Tidak seperti tahun 2009 yang sepertinya didominasi film-film bergenre science fiction dan animasi, hampir tidak ada satu genre pun di sepanjang tahun lalu yang dapat secara penuh menguasai pasar perfilman. Film-film animasi memang masih mampu memenuhi harapan para penggemarnya dengan semakin banyaknya studio yang ikut bertarung dan merilis karya animasi mereka, namun tetap saja, film-film terbaik dari genre tersebut dihasilkan dari studio-studio lama yang memang telah memfokuskan diri mereka terhadap menghasilkan karya-karya animasi yang berkualitas.
Yang sangat menyenangkan dari tahun 2010 adalah melihat banyaknya film-film yang beredar dengan menggunakan ide-ide baru sebagai dasar utama naskah cerita film mereka. Film-film dengan ide baru dan brilian ini kebanyakan berhasil menutupi kekurangan karya-karya blockbuster yang sepertinya dibuat hanya untuk menghasilkan keuntungan komersial belaka. Dari ratusan film yang dirilis sepanjang tahun lalu, At the Movies telah memilih 20 film yang dapat dianggap sebagai highlight dari dunia perfilman sepanjang tahun 2010.
01 Toy Story 3 (Director: Lee Unkrich, Pixar Animation Studios/Walt Disney Pictures, 2010)
Penuh dengan filosofi hidup yang dalam, layaknya Wall-E dan Up, Toy Story 3 memiliki tingkat bersenang-senang yang lebih banyak daripada kedua film tersebut, dan mengingatkan akan film-film Pixar di era awalnya. Yang jelas, Pixar akan membuat Anda sedikit kesusahan untuk membayangkan bahwa Anda tidak akan lagi menyimak petualangan Woody dan teman-temannya di masa yang akan datang, sama seperti Anda tidak akan dapat membayangkan berpisah dari sahabat-sahabat baik Anda. Toy Story 3 adalah sebuah bagian penutup yang sangat, sangat sempurna untuk sebuah trilogi cerita yang telah membuka pintu kesuksesan bagi Pixar.
02 Black Swan (Director: Darren Aronofsky, Cross Creek Pictures/Phoenix Pictures/Fox Searchlight Pictures, 2010)
Karya terbaru sutradara Darren Aronofsky setelah sukses membangun kembali karir Mickey Rourke lewat The Wrestler (2008). Ibarat sebuah tarian balet yang eksotis dan harus dilakukan dengan penuh perhitungan yang sangat matang, Black Swan adalah sebuah film yang sangat terobsesi untuk meraih hasil terbaiknya dalam gerakan, warna, set, desain suara, score karya Clint Mansell dan, tentu saja, kinerja para jajaran pemerannya. Natalie Portman memberikan penampilan terbaik di sepanjang karir beraktingnya: sebuah penampilan yang tidak hanya mampu mencengangkan siapapun yang menyaksikannya namun mampu memberikan esensi penting mengenai apa arti tampil dengan sepenuh hati pada karakter yang ia mainkan. Black Swan adalah sebuah pengalaman dan teror yang tidak akan dilupakan siapapun dalam waktu yang cukup lama!
03 Rabbit Hole (Director: John Cameron Mitchell, Blossom Films/Odd Lot Entertainment/Lionsgate, 2010)
Kisah duka yang berada di jalinan kisah Rabbit Hole disajikan dengan penuh kedewasaan dan tampil sangat personal. Setiap karakter yang dihadirkan di dalam jalan cerita tampil sebagai layaknya seorang manusia biasa yang dapat saja ditemui para penontonnya di mana saja mereka berada. Setiap tindakan dan hubungan yang dijalin dua karakter utama dengan karakter lainnya yang berada di film ini juga ditampilkan dengan sangat wajar, tidak pernah terkesan dibuat-buat atau tampil dengan emosi yang berlebihan. Anda akan mengalami kesulitan untuk tidak merasakan simpati yang mendalam kepada kedua karakter tersebut. Sebuah drama yang bercerita sangat jujur, humanis dan dengan penampilan para jajaran pemerannya yang tampil sangat sempurna.
04 The Ghost Writer (Director: Roman Polanski, Summit Entertainment, 2010)
Dunia dapat mengatakan apa saja tentang kehidupan pribadi seorang Roman Polanski – seorang sutradara legendaris berusia 77 tahun yang selamat dari Holocaust, namun semenjak tahun 1977 menjadi buruan pihak kepolisian Amerika Serikat karena kasus pelecehan seksual kepada seorang gadis berusia 13 tahun. Namun, tidak ada satu pun yang dapat meragukan kelihaian seorang Polanski dalam menghasilkan film-film berkualitas tinggi. Bahkan ketika ia sedang berada dalam tahanan penjara dan tekanan hukum, Polanski dapat menyelesaikan filmnya dan menghasilkan thriller politik terbaik untuk tahun ini, The Ghost Writer. Polanski dengan sangat baik menjaga dan meningkatkan intensitas paranoia dan ketegangan di naskah cerita film ini, yang membuat The Ghost Writer begitu dapat dinikmati dari menit ke menit.
05 Inception (Director: Christopher Nolan, (Legendary Pictures/Syncopy Films/Warner Bros. Pictures, 2010)
Sebuah jebakan dari Christopher Nolan yang, tentu saja, tidak akan melepaskan setiap penontonnya dengan mudah walaupun telah menjejali berbagai kebingungan di pemikiran mereka selama 148 menit. Ending film ini dipastikan akan menyisakan begitu banyak tanda tanya pada setiap penontonnya. Namun perjalanan menuju bagian ending tersebut adalah yang paling berarti dari Inception. Nolan telah memberikan sebuah persembahan yang sangat apik melalui film ini. Walaupun tidak menawarkan banyak pada departemen akting – tidak berarti jajaran aktor dan aktris kelas atas di sini bermain buruk. Bagus, namun tidak istimewa – serta kurangnya unsur kejutan yang biasanya selalu ditemukan di film-film Nolan, Inception berhasil tampil sangat mengagumkan dan dipastikan akan memuaskan setiap penonton filmnya… jika mereka tidak tersesat di dalam labirin kisah film ini.
06 Up in the Air (Director: Jason Reitman, (Paramount Pictures, 2009)
Dengan mengandalkan pada akting para pemeran utamanya, serta naskah cerita yang brilian, Up in the Air berhasil memberikan sebuah kesan tersendiri bagi para penontonnya. Berisi banyak adegan yang mampu menggiring rasa emosional Anda, Up in the Air juga mampu memberikan Anda senyuman mengenai lelucon yang sedang dimainkan oleh hidup pada manusia. Bahkan jika Anda sendirilah yang menjadi korban lelucon tersebut. Jujur, dalam, dan begitu nyata, Up in the Air adalah sebuah film yang tidak akan Anda lupakan dengan begitu mudahnya.
07 Io Sono L’Amore (I Am Love) (Director: Luca Guadagnino, First Sun/Mikado Film/Magnolia Pictures)
Berjalan kaku – sesuai dengan kehidupan para karakternya – di awal film, Io Sono L’Amore mungkin akan membuat beberapa penonton menjauh. Sang sutradara, Luca Guadagnino memang lebih memilih untuk menghidupkan filmnya lewat rentetan gambar-gambar indah yang ia hasilkan bersama sinematografer, Yorick Le Saux. Atmosfer yang dibawakan oleh gambar-gambar inilah yang menjadi nyawa bagi Io Sono L’Amore. Namun, mungkin atmosfer kehidupan tersebut tidak akan begitu berarti banyak jika Tilda Swinton tidak berada di film ini. Penampilan Swinton yang sangat mengagumkan itulah yang kemudian memberikan sisi emosional dari nyawa yang telah dihasilkan oleh gambar-gambar racikan Guadagnino dan Le Saux. Tanpa Swinton, Io Sono L’Amore mungkin akan berakhir sebagai sebuah melodrama biasa dengan gambar-gambar indah belaka. Berbagai adegan yang tersusun dengan rapi dan ditambah dengan penampilan yang spektakuler dari para pemerannya membuat Io Sono L’Amore menjadi sebuah film arthouse yang elegan dan tetap menyentuh.
08 Uncle Boonmee who Can Recall His Past Lives (Director: Apichatpong Weerasethakul, Kick the Machine)
Salah satu pengalaman paling aneh sekaligus paling membuka hati yang pernah Anda dapatkan selama menyaksikan sebuah film di sepanjang tahun lalu. Uncle Boonmee who Can Recall His Past Lives bukanlah sebuah film biasa, film ini menawarkan sebuah pandangan hidup yang lebih mendalam bagi mereka yang bersedia untuk memasuki alam cerita yang ditawarkan oleh sutradara asal Thailand, Apichatpong Weerasethakul. Sebuah kisah mistis mengenai kehidupan yang akan mampu menyentuh, merayu dan menarik siapapun yang menyaksikannya.
09 Greenberg (Director: Noah Baumbach, Studio Focus Features/Scott Rudin Productions)
Bagi mereka yang telah sempat menikmati film-film karya Baumbach lainnya, tentu akan dapat merasakan persamaan atmosfer film yang sama ketika menyaksikan Greenberg. Dengan tema penceritaan yang kuat dan dibalut komedi, akan membutuhkan sedikit waktu bagi mereka yang belum dapat menyesuaikan diri dengan cara penyampaian Baumbach yang sedikit lama itu. Greenberg sendiri harus diakui memiliki salah satu naskah film yang paling cerdas untuk tahun ini. Dengan arahan yang tepat, Baumbach berhasil memancing kemampuan akting setiap aktornya sehingga mereka mampu menghidupkan film ini dan menjadikan Greenberg sebagai salah satu drama paling kuat untuk tahun ini.
10 The Kids are All Right (Director: Lisa Cholodenko, Focus Features)
Jalur komedi banyak dihadirkan di awal film, dengan Cholodenko kemudian secara perlahan mulai memasukkan berbagai konflik yang terjadi di tengah-tengah film dan membuat unsur drama film kemudian mulai menonjol keluar. Tidak hanya berkisah mengenai pengaruh konflik tersebut mengenai hubungan Nic dan Jules, Cholodenko juga secara cerdas memasukkan beberapa sub plot cerita mengenai para karakter di film ini, namun tetap tidak kehilangan fokus pada Nic, Jules dan keluarga mereka. Anda tidak dapat mengharapkan jajaran pemeran film yang lebih baik dari Annette Bening, Julianne Moore, Mark Ruffalo, Mia Wasikowska dan Josh Hutcherson yang secara cemerlang bersatu memberikan permainan terbaik mereka dan menjadikan naskah cerita film yang cerdas menjadi hidup dan terasa sangat nyata. Lucu, cerdas, jujur dan menyentuh!
11 Somewhere (Director: Sofia Coppola, American Zoetrope/Focus Features, 2010)
Sebuah karya Sofia Coppola yang lagi-lagi menggambarkan keagungan sebuah rasa kesepian yang mendalam dari para karakternya — kali ini menggambarkan rasa kesepian yang dialami oleh seorang karakter aktor paling populer di Hollywood. Stephen Dorff dengan sempurna memainkan karakter tersebut — walaupun bintangnya hampir saja dicuri oleh Elle Fanning yang kali ini dengan sangat sukses menyingkirkan bayang-bayang Dakota dan mampu menjadi bintang bagi dirinya sendiri. Somewhere adalah sebuah gambaran kesendirian yang memilukan namun oleh Sofia Coppola berhasil dihantarkan dengan penuh keindahan… dan musik-musik keramaian yang mampu menjadikan film ini begitu mempesona.
12 Buried (Director: Rodrigo Cortés, The Safran Company/Versus Entertainment/Dark Trick Films/Lionsgate)
Buried memang hanya berlokasi di sebuah peti mati yang terkubur bersama seorang pria yang masih bernyawa dan berusaha untuk menyelamatkan hidupnya. Namun, Buried bukanlah hanya sebuah film yang murni menceritakan kisah penyelamatan diri pria tersebut. Buried memiliki banyak pesan terpendam lainnya yang akan mampu membuat semua orang terperangah. Terima kasih kepada kecerdasan luar biasa sutradara Ricardo Cortés dan penulis naskah Chris Sparling, Buried menjadi sebuah thriller yang berjalan dengan begitu menegangkan dari menit ke menit. Ditambah dengan akting watak penuh emosional dari Ryan Reynolds, tak seorangpun seharusnya melewatkan film secerdas dan semenyentuh Buried!
13 Winter’s Bone (Director: Debra Granik, Anonymous Content/Winter’s Bone Productions/Roadside Attractions, 2010)
Sama seperti film-film independen lainnya, Winter’s Bone juga merupakan sebuah film yang disajikan dengan gaya penceritaan yang minimalis. Sama sekali tidak ada yang ditampilkan secara berlebihan. Namun, lewat gaya penceritaan yang minimalis itulah Winter’s Bone mampu menceritakan kisahnya dengan sangat baik. Dingin dan disajikan dengan alur yang menengah, jalan cerita Winter’s Bone mampu secara perlahan menangkap setiap perhatian penontonnya dengan penampilan yang apik dari setiap pemerannya, khususnya dari aktris Jennifer Lawrence yang bermain cemerlang sebagai sang karakter utama. Dengan penceritaan dan penampilan para pemerannya yang kuat, Winter’s Bone mampu tampil sebagai drama misteri yang cukup mengesankan.
14 Let Me In (Director: Matt Reeves, EFTI/Hammer Films/Exclusive Media Group/Overture Films/Relativity Media, 2010)
Mungkin tidak akan ada yang dapat membicarakan Let Me In tanpa membandingkannya dengan Let the Right One In. Kedua film tersebut, mampu dengan sangat baik menterjemahkan novel John Ajvide Lindqvist dalam sebuah bentuk cerita yang mendalam – yang karena datang dari sebuah genre yang lama-kelamaan lebih sering dijadikan bahan olokan, merupakan sebuah hal yang sangat mengagumkan. Let Me In sendiri berhasil berdiri sendiri di luar bayang Let the Right One In. Reeves berhasil memberikan nyawa yang tepat ke dalamnya dengan pemilihan jajaran pemeran yang sangat efektif, jalan cerita yang cerdas serta pemilihan warna dan mood gambar yang mampu menyesuaikan diri dengan jalan cerita yang dibawakannya. Let Me In adalah sebuah film horor cerdas Hollywood yang pencapaiannya mungkin saja tidak akan dapat diraih kembali untuk beberapa tahun ke depan.
15 The Social Network (Director: David Fincher, Relativity Media/Trigger Street Productions/Columbia Pictures, 2010)
Adalah sangat mengagumkan untuk melihat The Social Network secara keseluruhan untuk kemudian berkata bahwa David Fincher mampu mengeluarkan berbagai hal terbaik dari sebuah jalinan kisah yang cenderung datar tanpa adanya intrik yang terlalu mengikat seperti yang digambarkan di dalam jalan cerita film ini. Naskah tulisan Aaron Sorkin yang berisi banyak dialog cerdas dan tajam memang sangat membantu, namun Fincher adalah kunci kesuksesan film ini. Arahannya mampu mengeluarkan kemampuan akting terbaik dari setiap pemerannya sekaligus menghidupkan jalan cerita The Social Network menjadi sebuah jalan cerita yang sangat menarik. Durasi film ini memang sedikit terlalu panjang akibat adanya beberapa adegan yang tidak terlalu perlu untuk ditampilkan, namun secara keseluruhan, The Social Network mampu berdiri sebagai salah satu film terbaik tahun ini.
16 Shutter Island (Director: Martin Scorsese, Phoenix Pictures/Appian Way Productions/Sikelia Productions/Paramount Pictures, 2010)
Sebuah perjalanan yang penuh intrik dan memerlukan banyak konsentrasi, Shutter Island adalah sebuah film dengan pencapaian teknikal yang sangat mengagumkan. Dari gambar hingga tata suara, film Martin Scorsese belum pernah mencapai titik setinggi ini sebelumnya. Ini ditambah dengan akting tanpa cela dari para jajaran pemeran di filmnya, yang akan membuat Anda terkagum-kagum dengan kemampuan akting mereka. Sayangnya, film ini meninggalkan sesuatu yang sedikit mengganggu. Para penonton sebenarnya tidak akan memperdulikan bagaimana nasib Teddy di akhir film karena mereka tidak benar-benar pernah merasa terhubung dengannya. Ya, Scorsese mungkin sedikit melupakan sisi emosional yang seharusnya dapat membuat penonton merasa terikat dengan Teddy sekaligus membuat mereka akan memikirkan nasibnya sepanjang malam. Namun, Shutter Island bukan sebuah film yang hanya dinikmati ketika film ini mencapai endingnya. Perjalanan menuju ending tersebutlah yang akan membuat para penontonnya merasa luar biasa kagum dengan film ini.
17 The Girl with the Dragon Tattoo (Director: Niels Arden Oplev, Music Box Films, 2009)
Seks, adegan sadis, Nazi dan mengambil beberapa bagian Injil dalam penceritaannya, membuat penonton akan dapat dengan mudah melupakan durasi 152 menit film ini. Membutuhkan sedikit kesabaran untuk dapat menikmati film ini di bagian awal, namun setelahnya, The Girl with the Dragon Tattoo akan membawa Anda pada petualangan pintar menyibak rahasia kelam sebuah keluarga dengan aksi yang memikat dari Mikael Blomkvist dan pasangannya yang eksentrik, dan menjadi pusat perhatian film ini, Lisbeth Salander.
18 Please Give (Director: Nicole Holofcener, Likely Story/Feelin’ Guilty/Sony Pictures Classics)
Di film keempatnya, sutradara Nicole Holofcener kembali mengeksplorasi kehidupan wanita modern. Ini yang membuat Holofcener terasa sangat tahu mengenai seluk beluk dunia wanita dan mampu menterjemahkannya dengan baik lewat cerita yan ia tulis serta karakter-karakter yang mengisi cerita tersebut. Walaupun bukan sebagai sajian utama, unsur komedi di Please Give mampu mengimbangi unsur dramanya yang telah tersusun rapi dan berjalan secara cerdas. Para jajaran pemeran film ini, mulai dari Catherine Keener, Rebecca Hall, Amanda Peet hingga Oliver Platt, berhasil menghidupkan setiap karakter yang mereka dengan alami. Sebuah film drama komedi sederhana namun mampu bercerita dengan sangat kaya dan kuat.
19 A Prophet (Director: Jacques Audiard, Celluloid Dreams/Sony Pictures Classics, 2009)
Depresif, A Prophet ditampilkan oleh sutradara Jacques Audiard dengan naskah penceritaan dan karakterisasi yang dingin dari tiap karakter yang ada di film ini. Pemilihan gambar-gamabar yang cenderung gelap, alur cerita yang berjalan lamban dan durasi yang sedikit panjang, membuat para penontonnya akan membutuhkan konsentrasi lebih untuk menyaksikan A Prophet. Namun, dibalik itu semua, A Prophet memiliki seluruh keunggulan yang layak membuat film ini diberi kredit yang sangat tinggi. Pencapaian teknikal yang sangat mendukung jalan cerita serta departemen akting yang melakukan pekerjaannya dengan sangat baik — terutama aktor Tahar Rahim yang bekerja luar biasa di dalam film ini — menjadikan A Prophet sebagai salah satu film bergenre crime drama terbaik di sepanjang dekade lalu.
20 Minggu Pagi di Victoria Park (Director: Lola Amaria, Pic[k]lock Production)
Tidak seperti proses produksi film Indonesia lainnya yang cenderung cepat, membutuhkan waktu dua tahun bagi Lola Amaria untuk menyelesaikan film yang berkisah mengenai kehidupan para Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Hong Kong ini. Namun, dengan apa yang dihasilkan oleh Lola Amaria di film ini, sepertinya tidak seorangpun yang akan keberatan untuk kembali menunggu dua tahun asalkan ia mampu hadir kembali dengan karya yang sama efektifnya. Naskah yang sederhana namun mampu bekerja dengan sangat baik, jajaran pemeran yang tampil saling menguatkan karakter satu dengan lainnya serta dukungan tata teknis yang sempurna, menjadikan Minggu Pagi di Victoria Park sebuah film dengan kualitas yang amat langka ditemukan di negara ini dalam beberapa tahun terakhir.
Nice list!!
I also put Inception, Shutter Island, and Social Network in my list.
It’s not because I do not like the rest of them, I just don’t have a chance to watch all of those movies.
Hiks…
Really hope I can watch them all in the near future