Walau secara kuantitas film Indonesia yang dirilis di layar bioskop Indonesia untuk tahun ini mencapai kenaikan jumlah yang signifikan, namun cukup ironis untuk mengingat kualitas film-film yang beredar tersebut masih banyak yang berada di bawah kualitas yang diharapkan. Film-film berkualitas picisan, bahkan terkadang berkualitas sama sekali tidak layak tonton, masih sering ditemukan beredar di layar bioskop Indonesia setiap bulannya di tahun 2010. Bukan murni salah para produser film. Ketika pasar masih terlihat berminat besar untuk menyaksikan film-film berkualitas sampah tersebut, tentu produser dengan senang hati akan menjawab dan terus memberikan film-film berkualitas kerdil tersebut kepada mereka.
Anyway… untungnya tak semua produser film hanya memikirkan keuntungan yang akan mereka hasilkan ketika merilis sebuah film. Beberapa diantaranya memikirkan para penontonnya lebih jauh dan memberikan mereka sebuah santapan yang lebih bermanfaat dan berkualitas tinggi. Sepuluh film berikut, menurut At the Movies, adalah sepuluh film Indonesia yang memiliki kualitas paling baik diantara film-film Indonesia lainnya yang dirilis di sepanjang tahun 2010. Pencapaian yang luar biasa, teman-teman!
01 Minggu Pagi di Victoria Park (Director: Lola Amaria, Pic[k]lock Production)
Tidak seperti proses produksi film Indonesia lainnya yang cenderung cepat, membutuhkan waktu dua tahun bagi Lola Amaria untuk menyelesaikan film yang berkisah mengenai kehidupan para Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Hong Kong ini. Namun, dengan apa yang dihasilkan oleh Lola Amaria di film ini, sepertinya tidak seorangpun yang akan keberatan untuk kembali menunggu dua tahun asalkan ia mampu hadir kembali dengan karya yang sama efektifnya. Naskah yang sederhana namun mampu bekerja dengan sangat baik, jajaran pemeran yang tampil saling menguatkan karakter satu dengan lainnya serta dukungan tata teknis yang sempurna, menjadikan Minggu Pagi di Victoria Park sebuah film dengan kualitas yang amat langka ditemukan di negara ini dalam beberapa tahun terakhir.
02 Hari untuk Amanda (Director: Angga Dwimas Sasongko, MNC Pictures)
Sejujurnya, sangat sulit untuk menemukan sebuah film drama percintaan dewasa yang sangat layak ditonton berulangkali di Indonesia. Kalau tidak terbentur masalah cerita yang sedikit berlebihan, maka permasalahan akan datang dari sisi akting pemerannya. Untungnya, hal itu tidak terjadi pada Hari Untuk Amanda. Berisi naskah yang sederhana namun sangat mengena dan mampu diterjemahkan dengan sangat baik oleh para jajaran pemeran film ini, membuat Hari Untuk Amanda menjadi sebuah film drama yang ringan namun sangat mengesankan.
03 Sang Pencerah (Director: Hanung Bramantyo, Multivision Plus)
Film Indonesia dengan biaya produksi termahal untuk tahun ini… yang tercermin dari kesempurnaan tata teknis yang dicapai film. Sang Pencerah benar-benar diperlakukan sangat istimewa dari sisi sinematografi maupun pencapaian editingnya. Hasilnya, gambar-gambar yang disajikan di sepanjang film terlihat nyata dan sangat indah. Proses penceritaan mengenai kehidupan Ahmad Dahlan yang dilakukan Hanung Bramantyo juga sangat efektif. Sang Pencerah hadir lancar mengalirkan kisahnya ke hadapan para penonton dan membuat mereka seperti sedang mendengarkan dengan seksama sebuah cerita yang diceritakan secara apik. Pencapaian yang sangat luar biasa!
04 Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (Director: Deddy Mizwar, Citra Sinema)
Perwakilan Indonesia di ajang Best Foreign Language Film Academy Awards mendatang. Menyaksikan Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mungkin akan mengingatkan beberapa orang pada kekhasan kisah cerita Naga Bonar (Jadi) 2 yang sama-sama bermuatan cerita nasionalis dan sedikit relijius. Namun, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mampu ditampilkan secara lebih ringan dan lebih mengena kepada para penontonnya. Dengan dukungan barisan jajaran pemeran yang sangat kuat, naskah cerita yang tampil sederhana dan tidak berlebihan, serta dukungan teknis berupa tata suara dan sinematografi yang seringkali mengisi masuk ke dalam jalan cerita yang disampaikan, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) mungkin akan menjadi suatu fenomena tersendiri di industri film Indonesia dimana film ini mampu berbicara secara kualitas serta dengan mudah akan disukai para penontonnya.
05 Rumah Dara (Directors: Mo Brothers, Gorylah Pictures/Merah Prod/Guerillas Visuals)
Dengan bertebarannya film-film horor kelas sampah di layar bioskop Indonesia, untuk memiliki film sekelas Rumah Dara rasanya adalah sebuah anugerah yang sangat membahagiakan. Walau naskah ceritanya sendiri harus diakui masih memiliki banyak kelemahan, namun dengan teknik pengerjaan yang sangat jeli, Rumah Dara mampu tampil dengan tampilan visual yang sangat memuaskan. Dengan menggunakan lagu-lagu Indonesia bernuansa klasik, yang sangat sesuai dengan latar belakang rumah Dara yang tua, Mo Brothers berhasil menambah rasa ketakutan para penontonnya.
06 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (Director: Benni Setiawan, Mizan Production)
Pemenang Film Terbaik dan banyak kategori lainnya di ajang Festival Film Indonesia tahun ini. Memberikan rangkaian kisah mengenai romansa antara dua umat beragama yang berbeda kepercayaan, Benni Setiawan berhasil menghadirkannya tanpa harus terjebak dengan berbagai hal klise yang biasa dilakukan oleh banyak sineas film Indonesia, termasuk dalam pemilihan ending — yang sayangnya, tetap dirasakan kurang terlalu berhasil. Dukungan para jajaran pemeran yang kuat semakin mengokohkan kualitas film ini.
07 Menebus Impian (Director: Hanung Bramantyo, Dapur Film Production)
Benar atau tidaknya bahwa film ini memiliki misi tertentu dibalik jalan cerita yang ditawarkan sebenarnya bukanlah sebuah masalah penting. Toh banyak produk-produk lain juga telah memanfaatkan film sebagai bagian dari kampanye promosi produk mereka. Menebus Impian sendiri, sebagai sebuah film, cukup mampu menunjukkan kualitasnya. Jalan cerita yang solid dengan didukung akting para pemerannya yang tidak mengecewakan, menjadikan Menebus Impian sebagai sebuah film drama yang berkualitas cukup memuaskan.
08 I Know what You did on Facebook (Director: Awi Suryadi, Sisterbros Nationtainment/Digital Film Maker)
Karya Awi Suryadi yang ‘sedikit lebih baik’ dari karyanya yang lain di tahun ini. Kisah cinta segitiga yang dihadirkan di film ini berhasil digambarkan Awi dengan sangat menghibur. Walau beberapa plot cerita tambahan membuat jalan cerita film ini menjadi sedikit hiperbolis, namun secara keseluruhan, I Know What You Did on Facebook adalah sebuah drama komedi yang cukup apik. Penampilan Kimi Jayanti juga berhasil mencuri perhatian siapapun yang menonton film ini dengan sukses!
09 Aku atau Dia? (Director: Affandi Abdul Rachman, One Star Productions)
Aku atau Dia? masih berhasil untuk menjadi sebuah drama komedi yang memiliki kualitas jauh mengungguli deretan film drama komedi Indonesia lainnya yang dirilis di sepanjang tahun ini. Kurangnya pengembangan cerita dan pemberian sesuatu hal yang baru pada naskah drama film ini memang berefek pada terciptanya kebosanan dalam menikmati kisah cinta yang dihadirkan. Untungnya, Aku atau Dia? masih dapat diselamatkan oleh sisi komedi film ini yang tampil sangat hidup berkat dukungan solid para jajaran pemerannya.
10 Merah Putih II: Darah Garuda (Directors: Yadi Sugandi & Conor Allyn, Media Desa Indonesia/Margate House)
Seri kedua yang sepertinya masih belum menunjukkan bahwa Trilogi Merdeka adalah sebuah trilogi yang cukup menjanjikan untuk disimak. Yadi Sugandi kini turut duduk di kursi sutradara dan berhasil memberikan tambahan beberapa adegan action yang cukup memukau di perfilman Indonesia di sepanjang tahun ini. Walau masih minim peningkatan kualitas, apa yang diraih di film ini adalah sebuah pencapaian yang cukup dapat dibanggakan.
yeahhh semua sudah gue tonton…Jadi gak nyesel deh..hahaha
btw kog bebek belur gak masuk??
akhirnya, lunas juga janji kam. wkwkwk. lalu, kapan dirilis the worst of 2010.