Review: The Florida Project (2017)


Meski bukanlah film layar lebar perdananya, nama Sean Baker baru mendapatkan rekognisi lebih luas setelah film kelimanya, Tangerine, ditayangkan untuk pertama kali pada Sundance Film Festival di tahun 2015. Film tersebut, yang sepenuhnya dibuat melalui bantuan kamera iPhone 5s serta dibintangi dua artis transgender yang sama sekali tidak memiliki pengalaman berakting, terbukti mampu memenangkan hati banyak kritikus film dunia sekaligus menjadikan Tangerine sebagai salah satu film terbaik yang dirilis di tahun tersebut. Kembali bekerjasama dengan produser sekaligus penulis naskah Chris Bergoch, film terbaru arahan Baker, The Florida Project, masih menampilkan semangat yang sama seperti yang ditampilkan oleh gaya pengisahan Tangerine: sebuah kisah dengan sentuhan kisah sosial yang kental namun disajikan dengan penceritaan yang kuat sekaligus hangat melalui penampilan akting yang handal dari deretan pemerannya.

The Florida Project sendiri berkisah mengenai seorang anak perempuan berusia enam tahun, Moonee (Brooklynn Prince), yang hidup bersama sang ibu, Halley (Bria Vinaite), di sebuah motel yang dikelola oleh Bobby Hicks (Willem Dafoe). Sebagai seorang ibu tunggal yang masih berusia muda dan tidak memiliki pekerjaan tetap, Halley berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan Moonee dengan berbagai kegiatan – mulai dari menjual parfum palsu di jalanan, meminta sahabatnya, Ashley (Mela Murder), yang bekerja sebagai seorang pramusaji untuk menyelundupkan makanan dari tempatnya bekerja, hingga menjual tubuhnya melalui aplikasi di telepon genggamnya. Kehidupan yang rumit namun Halley berusaha agar Moonee dapat terus merasakan kebahagiaan dalam kesehariannya.

Hal yang paling mengemuka dari pengarahan yang disajikan Baker adalah kemampuan sutradara asal Amerika Serikat tersebut untuk mengemas sebuah narasi yang sebenarnya bernada serius dalam balutan penceritaan yang terasa begitu ringan. The Florida Project – yang mengambil judulnya dari nama kode untuk Disneyland selama masa pembangunannya di wilayah Orlando, Florida, Amerika Serikat – memiliki tema cerita yang berkutat di seputar masalah kemiskinan dan berbagai problema hidup yang dihadapi seorang karakter dewasa. Namun, sebagai penulis naskah, Baker dan Bergoch, menyajikan kisahnya dalam sudut pandang seorang anak perempuan yang melihat dunia kesehariannya sebagai sebuah taman bermain. Penonton dapat merasakan bagaimana kebebasan dan ketidakpedulian dari karakter Moonee sebagai seorang anak dalam permainan sehari-harinya tetapi, di saat yang bersamaan, penonton juga dapat menangkap bahwa karakter Moonee berada dalam lingkaran konflik sosial yang begitu pelik.

Seperti halnya Tangerine, Baker juga memilih untuk mengisi departemen aktingnya dengan deretan pemeran yang mayoritas merupakan aktor dan aktris dengan pengalaman akting yang minimalis. Bukan berarti The Florida Project lantas tampil lemah dalam menghidupkan karakter-karakternya. Baker berhasil mengarahkan para pemerannya untuk mendapatkan kualitas akting yang benar-benar bersinar. Lihat saja bagaimana aktris cilik Prince yang memberikan salah satu penampilan akting dari seorang pemeran muda yang paling mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Penampilan seorang pemeran muda paling mengesankan setelah penampilan Jacob Tremblay di Room (Lenny Abrahamson, 2015). Penampilan Prince hadir begitu memikat dan menghipnotis dan jelas akan meninggalkan kesan mendalam pada penonton bahkan jauh seusai mereka menyaksikan film ini.

Selain Prince, departemen akting The Florida Project juga diisi dengan penampilan-penampilan solid dari para pemeran lainnya. Vinaite – yang juga menampilkan debut aktingnya bagi film ini – tampil kuat sebagai karakter Halley. Dafoe – yang bersama dengan Caleb Landry Jones dan Macon Blair menjadi pemeran dengan jam terbang akting tinggi yang hadir di film ini – juga hadir mencuri perhatian. Sebagai Bobby Hicks, Dafoe mampu menempatkan karakternya sebagai sosok ayah dan penjaga bagi karakter Halley (dan seluruh penghuni motel tempatnya bekerja). Penampilan Dafoe terasa hangat meskipun dengan porsi peran yang sebenarnya minimalis dan lebih sering berada di latar belakang pengisahan para karakter utama.

Penceritaan Baker dalam The Florida Project sendiri bukannya hadir tanpa masalah. Setengah bagian paruh kedua pengisahan film ini sempat terasa stagnan sebelum Baker akhirnya mulai menyajikan konflik baru dalam penceritaan film. Meskipun begitu, dengan seluruh kemampuan pengarahan dan penceritaannya, Baker telah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang sutradara kreatif yang benar-benar tahu apa yang ia ingin tampilkan dalam filmnya. Kelihaiannya dalam bercerita yang ia wujudkan melalui pengarahan akting para pemeran filmnya menjadikan The Florida Project sebagai sebuah potret suka duka kehidupan yang indah sekaligus sangat menyentuh. [B]

The Florida Project screened as part of 28th Singapore International Film Festival.

the-florida-project-movie-posterThe Florida Project (2017)

Directed by Sean Baker Produced by   Sean Baker, Chris Bergoch, Kevin Chinoy, Andrew Duncan, Alex Saks, Francesca Silvestri, Shih-Ching Tsou Written by Sean Baker, Chris Bergoch Starring  Brooklynn Prince, Valeria Cotto, Bria Vinaite, Willem Dafoe, Christopher Rivera, Caleb Landry Jones, Macon Blair, Karren Karagulian, Sandy Kane, Aiden Malik, Mela Murder Music by Lorne Balfe Cinematography Alexis Zabe Edited by Sean Baker Production company Cre Film/Freestyle Picture Company/Cinereach/June Pictures Running time 109 minutes Country United States Language English

4 thoughts on “Review: The Florida Project (2017)”

Leave a Reply