Country United States Language English